Oleh: Pattrinesia Herdianaira 1211503097
Abstrak : Analisis ini bertujuan untuk memahami konsep aliran filsafat
Nihilisme melalui ungkapan “Tuhan Telah Mati” yang diambil dari seorang filsuf
Jerman Friedrich Nietzsche serta
pengingkaran terhadap Tuhan yang berkembang menjadi suatu paham atau ideologi
seperti sekulerisme dan atheisme.
Kata Kunci : Friedrich Nietzsche, Ontologi, Nihilisme, Tuhan, Kristen, Atheisme,
Sekulerisme.
Pendahuluan :
"Tuhan
sudah mati. Tuhan tetap mati. Dan kita telah membunuhnya. Bagaimanakah kita,
pembunuh dari semua pembunuh, menghibur diri kita sendiri? Yang paling suci dan
paling perkasa dari semua yang pernah dimiliki dunia telah berdarah hingga mati
di ujung pisau kita sendiri. Siapakah yang akan menyapukan darahnya dari kita?
Dengan air apakah kita dapat menyucikan diri kita? Pesta-pesta penebusan
apakah, permainan-permainan suci apakah yang perlu kita ciptakan? Bukankah
kebesaran dari perbuatan ini terlalu besar bagi kita? Tidakkah seharusnya kita
sendiri menjadi tuhan-tuhan semata-mata supaya layak akan hal itu [pembunuhan
Tuhan]?" [Nietzsche, Die fröhliche Wissenschaft, seksi 125]
Analisis kutipan ini dilatar
belakangi oleh pemikiran Nietzsche yang cukup radikal di zamannya tentang
keberadaan Tuhan dan konsep nihilisme itu sendiri. Nihilisme merupakan suatu
paham bahwa yang meyakini bahwa dunia ini terutama keberadaan manusia di dunia
tidak memiliki tujuan. Nihilisme juga berasal dari bahasa latin yang berarti nothing
atau tidak ada. Itu artinya dalam Gott
ist tot ( Tuhan telah mati) Nietzsche (sang pembunuh Tuhan) menganggap dengan
adanya keberadaan Tuhan maka kekreatifitasan manusia akan terkekang oleh
hukum-hukum agama, dan seharusnya manusialah yang menjadi penguasa bagi dirinya
sendiri. Maka dari itu Nihilisme tidak percaya pada kehidupan sesudah kematian,
pengingkaran terhadap tuhan inipun dapat kita temukan dalam beberapa ideologi
seperti atheisme dan sekularisme yang sedang marak di zaman sekarang ini. Nihilis
biasanya memiliki beberapa atau semua pandangan ini: tidak ada bukti yang
mendukung keberadaan pencipta, moral sejati tidak diketahui, dan etika sekular
adalah tidak mungkin. Karena itu, kehidupan tidak memiliki arti, dan tidak ada
tindakan yang lebih baik daripada yang lain.
Metode :
Metode
yang digunakan adalah metode kualitatif dengan menggunakan konsep Ontologi atau
metafisik. Istilah ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius
pada tahun 1936 M, untuk menamai hakekat yang ada bersifat metafisis. Dalam
perkembangannya Christian Wolf (1679-1754) membagi metafisika menjadi dua,
yaitu metafisika umum dan khusus. Metafisika umum adalah istilah lain dari
ontologi. Dengan demikian, metafisika atau ontologi adalah cabang filsafat yang
membahas tentang prinsip yang paling dasar atau paling dalam dari segala
sesuatu yang ada. Sedangkan metafisika khusus masih terbagi menjadi Kosmologi,
Psikologi dan Teologi.
Objek
kajian ontologi adalah hakikat seluruh kenyataan. Yang nantinya, objek ini
melahirkan pandangan-pandangan (point of view) atau aliran-aliran pemikiran
dalam kajian ontologi antara lain: Monoisme, Dualisme, Pluralisme, Nihilisme
dan Agnotisisme.
Dalam
kajian ini yang akan dititik beratkan adalah aliran Nihilisme yaitu konsep dari
Tuhan Telah Mati, suatu kutipan yang diambil dari buku karya Friedrich
Nietzsche berjudul Die fröhliche Wissenschaft atau dalam bahasa Inggris The Gay Science yang
terbit pada tahun 1882. Dengan menganalisis kutipan dari buku tersebut, kita
akan memahami konsep dari Nihilisme yang telah Nietzsche buat.
Setelah
itu kita akan mengkaji benang merah serta kemiripan konsep antara Nihilisme,
sekulerisme dan atheisme yang sama-sama mengingkari keberadaan Tuhan.
Sekilas
Tentang Nihilisme
Nihilisme
menurut Friedrich Nietzsche adalah ketika moral sudah mulai runtuh dan agama
tidak dijadikan sebagai pegangan, maka dari itu semua orang dalam hidupnya
tidak lagi memiliki tujuan hidup yang sebenarnya. Sementara konsep Nihilisme
sendiri lahir nihilisme sudah ada semenjak zaman Yunani Kuno, tokohnya yaitu
Gorgias (483-360 SM) yang memberikan 3 proposisi tentang realitas yaitu:
Pertama, tidak ada sesuatupun yang eksis,
Kedua, bila sesuatu itu ada ia tidak dapat diketahui, Ketiga, sekalipun realitas itu dapat kita
ketahui, ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang lain.
Konsep ini dipeluk oleh orang-orang yang
memahami bahwa realitas yang ada di alam ini hanyalah keburukan. Mereka
beranggapan bahwa fenomena-fenomena yang ada pada manusia tidak lain adalah
kemalangan, penderitaan, kemiskinan dan kehancuran.
Hasil
Analisa
Analisa
antara Nihilisme dan Tuhan Telah Mati Menurut Friedrich Nietzsche
Analisa ini
difokuskan pada kutipan Tuhan Telah Mati serta hubungannya dengan konsep
Nihilisme yang berujung pada pengingkaran terhadap Tuhan. Sebenarnya Nietzche
mengkritik orang-orang kristen pada zamannya yang menganggap agamanya sebagai
ritual belaka yang membuat semua makna dan nilai yang menjadi pegangan (yang
mencirikan kewarasan) kini seluruhnya sudah roboh. Dengan berseru “Tuhan sudah
mati”, Nietzsche pertama-tama tidak bermaksud mau membuktikan bahwa Tuhan tidak
ada. Bagi Nietzsche, pembuktian mengenai eksistensi Tuhan merupakan cara bicara
para metafisisi yang hanya bersandar pada prinsip-prinsip logika saja.
Sedangkan Nietzsche dalam nihilismenya juga menolak keabsahan logika itu.
Nihilisme
berarti penyingkapan bahwa di balik ide indah tentang Idea, Tuhan atau apa pun
ternyata hanyalah kekosongan belaka. Lebih parah lagi bahwa idea kekosongan ini
ternyata sepanjang segala abad dikehendaki dengan mati-matian. Hal ini adalah
ironi zaman, menurut Nietzsche, kehendak akan Kebenaran-Kebaikan-Keadilan
secara mati-matian ternyata hanyalah kehendak akan kekosongan. Tersingkapkan
sekarang bahwa valuasi berlebihan atas nilai tersebut memiliki sisi mematikan
lainnya, yaitu devaluasi atas realitas senyatanya.
Nihilisme
sebagai runtuhnya nilai-nilai merupakan keadaan yang normal dan akibat yang
harus terjadi. Nihilisme adalah hasil yang tak terelakkan dari seluruh gerak
sejarah sebelumnya yang diresapi gagasan-gagasan ketuhanan.
Maka dari
itulah “ Tuhan Telah Mati” : Siapakah yang akan menyapukan darahnya dari kita?
Dengan air apakah kita dapat menyucikan diri kita? Pesta-pesta penebusan
apakah, permainan-permainan suci apakah yang perlu kita ciptakan? Bukankah
kebesaran dari perbuatan ini terlalu besar bagi kita? Tidakkah seharusnya kita
sendiri menjadi tuhan-tuhan semata-mata supaya layak akan hal itu [pembunuhan
Tuhan]? [Nietzsche, Die fröhliche Wissenschaft, seksi 125] karena tuhan hanya
dijadikan ritual kekosongan saja. Bagi Nietzsche Tuhan telah mati.
Jadi
sesungguhnya Nietzsche berusaha menaklukan Nihilisme itu sendiri. Melalui
paradigma yang telah dibangun oleh kutipan Tuhan Telah Mati. Nietzsche
mengkritik orang-orang kristen di zamannya sebagai penganut Nihilisme (secara
tidak sadar) yang mana ritual keagamaan hanyalah sebagai ritual kekosongan
belaka, yang membuat mereka menjadi skeptis dan takut akan dosa dan mematikan
sisi kekreatifitasan mereka sendiri. Secara tak sadar orang kristen menganggap
tuhan telah mati.
Kemiripan
Konsep antara Nihilisme, Sekulerisme dan Atheisme
Nihilisme
Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya. Nihilisme memahami bahwa manusia tidak memiliki
tujuan hidup yang sesungguhnya. Kehidupan tidak memiliki arti Tuhan atau apa
pun ternyata hanyalah kekosongan belaka.
Sekularisme
Menurut KBBI
sekularisme adalah paham atau pandangan yg berpendirian bahwa moralitas tidak
perlu didasarkan pd ajaran agama. Jadi antara duniawi dan agama haruslah
terpisah. Kehidupan duniawi tak ada hubungannya dengan agama.
Atheisme
Ateisme adalah paham
yg tidak mengakui adanya Tuhan. Tak ada yang namanya hari akhir, surga ataupun
neraka, serta pembalasan atas apa yang telah dilakukan di dunia. Istilah
ateisme berasal dari Bahasa Yunani ἄθεος (átheos), yang secara peyoratif
digunakan untuk merujuk pada siapapun yang kepercayaannya bertentangan dengan
agama/kepercayaan yang sudah mapan di lingkungannya. Dengan menyebarnya
pemikiran bebas, skeptisisme ilmiah, dan kritik terhadap agama, istilah ateis
mulai dispesifikasi untuk merujuk kepada mereka yang tidak percaya kepada
tuhan. Orang yang pertama kali mengaku sebagai "ateis" muncul pada abad
ke-18.
Ketiga paham
tersebut memiliki persamaan. Yaitu sama-sama merujuk kepada pengingkaran
terhadap tuhan. Dalam makna Nihilisme tuhan hanyalah kekosongan belaka.
Sedangkan dalam ideologi sekularisme moral tak perlu di dasarkan pada ajaran
agama yang juga tidak mementingkan kehadiran tuhan. Sedangkan ateis juga
berawal dari pertanyaan-pertanyaan/ skepitisme terhadap adanya tuhan. Maka dari
itu Nietzsche menganggap bahwa Tuhan telah mati.
Simpulan
Dalam bukunya Die
fröhliche Wissenschaft Tuhan yang
pernah diakui sebagai tujuan dan dasar bagi dunia dan hidup manusia, semakin
pudar. Setiap usaha untuk menghidupkan-Nya kembali sia-sia. Usaha-usaha itu
justru menimbulkan berbagai konflik dan situasi menyulitkan dan akhirnya
mempercepat proses nihilisme. Situasi nihilistik ini pada akhirnya menjadi
semangat zaman karena melampaui kekuasaan manusia perorangan. Secara singkat
dapat dikatakan bahwa dalam arti sempit, matinya Tuhan menunjuk pada runtuhnya
jaminan absolut yang merupakan sumber pemaknaan dunia dan hidup manusia.
Nietzsche menyebut situasi ini sebagai nihilisme.
Menurut Nietzsche
manusia sendiri harus menciptakan dunia dan memberinya nilai. Dan ia
menunjukkan bagaimana harus melakukannya tanpa bercita-cita menciptakan, secara
singkat nihilisme dapat disimpulkan sebagai suatu kehilangan makna. Manusia
tenggelam dalam situasi tertentu dan menerima saja keberadaannya. Suatu sifat
nilai-nilai dan kultur tertentu yang menyediakan makna ilusoris tentang
kekuasaan sebagai agensi. Menghadapi bahaya nihilisme ini, Nietzsche
mengusulkan interpretasi baru. Interpretasi baru harus praktis. Karena itu,
manusia harus memahami dirinya sebagai subjek masa kini dan masa depan. Untuk
memperkuat pendapatnya tentang otoritas subjek, ia melemparkan dan mengklaim “
Tuhan sudah mati”. Bila Tuhan sudah mati, manusia dapat bebas mewujudkan
kekuasaannya. Dengan meninggalkan Tuhan yang dianggap sebagai peletak dasar
nilai-nilai, manusia berhadapan dengan suatu kemayaan.
Sementara pada
zaman modern seperti sekarang konsep
Nihilisme semakin berkembang. Di mana agama hanya sebagai ritual kekosongan
belaka sehingga maraklah paham-paham lain seperti sekularisme dan atheisme.
Munculnya teknologi yang semakin berkembang, membuat manusia menjadi terasa
skeptis kepada agama. Mereka memisahkan agama dan kehidupan duniawinya. Sehingga
nilai-nilai moral yang dari dulu telah agama buat terasa hancur begitu saja.
Itulah yang
ingin dijelaskan Nietzsche bahwa tuhan telah mati. Karena nilai manusia telah
hilang, zaman sekarang pun banyak yang melakukan pengingkaran terhadap tuhan.
Daftar Pustaka :
Hardiman, F. Budi, Filsafat Modern: dari Machiavelli sampai
Nietzsche, Jakarta: Gramedia, 2007..
Laktutus Ruben Moruk de: Nihilisme menurut Friedrich W
Nietzsche(1844-1900). http://wwwrubenmorukofm.blogspot.com/2011/01/nihilisme-menurut-friedrich-w-nietzsche.html.
2011. diunduh pada tgl 29 Oktober 2014.
Nietzsche Friedrich, The Gay Science(edited by Bernard Williams).
UK: Cambridge Press. 2001.
Setyo Wibowo, A., Gaya Filsafat Netzsche, Yogyakarta: Galang
Press, 2004.
Sunardi, St.,
Nietzsche, Yogyakarta: LkiS, 1996.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar