Rabu, 29 Oktober 2014

Fungsi Struktur Filsafat Ilmu (Fungsi Penjelasan) dan Kaitannya Terhadap Nilai Logika pada Artikel Consuming Fresh Foods Instead of Canned Foods
Dibuat untuk memenuhi nilai Ujian Tengah Semester mata kuliah Filsafat Ilmu



Penyusun:
Nurul Fadila
1211503093

Bahasa dan Sastra Inggris
Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negri Sunan Gunung Djati
Bandung

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Ilmu merupakan sebuah kebenaran yang harus diakui karena melalui rentetan pengujian yang berasas pada tiga langkah yaitu: hipotesis, logika dan verifikasi.
Bila terdapat sebuah kecacatan pada sebuah ilmu itu merupakan adanya kelalaian pada proses pembuatan ilmu tersebut sehingga mengharuskan ilmu yang asalnya telah diakui tersebut harus dihilangkan dari peredaran keilmuan.
Dewasa ini banyak sekali hal yang lahir sebagai sebuah paham keilmuan, keragu-raguan dalam filsafat sangatlah dibutuhkan, apalagi bagi seorang pencari ilmu sehingga untuk mengujinya haruslah kita tahu dan mempraktekannya agar ilmu tersebut dapat dimasukkan logika.

1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Apakah objek kajiannya?
1.2.2        Apakah jenis fungsi yang dapat dikaitkan?
1.2.3        Bagaimanakah kebenarannya?

1.3  Tujuan
1.3.1        Menentukan kebenaran pada artikel ‘Consuming Fresh Foods Instead of Canned Foods’
1.3.2        Menentukan fungsi ilmu yang terkait dengan fakta-fakta yang dihadirkan pada artikel ‘Consuming Fresh Foods Instead of Canned Foods’
1.3.3        Menentukan kebenaran atau kesalahan pada artikel ‘Consuming Fresh Foods Instead of Canned Foods’

1.4  Hipotesis
Semakin lama produksi sebuah makanan semakin bahaya bagi tubuh




BAB II
KAJIAN TEORI

2.1  Pengertian  Filsafat Ilmu
Kata filsafat berasal dari kata majemuk “Filosdan Sophia”. Kata yang pertama berarti cinta atau sahabat, yang kedua berarti pengetahuan bijaksana. Philosophia berarti cinta akan pengetahuan yang benar atau kecenderungan terhadap pengetahuan yang benar.
Filsafat terjadi jika orang mempertanyakan dan mengkaji suatu masalah atau mendalami hakikat sesuatu secara sistematis, dan bahwa pendalaman mengenai hakikat sesuatu itu disertai pembuktian yang dapat diterima akal dan tersusun berjalinan dan dapat dipertanggungjawabkan (Langeveld 1957: 9)
Sistematik berarti juga bahwa hakikat sesuatu yang didalami itu dilihat sebagai bagian atau subsistem dalam kerangka entitas sistem itu.
Radikal berasal dari kata “radix, (Yunani berarti akar)”. Berpikir radikal berarti berpikir sampai akar-akarnya, dan tidak kepalang tanggung, hingga pada konsekwensi-konsekwensi terakhir.
Universal, berarti berpikir secara keseluruhan dantidak hanya mengenai bagian-bagian tertentu saja.
Berfilsafat, berarti mencari kebenaran untuk kebenaran tentang segala sesuatu yang dipermasalahka, dengan berpikir  secara radikal, sistematis dan universal.
Maka pengetahuan yang berlaku (applied) sama artinya dengan pengetahuan yang berdasarkan dengan kebenaran.

2.2  Struktur Pengetahuan Ilmiah
a.      Siklus Logico- Hipotetico- Verifikatif
Seperti dikenal kerangka berpikir menurut metode  ilmu adalah proses logico- hipotico, verifikatif. Proses itu mengenal langkah-langkah yag sistematik mulai dari perumusan masalah sampai kepada tahap penarikan kesimpulan, dengan penuh disiplin.
Jika ternyata prediksi (ramalan) suatu hipotesa atau teori adalah tepat dan jitu, maka ia akan menjadi bagian dari perbendaharaan atau khazanah ilmu. Bahkan jadi masukkan (input) itu lebih umum atau lebih memudahkan dari pada teori yang mendahuluinya, ia akan menggeser kedudukan teori yang lama, sampai ia pada suatu waktu yang mungkin tergeser dan tergusur pula oleh suatu teori yang lebih jitu yang akan muncul sesudahnya.
Demikian siklus itu berjalan secara berulang-ulang (iteratif) sehingga diperoleh pengetahuan ilmiah yang kadar dan nilai kebenarannya. Semakin tinggi hipotesa demi hipotesa, prediksi demi prediksi, akan terpadu secara beruntun, maka secara kumulatif ilmu itu berkembang. Secara deducto-deterministik, induktif- probabilistik, fungsional atau genetik, atau dengan kombinasi beberapa diantaranya dan bahkan mungkin semua cara ini, ilmu itu akan menjelaskan gejala-gejala alam. Penjelasan yang lebih berguna untuk prediksi dan pengendalian ialah penjelasan yang didasarkan atas hukum-hukum causal bukan hukum korelasional.
Suatu hipotesa yang sudah verified secara formal sudah diakui sebagai pengetahuan ilmiah yang baru dan jika kemudian ternyata salah disebabkan oleh suatu kelalaian pada salah langkah dari proses penemuannya maka cepat atau lambat kesalahan itu akan diketahui dan pengetahuan ini akan disingkirkan dari pembendaharaan keilmuan. Disebabkan oleh sifat dan karakteristik metode ilmu itu sendiri, yakni mempunyai mekanisme umpan balik yang bersifat korektif dan memungkinkan upaya keilmuan itu menemukan kesalahan yang telah diperbuat. Ilmu pada dasarnya merupakan kumpulan pengetahuan manusia melakukan serangkaian tindakkan untuk memanfaatkan potensi alam tersebut berdasarkan penjelasan-penjelasan yang dihidangkan oleh ilmu.
Pengetahuan ilmiah itu pada hakikatnya mempunyai tiga fungsi:
1)      Menjelaskan
2)      Meramalkan
3)      Mengontrol

a)      Fungsi menjelaskan pada Ilmu
Penjelasan keilmuan memungkinkan kita meramalkan apa yang dan berdasarkan ramalan itu dilakukan usaha untuk mengontrol apakah ramalan itu menjadi kenyataan atau tidak.

Penjelasan tersebut dibagi atas 4 jenis yaitu:
1.      Penjelasn logis
-          Pejelasan deduktif
      menggunakan cara berpikir deduktif dalam menjelaskan suatu gejala dengan menarik kesimpulan (natijah) secara logis dari premis-premis yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk demikian, dalam penjelasan deduktif diperlukan adanya suatu penrnyataan yang bersifat umum yang dipergunakan sebagai pangkal tolak atau dalil. Contoh yang sudah terbiasa adalah bahwa semua manusia adalah fana, Socrates adalah manusia, maka kesimpulannya Socrates adalah fana. Dan fakta menunjukkan bahwa Socrates adalah fana ( dengan hukuman minum racun).

-          Penjelasa Induktif
Penjelasan induktif atau biasa disebut juga sebagai penjelasan kausal, adalah penjelasan yang mempergunakan pangkal tolak pada hal-hal khusus, tertentu untuk sampai pada hal yang umum. Sebagai contoh, dengan mengamati pantai yang dihubungkan dengan peredaran bulan sehingga dicapai suatu kesimpulan air laut akan naik dan pasang bila bulan dalam keadaan purnama. Penjelasan kausal lebih banyak dipergunakan dalam ilmu alam.

2.      Penjelasan Probabilistik
Probabilistik merupakan penjelasan yang ditarik secara induktif dari sejumlah kasus, yang dengan demikian tidak memberikan kepastian seperti penjelasan deduktif, tetapi penjelasan yang bersifat peluang, seperti "kemungkinan", "kemungkinan besar", atau "hampir dapat dipastikan", dan sebagainya. Penjelasan propabilistik banyak digunakan dalam ilmu sosial utamanya dalam ilmu politik. Sebagai contoh, mengapa Idi Amin lari dari Uganda? Mengapa Amerika kalah perang di Vietnam? Dan masih banyak lagi. Disini terdapat jawaban yang bersifat peluang (kans, probability) yang dimaksud disini adalah peluang untuk menjadi besar. Peluang ini adalah mungkin besar atau mungkin sedikit sekali.

3.      Penjelasan Finalistik
Merupakan penjelasan dengan berpangkal tolak atau mengacu pada tujuan. Penjelasan semacam ini bersifat pragmatis karena menerangkan sesuatu dari kegunaannya. Sebagai contoh, mengapa manusia mempunya mata? Walaupun ini bentuknya sederhana tetapi jawabannya adalah langsung secara final menunjuk kegunaan dari mata.

4.      Penjelasan Historis atau Genesis
Genetik menggunakan faktor-faktor yang timbul sebelumnya dalam menjelaskan gejala yang akan muncul kemudian. Penjelasan ini berusaha ntuk menjawab pertanyaan mengapa sesuatu itu terjadi. Jelas hal ini menuntut suatu jawaban tentang mengapa sesuatu terjadi pada waktu yang lampau. Sebagai contoh mengapa seseorang mempunyai karakteristik tertentu pertanyaan-pertanyaan semacam ini banyak muncul dalam psikologi dan ilmu-ilmu sejarah.

5.      Penjelasan Fungsional atau Teologis
merupakan penjelasan yang meletakkan sebuah unsur dalam kaitannya dengan sistem secara keseluruhan, yang mempunyai karakteristik atau arah perkembangan tertentu. Sebagai contoh, mengapa kita harus menghormati bahasa nasional kita? Atau bendera nasional kita? Pertanyaan ini secara fungsional dijelaskan agar dapat lebih bisa mempertebal rasa patriotik dan menumbuhkan rasa persatuan nasional yang utuh. Penjelasan fungsional banyak diunakan dalam penelitian antropologi, misalnya mengapa didalam masyarakat yang berbeda terdapat kebiasaan dan kebudayaan yang berbeda pula? Perlu ditegaskan bahwa setiap ilmu mempergunakan perjalanan yang mungkin antara satu dan lainnya berbeda. Hal ini sudah barang tentu sesuai dengan sifat dasar ilmu serta sistem yang dipergunakan sebagai pangkal tumpunya.

b)      Fungsi Meramalkan pada Ilmu
Seorang ilmuan yang baik tidak lekas puas karena hal yang berupa kebenaran yang telah dicapainya, jika belum diyuji dengan cara yang sesuai dengan masalahnya. Suatu hal yang patut dipakai dalam persiapan pengujian, disamping penjelasan juga ramalan atau prediksi. Bentuk- Bentuk ramalan yang banyak dipakai antara lain:

1.      Ramalan menurut hukum
Bentuk ramalan yang paling tua adalah ramalan yang berupa dan berpangkal tolak pada keajegan-keajegan. Keajegan ini diperlukan diperlukan untuk memecahkan atau menghampiri suatu permasalahan yang hampir mirip baik dari ilmu sosialmaupun ilmu alam, karena hukum adalah suatu keteraturan yang fundamental, yang dapat diterapkan pada setiap keadaan atau persoalan.

2.      Ramalan menurut struktur
Ramalan ini secara langsung mampu memperhitungkan untuk keadaan dimasa yang akan datang berdasar pada suatu kemajuan baik yang secara vertikal maupun horizontal, karena perubahan menurut struktur ini memang seharusnya terjadi demikian.

3.      Ramalan menurut proyeksi
Ramalan ini mempelajari kejadian-kejadian yang terdahulu sehingga diperoleh suatu pernyataan berdasar kejadian itu. Ramalan proyrksi ini banyak digunakan dalam perkembangan ilmu sosial dengan dibantu oleh faktor peluang.

4.      Ramalan menurut Utopia
Ramalan ini terjadi berdasar pengetahuan teoretis yang sekarang dimiliki untuk mengetahui kejadian dan keadaan dimasa mendatang. Sebagai contoh, dewasa ini ada penjelajah ruang angkasa. Hal ini sebelumnya akan berupa fantasi belaka dankebetulan sudah difilmkan.

c)      Batasan atau Pengontrol
Batasan merupakan suatu pernyataan yang banyak dipentingkan dalam ilmu. Karena dengan adanya batasan, persoalan yang akan diselesaikan tidak akan jauh menyimpang, maksudnya karena batasan memberikan arah tentang sesuatu istilah yang dipergunakannya itu.




1.      Syarat batasan
-          Suatu batasan hendaknya menyatakan ciri-ciri yang khas (hakiki) dari pada apa yang diberi batasan. Misalnya adalah ‘ manusia adalah mahluk yang berpikir’.
-          Batasan tidak boleh memuat istilah yang sinonim dengan definiendum, karena jikaitu dilakukan tidakmenjelaskan mengenai sesuatu artinya atau dengan kata lain, suatu batasan tidaklah menggunakan istilah yang berputar-putar. Misalnya, “ ilmu kehutanan adalah ilmu yang mempelajari tentang hutan.”
-          Batasn hendaknya tidak terlalu luas, ungkapan dengan suatu pernyataan yang singkat, misalnya “ ilmu adalah sekumpulan pengetahuan yang teratur”.
-          Batasan tidak boleh dinyatakan secara negatif, misalnya “mati adalah tidak hidup”.
-          Batasan tidak dinyatakan dalam bahasa kiasan atau pleonasme yang meghamburkan. Misalnya, “Pencuri itu adalah orang yang panjang tangan”,

2.      Jenis- Jenis batasan
-          Batasan pencirian (definisi konotatif)
Batasan yang memberikan arti yang cukup lengkap dari suatu istilah himpunan atau nama tunggal dengan memperinci sifat-sifat khasnya yang merupakan ciri penentu. Misalnya, “Pengetahuan adalah hasil aktifitas busi manusia yang disadari dalam hubungan subjek yang mengetahui dengan objek yang diketahui”.
-          Batasan penunjukkan ( Definisi Denotatif)
Batasan yang menjelaskan arti dari suatu kata atau istilah dengan menunjuk suatu contoh atau memperlihatkan suatu benda yang termasuk dari cakupan dari pangkal batasan itu. Misalnya, “ Diktat filsafat ilmu adalah buku yang wujudnya seperti ini”.
-          Batasan penentu ( Definisi Nominal)
Batasan yang bermaksud menjelaskan apa yang dimaksud oleh peraturan mengenai pangkal batasan bersangkutan.
-          Batasan menurut teori ( Definisi Teoretik)
Batasan yang bermaksud merumuskan suatu perincian yang memadai mengenai suatu hal dalam rangka sebuah teori.
-          Batasan pengolahan ( Definisi Operational)
Batasan terhadap suatu istilah dengan menegaskan langkah-langkah pengolahan atau pengujian tertentu yang harus dilaksanakan dan hasil-hasil bagaimana yang dapat diamati.
-          Batasan bujukan ( Definisi persuasif)
Batasan yang tampaknya menjelaskan arti dari suatu istilah, tetapi sesungguhnya secara tak langsung menyarankan kepada pihak lain agar menyetujui atau menolak suatu hal.













BAB III

PEMBAHASAN

a.      Objek
Consuming Fresh Foods Instead of Canned Foods
Eating is an activity that we as humans do at least two times a day. We live in a world where the variety of food is immense, and we are responsible for what we eat. We decide what we are about to eat and how it will affect our bodies. The purpose of this essay is to compare and contrast the differences between eating fresh foods instead of canned foods. The three main differences are flavor, health benefits, and cost.
The most notable difference between these two kinds of foods is their flavor. Fresh foods have great flavor and taste because they keep all their natural conditions. Canned foods however, lack a lot of its flavor characteristics because there are some other chemical products added to the natural foods. It is logical that the fresh foods will have a greater taste and flavor when consumed just because of the time in which they have been prepared.
Comparing both types of foods we notice another difference. There is a health factor that affects both of them. Canned foods lose some of the original fresh food nutrients when stored, and also it has to be tinned with many conservatives and chemical factors that prolong the shelf life and apparent freshness of the food but could also become toxic if consumed too often.
Yet another difference between these two types of foods is the cost. Canned foods are much more expensive than fresh foods. Here the benefit of buying tinned foods is that they are easier to find, for example, in a supermarket instead of the market like the fresh foods, and they require less work to prepare than fresh foods, just open and serve.
Here are the main three differences between buying fresh foods and buying canned foods. As we can see it comes down to a personal choice, based on the time each person has, the money and the importance he/she gives to his/her nutrition and health. Therefore it is important that you consider your possibilities and choose the best type of foods for your convenience and lifestyle.

b.      Analisis

Ilmu sebagai sebuah batasan adalah salah satu dari fungsi ilmu sebagai penentu kebenaran. Dalam prakteknya, sebuah artikel dapat dijadikan sebuah kajian yang valid, yaitu dengan mempreteli isi pada artikel terseut sehingga adanya sebuah proses pelogikaan yang berakhir pada benar atau tidaknya isi atau pesan yang akan ditularkan oleh artikel tersebut. Berikut fakta- fakta keilmuan yang ada pada artikel “Consuming Fresh Foof Instead of Canned Food”:

·        Fresh foods have great flavor and taste because they keep all their natural conditions. Canned foods however, lack a lot of its flavor characteristics because there are some other chemical products added to the natural foods. It is logical that the fresh foods will have a greater taste and flavor when consumed just because of the time in which they have been prepared. (Paragrap 2)

Penjelasan: bila ditelaah menggunakan ‘penjelasan logika induktif’ paragrap ini memasukkan sifat kausalitas seperti disebutkan diatas bahwa makanan kalengan lebih enak rasanya dikarenakan banyak mengandung bahan kimia didalamnya sehingga untuk itu makanan kalengan merupakan makanan yang berbahaya untuk kesehatan manusia.

·        Canned foods lose some of the original fresh food nutrients when stored, and also it has to be tinned with many conservatives and chemical factors that prolong the shelf life and apparent freshness of the food but could also become toxic if consumed too often. (paragrap 3)

Penjelasan: untuk paragrap dua ini diberlakukan penjelasan historis karena terdapat alasan yang secara runut mengapa makanan kalengan lebih berbahaya. Bahaya disini diawali dengan pengumpulan bahan makanan yang akan dimasukkan kaleng sehingga tercampurlah pada himpunan bahanmakanan tersebut bakteri-bakteri. Selain itu, sebelum pengemasan adanya proses didiamkannya bahan makanan tersebut pada kurun waktu tertentu sebelum semua bahan pembungkus (kaleng) nya siap. Selain itu proses pengalenannya pun sudah barang tentu memerlukan adanya aktivitas mekanis yang menjadikan makanan tidak fresh lagi yang terakhir pencampuran pengawet agar makanan kalengan tersebut tahan lama sehingga tidak masalah untuk dibuat sebanyak mungkin dan selalu tersedia di supermarket untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari para konsumen.


·        Canned foods are much more expensive than fresh foods. Here the benefit of buying tinned foods is that they are easier to find, for example, in a supermarket instead of the market like the fresh foods, and they require less work to prepare than fresh foods, just open and serve. (paragrap 4)

Penjelasan: pada paragrap keempat ini diperlukan penjelasan probabilistik dimana kemungkinan-kemungkinan yang dihadirkan bisa jadi sebuah kemungkinan yang besar atau kecil kemungkinannya. Disebutkan diatas bahwa makanan kalengan lebih mahal karena adanya pendanaan untuk bungkusnya serta kemasannya yang diatur semenarik mungkin lain halnya dengan makanan yang masih segar seperti dibungkus oleh pelastik atau ditata sedemukian rupa di etalase yang dibuat mendadak juga tidak mempergunakan pembiayaan berlebih untuk bungkusnya.




BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan hipotesis pada pendahuluan makalah ini ditemukan bahwa artikel yang dijadikan objek pada makalah ini ternyata benar adanya.
Makanan kalengan memerlukan waktu yang cukup lama untuk produksi karena selain prosesnya yang panjang, pembungkusan yang eksklusif juga dapat bertahan dalam waktu lama. Fakta tersebut cukup bisa menjadi kesimpulan bahwa makanan kalengan bukanlah jenis bahan makanan yang baik untuk manusia karena terlalu banyaknya bahan kimia yang tekandung didalamnya.







Daftar pustaka:
Salam, Burhanuddin. 1997. Logika Material: Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Rineka Cipta.
Lubis, Solay.1994. Filsafat Ilmu dan penelitian. Bandung: Mandar Maju.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar