Senin, 03 November 2014

Renadiyati Pertiwi


PERANAN EPISTEMOLOGI TERHADAP

PERKEMBANGAN ILMU BAHASA

Renadiyati Pertiwi
1211503105


BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia. Suatu peradaban, sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya. Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia, dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial. Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh, ilmu-ilmu mereka itu suatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmu dipandang dari keyakinan, kepercayaan dan sistem nilai mereka. Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains misalnya, yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Demikian halnya yang terjadi pada ilmu bahasa. Perhatian filsuf terhadap bahasa semakin besar. Mereka sadar bahwa dalam kenyataannya banyak persoalan-persoalan filsafat, konsep-konsep filosofis akan menjadi jelas dengan menggunakan analisis bahasa. Tokoh-tokoh hadir dengan terapi analitika bahasanya untuk mengatasi kelemahan, kekaburan, kekacauan yang selama ini ada dalam berbagai macam konsep filosofis.
                 Berkembangnya ilmu bahasa adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis, yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu, perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu, dan sebagainya

1.2    Rumusan Masalah

1.      Bagaimana peranan epistemologi terhadap perkembangan ilmu bahasa?
2.      Bagaimana perkembangan bahasa di dunia?

1.3    Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui bagaimana peranan epistemologi terhadap perkem-bangan ilmu bahasa, dan untuk mengetahui perkembangan bahasa di dunia.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Epistemologi

Istilah “Epistemologi” berasal dari bahasa Yunani yaitu “episteme” yang berarti pengetahuan dan ‘logos” berarti perkataan, pikiran, atau ilmu. Kata “episteme” dalam bahasa Yunani berasal dari kata kerja epistamai, artinya menundukkan, menempatkan, atau meletakkan. Maka, secara harafiah episteme berarti pengetahuan sebagai upaya intelektual untuk menempatkan sesuatu dalam kedudukan setepatnya.
Beberapa ahli yang mencoba mengungkapkan definisi dari pada epistemologi adalah P. Hardono Hadi. Menurut beliau epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasarnya, serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Tokoh lain yang mencoba mendefinisikan epistemoogi adalah D.W Hamlyin, beliau mengatakan bahwa epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat  dan lingkup pengetahuan, dasar dan pengandaian – pengandaian serta secara umum hal itu dapat  diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan.
Runes dalam kamusnya menjelaskan bahwa epistemology is the branch of philosophy which investigates the origin, stukture, methods and validity of knowledge. Itulah sebabnya kita sering menyebutnya dengan istilah epistemologi untuk pertama kalinya muncul dan digunakan oleh J.F Ferrier pada tahun 1854 (Runes, 1971-1994).

2.2 Peranan Epistemologi Terhadap Perkembangan Bahasa

Bahasa adalah suatu sarana perhubungan rohani yang amat penting dalam hidup bersama. Sedangkan Filsafat, jika dilihat dari ilmu asal-usul kata (etimologi), istilah filsafat diambil dari kata falasafah yang berasal dari bahasa Arab. Istilah ini diadopsi dari bahasa Yunani, yaitu dari kata “philosophia”. Kata philosophia terdiri dari kata philein yang berarti cinta (love), dan Sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom). Dengan demikian, secara etimologis filsafat berarti cinta akan kebijaksanaan (love of wisdom) secara mendalam. Dari sini terdapat ungkapan yang menyatakan bahwa filosof (filsuf, failasuf) adalah seorang yang sangat cinta akan kebijaksanaan secara mendalam. Dan kata filsafat pertama kali digunakan oleh phytagoras (582-496 m). selanjutnya berikut ini beberapa penjelasan mengenai filsafat menurut para ahli yaitu bahasa; a) filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli (Plato), b) filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politi k, dan estetika (Aristoteles), c) filasafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam amaujud bagaimana hakikat yang sebenarnya (Al-Farabi), d) filsafat adalah sekumpulan segala pengetahuan dimana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikan (Rene Decrate), e) filasafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok pangkal dari segala pengetahuan, yang didalamnya mencakup masalah epistemology mengenai segala sesuatu yang kita ketahui ((Immanuel Kant), f) filasafat adalah berpikir tentang masalah-malasah yaitu tentang makna keadaan, Tuhan, keabadian, dan kebebasan (Langeveld), g) filasafat adala ilmu yang menyelidiki tentang segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia (Hasbullah Bakri), h) filasafat adalah pemerenungan terhadap sebab-sebab “ada” dan berbuat tentang kenyataan (reality) sampai pada akhir (N. Driyarka), i) filsafat adalah hal-hal yang menjadi objek dari sudut intinya yang mutlak dan yang terdalam (Notonagoro), j) filasafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka (Ir. Paedjawijata), k) filsafat adalah ilmu yang selalu
mencari yang hakiki baik masalah ketuhanan, realita yang dialami baik dari subjek yaitu manusia maupun dari objeknya yaitu alam (Muhsyanur Syahrir).
Peranan filsafat bahasa sangat penting pada pengembangan ilmu bahasa karena filsafat bahasa adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat bahasa, sebab dan asal mula bahasa. Pada dasarnya perkembangan aliran filsafat analitika bahasa meliputi tiga pokok aliran yakni, aliran atomisme logis, positifisme logis dan filsafat bahasa biasa. Aliran bahasa inilah yang menjadi pengaruh yang sangat kuat dibandingkan aliran yang lain.
Aliran filsafat bahasa mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:
1.      Kekaburan makna
2.      Bergantung dengan konteks
3.      Penuh emosi
4.      Menyesatkan
Untuk meminimalisir hal – hal tersebuh hendaknya perlu dilaukan pembaharuan bahasa yaitu perlu di wujudkan suatu syarak dengan logika sehingga ungkapan – ungkapan yang digunakan dalam bahasa dapat dipertanggugjawabkan secara filsafat. Sebagai suatu bidang khusus, filsafat bahasa mempunyai kekhususan tersendiri karena masalah yang dibahas mengenai bahasa. Jadi, peran filsafat sangat penting terhadap perkembangan ilmu bahasa.

2.3 Perkebangan Bahasa di Dunia Barat

Sejarah perkembangan ilmu bahasa di dunia barat dimulai sejak dua puluh empat abad yang lalu, yaitu abad IV sebelum masehi oleh Plato yang membagi jenis kata bahasa yunani kuno dalam kerangka telaah filsafatnya. Dalam kerangka telaah filsafatnya Plato membagi jenis kata bahasa yunani kuno menjadi dua golongan yakni onom  dan rhema. Onoma adalah jenis kata yang biasanya menjadi pangkal pernyataan dan pembicaraan, dalam kata lain onoma pun disebut sebagai pernyataan pertama atau kurang lebihnya itu disejajarkan dengan kata benda. Sedangkan rhema adalah jenis kata yang biasanya dipakai untuk mengungkapkan pernyataan atau pembicaraan, dalam kata lain rhema merupakan pernyataan kedua dan dapat dijajarkan dengan kata kerja atau sifat.
Pola pikir tersebut kemudian dikembangkan oleh Aristoteles (384 SM-322 SM). Dimana Aristoteles membagi jenis kata bahasa yunani kuno menjadi tiga golongan, yakni onoma, rhema, syndesmos. Dua jenis kata sama dengan pokok pikiran gurunya, sedangkan yang satunya lagi sebagai buah pikirannya sendiri sebagai usaha melengkapi pembagiannya itu.
Kriteria pembagian jenis kata yang dipergunakan oleh Aristoteles tidak lagi semata-mata filosofis melainkan lebih kepada pemikiran linguistik. Onoma sekarang ditafsirkan sebagai jenis atau golongan kata yang mengalami perubahan bentuk secara deklinatif, yaitu perubahan bentuk kata yang disebabkan oleh perbedaan jenis kelamin, jumlah dan kasus. Rhema diartikan  sebagai golongan kata yang mengalami perubahan bentuk secara konjugatif, yaitu perubahan bentuk kata yang disebabkan oleh perbedaan personal, jumlah, dan kala (tenses).
Pada akhir abad kedua masehi (130 SM) oleh Dyonisius Thrax dimana pada saat ini sangat menjadi anutan para ahli tata bahasa, beliau menjadikan jenis kata bahasa mencapai delapan, yakni:
a.       Nomina
b.      Pronomin
c.       Artikel
d.      Verba
e.       Adverbial
f.       Preposis
g.      Partisipium
h.      Konjugasi
Dimana yang sebelumnya pembagian ini melakukan oleh Zeno. Jenis kata menjadi empat, yakni:
a.       Nomina
b.      Verba
c.       Artikel
d.      Konjugasi

Pada abad ke-IV dan V,  gramatisi yang terkenal pada saat itu adalah Donatius dan Priscianus. Karangan kedua gramatis ini sangat terkenal dan besar sekali pengaruhnya diseluruh eropa. Pembagian jenis kata pada saat itu menjadi tujuh, yaitu:
a.       Nomina
b.      Pronominal
c.       Verba
d.      Adverbial
e.       Preposisi
f.       Partisipium
g.      konjugasi/konjungsi

Pada abad pertengahan orang-orang eropa berlomba-lomba mempelajari bhasa latin. status bahasa latin pada saat itu memang sangat tinggi hingga bahasa-bahasa lain yang termasuk bahasa-bahasa mereka asli mereka sendiri dianggap sebagai bahasa vulgar. Setelah abad XVI barulah muncul kesadaran untuk mempelajari bahasa mereka sendiri. Pembagian jenis kata pada abad pertengahan dilakukan oleh modistae. Ia membagi jenis kata menjadi delapan, yaitu:
a.       nomina
b.      pronominal
c.       partisipium
d.      verb
e.       adverbial
f.       preposisi
g.      partisipium
h.      konjungasio
i.        interjeksi
Pada zaman Renaisance pembagian jenis kata kembali menjadi tujuh, yaitu:
a.       Nomina
b.      Pronominal
c.       Partisipium
d.      Adverbial
e.       Preposisi
f.       Konjungsi
g.      Interjeksi

Dan pembagian jenis kata ini di negeri belanda menjadi sepuluh, yaitu: :
a.       Nomina
b.      Verba
c.       Pronomina
d.      Adverbia
e.       Adjektiva
f.       Numeralia
g.      Preposisi
h.      Konjungsi
i.        Interjeksi
j.        Artikel.
Tradisi inilah yang kemudian dikutip oleh para ahli tatabahasa tradisional di Indonesia.
Di Indonesia ada tradisi lain di dalam hal pembagianjenis kata ini, yaitu pembagian jenis kata atas 3 golongan, yakni: (1) isim, (2) fi’il, (3) harf.
 Pemabagian semacam ini dilakukan oleh Sultan Muhammad Zain. Dia terpengaruh oleh ahli tata bahasa melayu Raja Alihaji. Raja Alihaji sendiri pada dasarnya terpengaruh oleh tradisi Arab, yakni dari seorang ahli tata bahasa Arab yang bernama Sibawaihi. Sibawaihi sendiri meneruskan poko pikiran gurunya yaitu Addu’ali.
Awal abad XX fajar mulai merekah, paham baru mulai muncul . munculnya karangan Ferdinand de Saussure yang berjudul “Cours de Linguistique generale”(1916) merupakan angin segar bagi perkembangan ilmu bahasa modern. Bahkan secara ekstem orang mengatakan buku tersebut merupakan revolusi di dalam sejarah perkembangan ilmu bahasa. Konsepnya tentang signifiant dan signifie merupakan kunci utama untuk memahami hakikat bahasa.
Konsep lain yang ditampilkan antara lain parole, langue dan langage; representasi grafis, serta deretan sintakmatik dan pradigmatik. Pandangan de Saussure ini kemudian berkembang menjadi suatu aliran dengan nama aliran Strukturalisme. Dibawah panji-panji strukturalisme ini linguistic modern berkembang dengan pesatnya hingga sekarang. Walaupun sekarang ini bermunculan beraneka macam aliran linguistic seperti transformasionalisme, tagmemik, case grammer, dll.
Pembagian jenis kata pada zaman strukturalisme tidak lagi menggunakan criteria filosofis. Melainkan criteria structural yang meliputi struktur morpologis, faseologis, klausal. Berdasarkan criteria itu Moeliono (dalam kridlaksana, 1986:19) membagi jenis kata Indonesia menjadi tiga, yakni:
a.       Nominal
b.      Verbal
c.       Partikel
Apabila kita ini kita bandingkan dengan tradisi Arab dan Yunani terdapat kesejajaran sebagai berikut:
Aristoteles :                       Arab :                          strukturalisme :
(1)   Onoma                      (1) isim                        (1) nominal
(2)   rhema                        (2) fi’il                         (2) verbal
(3)   syndesmos                 (3) harf                        (3) partikel      

2.4 Perkembangan Ilmu Bahasa Di Dunia Timur

Sejarah perkembangan ilmu bahasa didunia timur dimulai dari india kurang lebih empat abad sebelum masehi, jadi hampir bersamaan dengan dimulainya sejarah ilmu bahasa didunia barat (tradisi Yunani). Perkembangan bahasa di dunia timur ini ditandai dengan munculnya karya Panini yang berjudul “vyakarana” buku tersebut buku tata bahasa sansekerta yang sangat mengagumkan dunia pada zaman yang sedini itu telah dapat mendeskripsikan bahasa sansekerta secara lengkap dan dan sangat seksama, teristimewa dalam bidang fonologinya. Sayangnya buku tersebut teramat sulit dipahami oleh orang awam. Hal itulah yang menyebabkan seorang muridnya yang bernama Patanjali terpaksa harus menyusun tafsir atau penjelasannya yang diberi judul “mahabhasa”.
Karya Panini itu pada dasarnya disusun semata-mata berdasarkan dorongan atau motivasi religious. Para brahmana dan brahmacarin dalam mengajarkan pemahaman dan pengalaman isi kitab Veda kepada para pengikutnya tidak dilakukan secara tertulis, melainkan secara lisan. Hal tersebut dilakukan agar hal pengucapannya benar-benar mendapat perhatian. Pengucapan yang salah tidak hanya menyebabkan mantranya tidak terkabul, akan tetapi justru akan mendatangkan malapetaka. Demikianlah anggapan mereka. Dengan anggapan semacam itu mengakibatkan mereka sangat cermat dan berhati-hati di dalam pengucapan. Untuk keperluan itu maka pengucapan atau sistem fonologi bahasa sansekerta dipelajari dengan tekun. Hasilnya memang sangat mengagumkan. Huruf Devanagari yang dipakai untuk melambangkan bunyi-bunyi bahasa sansekerta sedemikian lengkapnya. Setiap bunyi diupayakan untuk dilambangkan dengan cara khas.
Di seluruh dunia tidak ada bahasa yang secermat ini sistem bunyi dan sistem tulisnya. Banyak ahli bahasa barat yang kagum dan terperanjat setelah mengetahui bahwa tata bahasa sansekerta pada zaman yang sedini itu sudah memiliki deskrifsi bahasa yang tidak ubahnya dengan deskripsi ahli bahsa structural di barat pada awal abad dua puluh, atau katakanalah akhir abad Sembilan belas. Bahkan banyak yang menilai bahwa deskripsi linguistic panini ini merupakan deskripsi structural yang paling cermat dan paling murni. Dengan demikian seandainya kita bandingkan antara barat dan timur dengan mengambil tharikh yang sama, maka dapat dikatakan bahwa ilmu bahasa di dunia barat tertinggal dua puluh tiga abad dari dunia timur. Sayangnya puncak strukturalisme pada saat itu terputus sama sekali dan tidak ada kelanjutannya barang sedikit pun. Hal tersebut dapat kita pahami karena motivasinya bukanlah motivasi yang sifatnya linguistik melainkan motivasi religius.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
Peranan filsafat bahasa sangat penting pada pengembangan ilmu bahasa karena filsafat bahasa adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat bahasa, sebab dan asal mula bahasa. Pada dasarnya perkembangan aliran filsafat analitika bahasa meliputi tiga pokok aliran yakni, aliran atomisme logis, positifisme logis dan filsafat bahasa biasa. Aliran bahasa inilah yang menjadi pengaruh yang sangat kuat dibandingkan aliran yang lain.


Daftar Pustaka
            Chaer, Abdul. 2007, Linguistik Umum, Jakarta: Rineka Cipta.
            Qomar, Mujamil. 2001,Epistemlogi Pendidikan Islam. STAIN Tulungagung.
            Soeparno. 2002, Dasar-Dasar Linguistic Umum, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
Suriasumantri, Jujun. 1996, Filsafat Ilmu, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Titus. 1998, Persoalan-persoalan Filsafat, Yogyakarta: Tiara Wacana.