PERANAN EPISTEMOLOGI TERHADAP
PERKEMBANGAN ILMU BAHASA
Renadiyati Pertiwi
1211503105
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Secara global epistemologi
berpengaruh terhadap peradaban manusia. Suatu peradaban, sudah tentu dibentuk
oleh teori pengetahuannya. Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia,
dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial. Epistemologi dari masyarakatlah
yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh, ilmu-ilmu mereka itu suatu
kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmu dipandang dari
keyakinan, kepercayaan dan sistem nilai mereka. Epistemologi menjadi modal
dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam
menjadi sebuah produk sains misalnya, yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Demikian halnya yang
terjadi pada ilmu bahasa. Perhatian filsuf terhadap bahasa
semakin besar. Mereka sadar bahwa dalam kenyataannya banyak persoalan-persoalan
filsafat, konsep-konsep filosofis akan menjadi jelas dengan menggunakan
analisis bahasa. Tokoh-tokoh hadir dengan terapi analitika bahasanya untuk
mengatasi kelemahan, kekaburan, kekacauan yang selama ini ada dalam berbagai
macam konsep filosofis.
Berkembangnya
ilmu bahasa adalah hasil
pemikiran-pemikiran secara epistemologis, yaitu pemikiran dan perenungan yang
berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu, perangkat-perangkat apa
yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu, dan sebagainya
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana peranan epistemologi terhadap perkembangan ilmu bahasa?
2.
Bagaimana perkembangan bahasa di dunia?
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui bagaimana peranan epistemologi terhadap
perkem-bangan ilmu bahasa, dan untuk mengetahui perkembangan bahasa di dunia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Epistemologi
Istilah
“Epistemologi” berasal dari bahasa Yunani yaitu “episteme” yang berarti
pengetahuan dan ‘logos” berarti perkataan, pikiran, atau ilmu. Kata “episteme”
dalam bahasa Yunani berasal dari kata kerja epistamai, artinya
menundukkan, menempatkan, atau meletakkan. Maka, secara harafiah episteme berarti
pengetahuan sebagai upaya intelektual untuk menempatkan sesuatu dalam kedudukan
setepatnya.
Beberapa ahli yang mencoba mengungkapkan definisi dari pada epistemologi
adalah P. Hardono Hadi. Menurut beliau epistemologi adalah cabang filsafat yang
mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan,
pengandaian-pengandaian dan dasarnya, serta pertanggung jawaban atas pernyataan
mengenai pengetahuan yang dimiliki. Tokoh lain yang mencoba mendefinisikan
epistemoogi adalah D.W Hamlyin, beliau mengatakan bahwa epistemologi sebagai
cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan,
dasar dan pengandaian – pengandaian serta secara umum hal itu dapat
diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan.
Runes dalam kamusnya menjelaskan bahwa epistemology is the branch of
philosophy which investigates the origin, stukture, methods and validity of
knowledge. Itulah sebabnya kita sering menyebutnya dengan istilah
epistemologi untuk pertama kalinya muncul dan digunakan oleh J.F Ferrier pada
tahun 1854 (Runes, 1971-1994).
2.2 Peranan
Epistemologi Terhadap Perkembangan Bahasa
Bahasa adalah suatu sarana
perhubungan rohani yang amat penting dalam hidup bersama. Sedangkan Filsafat,
jika dilihat dari ilmu asal-usul kata (etimologi), istilah filsafat diambil
dari kata falasafah yang berasal dari bahasa Arab. Istilah ini diadopsi dari
bahasa Yunani, yaitu dari kata “philosophia”. Kata philosophia terdiri dari
kata philein yang berarti cinta (love), dan Sophia yang berarti kebijaksanaan
(wisdom). Dengan demikian, secara etimologis filsafat berarti cinta akan
kebijaksanaan (love of wisdom) secara mendalam. Dari sini terdapat ungkapan
yang menyatakan bahwa filosof (filsuf, failasuf) adalah seorang yang sangat
cinta akan kebijaksanaan secara mendalam. Dan kata filsafat pertama kali
digunakan oleh phytagoras (582-496 m). selanjutnya berikut ini beberapa
penjelasan mengenai filsafat menurut para ahli yaitu bahasa; a) filsafat adalah
pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli (Plato), b)
filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung
didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politi k,
dan estetika (Aristoteles), c) filasafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam
amaujud bagaimana hakikat yang sebenarnya (Al-Farabi), d) filsafat adalah
sekumpulan segala pengetahuan dimana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok
penyelidikan (Rene Decrate), e) filasafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi
pokok pangkal dari segala pengetahuan, yang didalamnya mencakup masalah
epistemology mengenai segala sesuatu yang kita ketahui ((Immanuel Kant), f)
filasafat adalah berpikir tentang masalah-malasah yaitu tentang makna keadaan,
Tuhan, keabadian, dan kebebasan (Langeveld), g) filasafat adala ilmu yang
menyelidiki tentang segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam
semesta dan manusia (Hasbullah Bakri), h) filasafat adalah pemerenungan
terhadap sebab-sebab “ada” dan berbuat tentang kenyataan (reality) sampai pada
akhir (N. Driyarka), i) filsafat adalah hal-hal yang menjadi objek dari sudut
intinya yang mutlak dan yang terdalam (Notonagoro), j) filasafat adalah ilmu
yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu
berdasarkan pikiran belaka (Ir. Paedjawijata), k) filsafat adalah ilmu yang
selalu
mencari yang
hakiki baik masalah ketuhanan, realita yang dialami baik dari subjek yaitu
manusia maupun dari objeknya yaitu alam (Muhsyanur Syahrir).
Peranan filsafat bahasa sangat
penting pada pengembangan ilmu bahasa karena filsafat bahasa adalah pengetahuan
dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat bahasa, sebab dan asal mula
bahasa. Pada dasarnya perkembangan aliran filsafat analitika bahasa meliputi
tiga pokok aliran yakni, aliran atomisme logis, positifisme logis dan filsafat
bahasa biasa. Aliran bahasa inilah yang menjadi pengaruh yang sangat kuat
dibandingkan aliran yang lain.
Aliran filsafat bahasa mempunyai
beberapa kelemahan, antara lain:
1. Kekaburan makna
2. Bergantung dengan konteks
3. Penuh emosi
4. Menyesatkan
Untuk meminimalisir hal – hal
tersebuh hendaknya perlu dilaukan pembaharuan bahasa yaitu perlu di wujudkan
suatu syarak dengan logika sehingga ungkapan – ungkapan yang digunakan dalam
bahasa dapat dipertanggugjawabkan secara filsafat. Sebagai suatu bidang khusus,
filsafat bahasa mempunyai kekhususan tersendiri karena masalah yang dibahas
mengenai bahasa. Jadi, peran filsafat sangat penting terhadap perkembangan ilmu
bahasa.
2.3 Perkebangan Bahasa di Dunia Barat
Sejarah
perkembangan ilmu bahasa di dunia barat dimulai sejak dua puluh empat abad yang
lalu, yaitu abad IV sebelum masehi oleh Plato yang membagi jenis kata
bahasa yunani kuno dalam kerangka telaah filsafatnya. Dalam kerangka telaah
filsafatnya Plato membagi jenis kata bahasa yunani kuno menjadi dua golongan
yakni onom dan rhema. Onoma adalah
jenis kata yang biasanya menjadi pangkal pernyataan dan pembicaraan, dalam kata
lain onoma pun disebut sebagai pernyataan pertama atau kurang
lebihnya itu disejajarkan dengan kata benda. Sedangkan rhema adalah
jenis kata yang biasanya dipakai untuk mengungkapkan pernyataan atau
pembicaraan, dalam kata lain rhema merupakan pernyataan kedua dan dapat
dijajarkan dengan kata kerja atau sifat.
Pola pikir
tersebut kemudian dikembangkan oleh Aristoteles (384 SM-322 SM). Dimana
Aristoteles membagi jenis kata bahasa yunani kuno menjadi tiga golongan, yakni
onoma, rhema, syndesmos. Dua jenis kata sama dengan pokok pikiran gurunya,
sedangkan yang satunya lagi sebagai buah pikirannya sendiri sebagai usaha
melengkapi pembagiannya itu.
Kriteria
pembagian jenis kata yang dipergunakan oleh Aristoteles tidak lagi semata-mata
filosofis melainkan lebih kepada pemikiran linguistik. Onoma sekarang
ditafsirkan sebagai jenis atau golongan kata yang mengalami perubahan bentuk
secara deklinatif, yaitu perubahan bentuk kata yang disebabkan oleh perbedaan
jenis kelamin, jumlah dan kasus. Rhema diartikan
sebagai golongan kata yang mengalami perubahan bentuk secara konjugatif, yaitu
perubahan bentuk kata yang disebabkan oleh perbedaan personal, jumlah, dan kala
(tenses).
Pada akhir abad
kedua masehi (130 SM) oleh Dyonisius Thrax dimana pada saat ini sangat menjadi
anutan para ahli tata bahasa, beliau menjadikan jenis kata bahasa mencapai
delapan, yakni:
a.
Nomina
b.
Pronomin
c.
Artikel
d.
Verba
e.
Adverbial
f.
Preposis
g.
Partisipium
h.
Konjugasi
Dimana yang sebelumnya pembagian
ini melakukan oleh Zeno. Jenis kata menjadi empat, yakni:
a.
Nomina
b.
Verba
c.
Artikel
d.
Konjugasi
Pada abad ke-IV
dan V, gramatisi yang terkenal pada saat itu adalah Donatius dan
Priscianus. Karangan kedua gramatis ini sangat terkenal dan besar sekali
pengaruhnya diseluruh eropa. Pembagian jenis kata pada saat itu menjadi tujuh,
yaitu:
a.
Nomina
b.
Pronominal
c.
Verba
d.
Adverbial
e.
Preposisi
f.
Partisipium
g.
konjugasi/konjungsi
Pada abad pertengahan orang-orang
eropa berlomba-lomba mempelajari bhasa latin. status bahasa latin pada saat itu
memang sangat tinggi hingga bahasa-bahasa lain yang termasuk bahasa-bahasa
mereka asli mereka sendiri dianggap sebagai bahasa vulgar. Setelah abad
XVI barulah muncul kesadaran untuk mempelajari bahasa mereka sendiri. Pembagian
jenis kata pada abad pertengahan dilakukan oleh modistae. Ia membagi jenis kata
menjadi delapan, yaitu:
a.
nomina
b.
pronominal
c.
partisipium
d.
verb
e.
adverbial
f.
preposisi
g.
partisipium
h.
konjungasio
i.
interjeksi
Pada zaman Renaisance pembagian jenis kata kembali
menjadi tujuh, yaitu:
a.
Nomina
b.
Pronominal
c.
Partisipium
d.
Adverbial
e.
Preposisi
f.
Konjungsi
g.
Interjeksi
Dan pembagian jenis kata ini di
negeri belanda menjadi sepuluh, yaitu: :
a.
Nomina
b.
Verba
c.
Pronomina
d.
Adverbia
e.
Adjektiva
f.
Numeralia
g.
Preposisi
h.
Konjungsi
i.
Interjeksi
j.
Artikel.
Tradisi inilah yang kemudian dikutip oleh para ahli tatabahasa tradisional
di Indonesia.
Di Indonesia ada tradisi lain di dalam hal pembagianjenis kata ini, yaitu
pembagian jenis kata atas 3 golongan, yakni: (1) isim, (2) fi’il, (3) harf.
Pemabagian semacam ini dilakukan oleh Sultan
Muhammad Zain. Dia terpengaruh oleh ahli tata bahasa melayu Raja Alihaji. Raja
Alihaji sendiri pada dasarnya terpengaruh oleh tradisi Arab, yakni dari seorang
ahli tata bahasa Arab yang bernama Sibawaihi. Sibawaihi sendiri meneruskan poko
pikiran gurunya yaitu Addu’ali.
Awal abad XX fajar mulai merekah, paham baru mulai muncul . munculnya
karangan Ferdinand de Saussure yang berjudul “Cours de Linguistique
generale”(1916) merupakan angin segar bagi perkembangan ilmu bahasa modern.
Bahkan secara ekstem orang mengatakan buku tersebut merupakan revolusi di dalam
sejarah perkembangan ilmu bahasa. Konsepnya tentang signifiant dan signifie
merupakan kunci utama untuk memahami hakikat bahasa.
Konsep lain yang ditampilkan antara lain parole, langue dan langage;
representasi grafis, serta deretan sintakmatik dan pradigmatik. Pandangan
de Saussure ini kemudian berkembang menjadi suatu aliran dengan nama aliran
Strukturalisme. Dibawah panji-panji strukturalisme ini linguistic modern
berkembang dengan pesatnya hingga sekarang. Walaupun sekarang ini bermunculan
beraneka macam aliran linguistic seperti transformasionalisme, tagmemik, case
grammer, dll.
Pembagian jenis kata pada zaman
strukturalisme tidak lagi menggunakan criteria filosofis. Melainkan criteria
structural yang meliputi struktur morpologis, faseologis, klausal. Berdasarkan
criteria itu Moeliono (dalam kridlaksana, 1986:19) membagi jenis kata Indonesia
menjadi tiga, yakni:
a.
Nominal
b.
Verbal
c.
Partikel
Apabila kita ini kita bandingkan dengan tradisi Arab dan Yunani terdapat
kesejajaran sebagai berikut:
Aristoteles :
Arab :
strukturalisme :
(1) Onoma (1) isim
(1) nominal
(2) rhema (2) fi’il (2)
verbal
(3) syndesmos (3) harf
(3) partikel
2.4 Perkembangan Ilmu Bahasa Di Dunia Timur
Sejarah perkembangan ilmu bahasa didunia timur dimulai dari india kurang
lebih empat abad sebelum masehi, jadi hampir bersamaan dengan dimulainya
sejarah ilmu bahasa didunia barat (tradisi Yunani). Perkembangan bahasa di
dunia timur ini ditandai dengan munculnya karya Panini yang berjudul “vyakarana” buku
tersebut buku tata bahasa sansekerta yang sangat mengagumkan dunia pada zaman
yang sedini itu telah dapat mendeskripsikan bahasa sansekerta secara lengkap
dan dan sangat seksama, teristimewa dalam bidang fonologinya. Sayangnya buku
tersebut teramat sulit dipahami oleh orang awam. Hal itulah yang menyebabkan
seorang muridnya yang bernama Patanjali terpaksa harus menyusun tafsir atau
penjelasannya yang diberi judul “mahabhasa”.
Karya Panini itu pada dasarnya disusun semata-mata berdasarkan dorongan
atau motivasi religious. Para brahmana dan brahmacarin dalam mengajarkan
pemahaman dan pengalaman isi kitab Veda kepada para pengikutnya tidak dilakukan
secara tertulis, melainkan secara lisan. Hal tersebut dilakukan agar hal
pengucapannya benar-benar mendapat perhatian. Pengucapan yang salah tidak hanya
menyebabkan mantranya tidak terkabul, akan tetapi justru akan mendatangkan
malapetaka. Demikianlah anggapan mereka. Dengan anggapan semacam itu
mengakibatkan mereka sangat cermat dan berhati-hati di dalam pengucapan. Untuk
keperluan itu maka pengucapan atau sistem fonologi bahasa sansekerta
dipelajari dengan tekun. Hasilnya memang sangat mengagumkan. Huruf Devanagari
yang dipakai untuk melambangkan bunyi-bunyi bahasa sansekerta sedemikian
lengkapnya. Setiap bunyi diupayakan untuk dilambangkan dengan cara khas.
Di seluruh dunia tidak ada bahasa yang secermat ini sistem bunyi dan sistem
tulisnya. Banyak ahli bahasa barat yang kagum dan terperanjat setelah
mengetahui bahwa tata bahasa sansekerta pada zaman yang sedini itu sudah
memiliki deskrifsi bahasa yang tidak ubahnya dengan deskripsi ahli bahsa
structural di barat pada awal abad dua puluh, atau katakanalah akhir abad
Sembilan belas. Bahkan banyak yang menilai bahwa deskripsi linguistic panini
ini merupakan deskripsi structural yang paling cermat dan paling murni. Dengan
demikian seandainya kita bandingkan antara barat dan timur dengan mengambil
tharikh yang sama, maka dapat dikatakan bahwa ilmu bahasa di dunia barat
tertinggal dua puluh tiga abad dari dunia timur. Sayangnya puncak
strukturalisme pada saat itu terputus sama sekali dan tidak ada kelanjutannya
barang sedikit pun. Hal tersebut dapat kita pahami karena motivasinya bukanlah
motivasi yang sifatnya linguistik melainkan motivasi religius.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
Peranan filsafat bahasa sangat penting pada pengembangan ilmu bahasa karena filsafat bahasa adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat bahasa, sebab dan asal mula bahasa. Pada dasarnya perkembangan aliran filsafat analitika bahasa meliputi tiga pokok aliran yakni, aliran atomisme logis, positifisme logis dan filsafat bahasa biasa. Aliran bahasa inilah yang menjadi pengaruh yang sangat kuat dibandingkan aliran yang lain.
Peranan filsafat bahasa sangat penting pada pengembangan ilmu bahasa karena filsafat bahasa adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat bahasa, sebab dan asal mula bahasa. Pada dasarnya perkembangan aliran filsafat analitika bahasa meliputi tiga pokok aliran yakni, aliran atomisme logis, positifisme logis dan filsafat bahasa biasa. Aliran bahasa inilah yang menjadi pengaruh yang sangat kuat dibandingkan aliran yang lain.
Daftar Pustaka
Chaer, Abdul. 2007, Linguistik
Umum,
Jakarta:
Rineka Cipta.
Qomar, Mujamil. 2001,Epistemlogi Pendidikan Islam. STAIN Tulungagung.
Soeparno. 2002, Dasar-Dasar
Linguistic Umum, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
Suriasumantri, Jujun. 1996, Filsafat Ilmu, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Titus. 1998, Persoalan-persoalan Filsafat, Yogyakarta: Tiara Wacana.