Pendahuluan
Filsafat ilmu adalah ilmu
pengetahuan dimana ilmu menjadi objek kajianya, didalamnya terdapat berbagai
hal yang berhubungan tentang ilmu entah itu pengertian, cirri, jenis danlain
sebagainya. Filsafat ilmu adalah pikiran-pikiran yang reflektif terhadap
persoalan mengenai segala hal menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu
dengan segala aspek dari kehidupan manusia (The Liang Gie, 2004). Sedangkan
menurut Lewis White Beck, filsafat ilmu bertujuan membahas dan mengevaluasi
metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan nilai dan pentingnya
upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
Salah satu kajian Ontologi
yaitu kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi
tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang
memiliki pandangan yang bersifat ontologis yang terkenal diantaranya Thales, Plato, dan Aristoteles. Pada masanya, kebanyakan orang belum mampu membedakan antara penampakan
dengan kenyataan.
Menurut Bahasa, Ontologi
berasal dari Bahasa Yunani, yaitu on /
ontos = being atau ada, dan logos = logic atau ilmu. Jadi, ontologi bisa diartikan The theory of being qua being (teori
tentang keberadaan sebagai keberadaan), atau
Ilmu tentang yang ada. Pengertian
menurut istilah, Ontologi adalah
ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality
yang berbentuk jasmani / kongkret maupun rohani / abstrak (Bakhtiar, 2004).
Terdapat beberapa aliran yang
mengemukakan tentang sumber ilmu pengetahuan diantaranya :
·
Rasionalisme
Aliran ini
muncul pada abad 17, Rasionalisme berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang
dapat dipercaya adalah rasio atau akal (Harun Hadiwijono, 1980) Metode yang
digunakan adalah metode deduktif, yaitu suatu penalaran yang mengambil
kesimpulan dari suatu kebenaran yang bersifat umum untuk diterapkan kepada
hal-hal yang bersifat khusus. Tokoh-tokoh filsafat dari mazhab rasionalisme
diantaranya adalah Rene Descartes, Blaise Pascal, Baruch Spinoza. Tokoh
rasionalisme yang sangat berpengaruh adalah Rene Descartes yang disebut juga
bapak filsafat modern. Salah satu pernyataan paling populer dari Descartes
adalah cogito ergo sum, yang artinya aku berpikir maka aku ada.
·
Empirisme
Aliran ini
muncul sezaman dengan rasionalisme yaitu pada abad 17. Empirisme berpendapat
bahwa empiri atau pengalamanlah yang menjadi sumber pengetahuan, baik
pengetahuan lahiriah maupun batiniah. Metode yang dipercayai adalah induktif,
yaitu suatu penalaran yang mengambil kesimpulan dari suatu kebenaran yang
bersifat khusus untuk diterapkan kepada hal-hal yang bersifat umum. Beberapa
tokoh dari aliran ini diantaranya adalah Thomas Hobbes, John Locke dan David
Hume. Thomas Hobbes misalnya berpendapat bahwa pengalaman adalah awal dari
semua pengetahuan. Hanya pengalamanlah yang memberi kepastian. Filsafat harus
diarahkan kepada fakta-fakta yang diamati, dengan maksud untuk mencari
sebab-sebab terjadinya sebuah realitas.
·
Positivisme
Aliran ini berkembang pada abad 19. Positivisme
berpendapat bahwa pemikiran filsafat berpangkal dari apa yang telah diketahui,
yang faktual, yang positif. Sehingga sesuatu yang sifatnya metafisik ditolak.
Positivisme dan empirisme memiliki kesamaan, yaitu bahwa keduanya mengutamakan
pengalaman. Perbedaannya positivisme membatasi diri pada pengalaman-pengalaman
objektif, sedangkan empirisme masih menerima pengalaman yang subjektif.
Beberapa tokoh dari aliran ini antara lain August Comte, John Stuart Mill dan
Herbert Spencer. August Comte menyatakan bahwa perkembangan pemikiran manusia,
baik sebagai pribadi maupun manusia secara keseluruhan meliputi tiga zaman,
yaitu: zaman teologis, zaman metafisis dan zaman positif.
Dalam
pembahasan ini saya akan mencoba menjelaskan salah satu dari tiga aliran yang
telah di sebutkan dengan objek.
Pembahasan
Salah
satu pelopor rasionalisme adalah Descartes, menurutnya pengetahuan tentang
sesuatu bukan hasil pengamatan melainkan hasil pemeriksaan rasio (dalam
Hadiwijono, 1981). Pengamatan merupakan hasil kerja dari indera (mata, telinga,
hidung, dan lain sebagainya), oleh karena itu hasilnya kabur, karena ini sama
dengan pengamatan binatang. Untuk mencapai sesuatu yang pasti menurut Descartes
kita harus meragukan apa yang kita amati dan kita ketahui sehari-hari. Pangkal
pemikiran yang pasti menurut Descartes dikemukakan melalui keragu-raguan.
Keragu-raguan menimbulkan kesadaran, kesadaran ini berada di samping materi.
Prinsip ilmu pengetahuan satu pihak berpikir pada kesadaran dan pihak lain
berpijak pada materi juga dapat dilihat dari pandangan Immanuel Kant (1724-1808).
Menurut Immanuel Kant ilmu pengetahuan itu bukan merupakan pangalaman
terhadap fakta, tetapi merupakan hasil konstruksi oleh rasio.
Misalkan
dalam penulisan sebuah teori, atau karya penulisan teory Roman Jakobson tentang pemikiran
manusia yang secara umum dibagi menjadi dua yaitu metapora dan metonim. Hal ini
tidak bisa dilakukan hanya dengan pengalaman saja tapi juga proses berpikir
yang melibatkan dan menggabungkan tentang kemiripan dari generalisasi pemikiran
pasien aphasia dengan teory literature yang membuatnya mngambil kesimpulan dari
pemikiran tersebut.
Menurut apa yang ditemukanya Varietas aphasia [gangguan
bahasa] banyak dan beragam, tetapi semuanya terletak di antara dua jenis kutub yaitu metapora dan metonimi.
Setiap bentuk gangguan aphasic terdiri dalam
beberapa gangguan, kurang-lebih,
baik dari kumpulan untuk seleksi dan
substitusi atau untuk
kombinasi dan komposisi kata.
Penyakit yang di alami penderitaan melibatkan
kerusakan operasi metalinguistik, sedangkan kerusakan kedua kapasitas untuk
menjaga hirarki unit linguistik. Hubungan kesamaan
ditekan dalam hubungan kedekatan dalam jenis kedua
aphasia. Metafora adalah gangguan kesamaan
kata atau tidak bisa menjelaskan kata secara metafora, dan
metonimi gangguan kedekatan kata atau tidak bisa menjelaskan kata secara metonimi.
Kedua Jenis utama
aphasia ini menyebabkan Jacobson memahami bahwa
sastra atau bentuk
pikiran manusia terbagi menjadi dua
jenis utama berpikir, baik itu metaforis atau metonymic.
Misalnya ada beberapa
kasus penulis yang
disebutkan Jakobson dalam tulisannya yang memiliki gangguan mental atau aphasia,
pasien menunjukkan bahwa ketidakmampuan dari metonymic
yang memiliki semacam hambatan untuk pekerjaan mereka, pembaca untuk karyanya menjadi
kesulitan karena sulit memahami makna dalam
karyanya karena penulis terus-menerus menggunaan gaya metonimi. Ini
menunjukkan bahwa manusia untuk bagian tertentu memiliki pemahaman baik metaforis
dan metonymic, tapi yang
dominanlah yang menyebabkan pengaruh tertentu dalam gaya bicara mereka dab juga gaya pemikiran mereka, dan
untuk memahami pekerjaan menulis atau karya sastra, kedua jenis utama
gaya penulisan ini dapat membantu untuk
memahami makna dalam
memahami karya sastra.
Kesimpulan
Rasionalisme adalah aliran yang berpendapat bahwa
sumber pengetahuan yang dapat dipercaya adalah rasio atau akal. Dari contoh di atas bisa
dikatakan bahwa pengalaman saja tidak cukup untuk menjadikanya sebuah dasar
pengetahuan tetapi juga ditambah dengan pemikiran yang di kemukan oleh kaum
rasionalis pengetahuan dapat terbentuk dan dapat dijadikan sebagai landasan
ilmu pengetahuan walaupun dalam langkah selanjutnya masih banyak
langkah-langkah atau metode-metode selanjutnya agar menjadi ilmu pengetahuan
yang berguna bagi manusia.
Pemikiran Jacobson ini
bukanlah hanya berasal dari pengalaman umum saja melainkan hasil dari proses
berpikir yang menggunakan rasio dan membuatnya menjadi pengetahuan yang masih
digunakan sampai saat ini.
Reference
Jakobson and Morris Halle. 1971.
Fundamentals of Language. San Diego: Harcourt Brace Jovanovich : 1113-1116.
Holman, Hugh, ed. 1972. A Handbook to
Literature. 3d ed. Indianapolis:
Bobbs-Merrill.
Basuki, Heru.2006. Penelitian
Kualitati Untuk Ilmu-Ilmu Kemanusiaan Dan Budaya. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar