Fungsi Struktur Filsafat Ilmu
(Fungsi Penjelasan) dan Kaitannya Terhadap Nilai Logika pada Artikel Consuming Fresh Foods Instead of Canned
Foods
Dibuat
untuk memenuhi nilai Ujian Tengah Semester mata kuliah Filsafat Ilmu
Penyusun:
Nurul
Fadila
1211503093
Bahasa dan Sastra Inggris
Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negri Sunan
Gunung Djati
Bandung
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu
merupakan sebuah kebenaran yang harus diakui karena melalui rentetan pengujian
yang berasas pada tiga langkah yaitu: hipotesis, logika dan verifikasi.
Bila
terdapat sebuah kecacatan pada sebuah ilmu itu merupakan adanya kelalaian pada
proses pembuatan ilmu tersebut sehingga mengharuskan ilmu yang asalnya telah
diakui tersebut harus dihilangkan dari peredaran keilmuan.
Dewasa
ini banyak sekali hal yang lahir sebagai sebuah paham keilmuan, keragu-raguan
dalam filsafat sangatlah dibutuhkan, apalagi bagi seorang pencari ilmu sehingga
untuk mengujinya haruslah kita tahu dan mempraktekannya agar ilmu tersebut
dapat dimasukkan logika.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Apakah objek kajiannya?
1.2.2
Apakah jenis fungsi yang dapat
dikaitkan?
1.2.3
Bagaimanakah kebenarannya?
1.3 Tujuan
1.3.1
Menentukan kebenaran pada artikel ‘Consuming
Fresh Foods Instead of Canned Foods’
1.3.2
Menentukan fungsi ilmu yang terkait
dengan fakta-fakta yang dihadirkan pada artikel ‘Consuming Fresh Foods Instead
of Canned Foods’
1.3.3
Menentukan kebenaran atau kesalahan pada
artikel ‘Consuming Fresh Foods Instead of Canned Foods’
1.4 Hipotesis
Semakin lama produksi
sebuah makanan semakin bahaya bagi tubuh
BAB
II
KAJIAN
TEORI
2.1 Pengertian Filsafat Ilmu
Kata filsafat berasal dari kata majemuk “Filosdan
Sophia”. Kata yang pertama berarti cinta atau sahabat, yang kedua berarti
pengetahuan bijaksana. Philosophia berarti cinta akan pengetahuan yang benar
atau kecenderungan terhadap pengetahuan yang benar.
Filsafat terjadi jika orang mempertanyakan dan
mengkaji suatu masalah atau mendalami hakikat sesuatu secara sistematis, dan
bahwa pendalaman mengenai hakikat sesuatu itu disertai pembuktian yang dapat
diterima akal dan tersusun berjalinan dan dapat dipertanggungjawabkan
(Langeveld 1957: 9)
Sistematik
berarti juga bahwa hakikat sesuatu yang didalami itu dilihat sebagai bagian
atau subsistem dalam kerangka entitas sistem itu.
Radikal
berasal dari kata “radix, (Yunani berarti akar)”. Berpikir radikal berarti
berpikir sampai akar-akarnya, dan tidak kepalang tanggung, hingga pada
konsekwensi-konsekwensi terakhir.
Universal,
berarti berpikir secara keseluruhan dantidak hanya mengenai bagian-bagian
tertentu saja.
Berfilsafat,
berarti mencari kebenaran untuk kebenaran tentang segala sesuatu yang
dipermasalahka, dengan berpikir secara
radikal, sistematis dan universal.
Maka pengetahuan yang berlaku (applied) sama artinya
dengan pengetahuan yang berdasarkan dengan kebenaran.
2.2 Struktur Pengetahuan Ilmiah
a.
Siklus
Logico- Hipotetico- Verifikatif
Seperti dikenal kerangka berpikir
menurut metode ilmu adalah proses
logico- hipotico, verifikatif. Proses itu mengenal langkah-langkah yag
sistematik mulai dari perumusan masalah sampai kepada tahap penarikan
kesimpulan, dengan penuh disiplin.
Jika ternyata prediksi (ramalan) suatu
hipotesa atau teori adalah tepat dan jitu, maka ia akan menjadi bagian dari
perbendaharaan atau khazanah ilmu. Bahkan jadi masukkan (input) itu lebih umum
atau lebih memudahkan dari pada teori yang mendahuluinya, ia akan menggeser
kedudukan teori yang lama, sampai ia pada suatu waktu yang mungkin tergeser dan
tergusur pula oleh suatu teori yang lebih jitu yang akan muncul sesudahnya.
Demikian siklus itu berjalan secara
berulang-ulang (iteratif) sehingga diperoleh pengetahuan ilmiah yang kadar dan
nilai kebenarannya. Semakin tinggi hipotesa demi hipotesa, prediksi demi
prediksi, akan terpadu secara beruntun, maka secara kumulatif ilmu itu
berkembang. Secara deducto-deterministik, induktif- probabilistik, fungsional
atau genetik, atau dengan kombinasi beberapa diantaranya dan bahkan mungkin
semua cara ini, ilmu itu akan menjelaskan gejala-gejala alam. Penjelasan yang
lebih berguna untuk prediksi dan pengendalian ialah penjelasan yang didasarkan
atas hukum-hukum causal bukan hukum korelasional.
Suatu hipotesa yang sudah verified
secara formal sudah diakui sebagai pengetahuan ilmiah yang baru dan jika
kemudian ternyata salah disebabkan oleh suatu kelalaian pada salah langkah dari
proses penemuannya maka cepat atau lambat kesalahan itu akan diketahui dan
pengetahuan ini akan disingkirkan dari pembendaharaan keilmuan. Disebabkan oleh
sifat dan karakteristik metode ilmu itu sendiri, yakni mempunyai mekanisme
umpan balik yang bersifat korektif dan memungkinkan upaya keilmuan itu
menemukan kesalahan yang telah diperbuat. Ilmu pada dasarnya merupakan kumpulan
pengetahuan manusia melakukan serangkaian tindakkan untuk memanfaatkan potensi
alam tersebut berdasarkan penjelasan-penjelasan yang dihidangkan oleh ilmu.
Pengetahuan
ilmiah itu pada hakikatnya mempunyai tiga fungsi:
1)
Menjelaskan
2)
Meramalkan
3)
Mengontrol
a) Fungsi menjelaskan pada Ilmu
Penjelasan
keilmuan memungkinkan kita meramalkan apa yang dan berdasarkan ramalan itu
dilakukan usaha untuk mengontrol apakah ramalan itu menjadi kenyataan atau
tidak.
Penjelasan
tersebut dibagi atas 4 jenis yaitu:
1. Penjelasn logis
-
Pejelasan
deduktif
menggunakan cara
berpikir deduktif dalam menjelaskan suatu gejala dengan menarik
kesimpulan (natijah) secara logis dari premis-premis yang telah ditetapkan
sebelumnya. Untuk demikian, dalam penjelasan deduktif diperlukan adanya suatu
penrnyataan yang bersifat umum yang dipergunakan sebagai pangkal tolak atau
dalil. Contoh yang sudah terbiasa adalah bahwa semua manusia adalah fana,
Socrates adalah manusia, maka kesimpulannya Socrates adalah fana. Dan fakta
menunjukkan bahwa Socrates adalah fana ( dengan hukuman minum racun).
-
Penjelasa
Induktif
Penjelasan
induktif atau biasa disebut juga sebagai penjelasan kausal, adalah penjelasan
yang mempergunakan pangkal tolak pada hal-hal khusus, tertentu untuk sampai
pada hal yang umum. Sebagai contoh, dengan mengamati pantai yang dihubungkan
dengan peredaran bulan sehingga dicapai suatu kesimpulan air laut akan naik dan
pasang bila bulan dalam keadaan purnama. Penjelasan kausal lebih banyak
dipergunakan dalam ilmu alam.
2. Penjelasan Probabilistik
Probabilistik merupakan
penjelasan yang ditarik secara induktif dari sejumlah kasus, yang
dengan demikian tidak memberikan kepastian seperti penjelasan deduktif,
tetapi penjelasan yang bersifat peluang,
seperti "kemungkinan", "kemungkinan besar", atau
"hampir dapat dipastikan", dan sebagainya. Penjelasan propabilistik
banyak digunakan dalam ilmu sosial utamanya dalam ilmu politik. Sebagai contoh,
mengapa Idi Amin lari dari Uganda? Mengapa Amerika kalah perang di Vietnam? Dan
masih banyak lagi. Disini terdapat jawaban yang bersifat peluang (kans, probability)
yang dimaksud disini adalah peluang untuk menjadi besar. Peluang ini adalah
mungkin besar atau mungkin sedikit sekali.
3. Penjelasan Finalistik
Merupakan
penjelasan dengan berpangkal tolak atau mengacu pada tujuan. Penjelasan semacam
ini bersifat pragmatis karena menerangkan sesuatu dari kegunaannya. Sebagai
contoh, mengapa manusia mempunya mata? Walaupun ini bentuknya sederhana tetapi
jawabannya adalah langsung secara final menunjuk kegunaan dari mata.
4. Penjelasan Historis atau Genesis
Genetik menggunakan
faktor-faktor yang timbul sebelumnya dalam menjelaskan gejala yang akan muncul
kemudian. Penjelasan ini berusaha ntuk menjawab pertanyaan mengapa sesuatu itu
terjadi. Jelas hal ini menuntut suatu jawaban tentang mengapa sesuatu terjadi
pada waktu yang lampau. Sebagai contoh mengapa seseorang mempunyai
karakteristik tertentu pertanyaan-pertanyaan semacam ini banyak muncul dalam
psikologi dan ilmu-ilmu sejarah.
5. Penjelasan Fungsional atau Teologis
merupakan
penjelasan yang meletakkan sebuah unsur dalam kaitannya dengan sistem secara
keseluruhan, yang mempunyai karakteristik atau arah perkembangan tertentu.
Sebagai contoh, mengapa kita harus menghormati bahasa nasional kita? Atau
bendera nasional kita? Pertanyaan ini secara fungsional dijelaskan agar dapat
lebih bisa mempertebal rasa patriotik dan menumbuhkan rasa persatuan nasional
yang utuh. Penjelasan fungsional banyak diunakan dalam penelitian antropologi,
misalnya mengapa didalam masyarakat yang berbeda terdapat kebiasaan dan
kebudayaan yang berbeda pula? Perlu ditegaskan bahwa setiap ilmu mempergunakan
perjalanan yang mungkin antara satu dan lainnya berbeda. Hal ini sudah barang
tentu sesuai dengan sifat dasar ilmu serta sistem yang dipergunakan sebagai
pangkal tumpunya.
b) Fungsi Meramalkan pada Ilmu
Seorang
ilmuan yang baik tidak lekas puas karena hal yang berupa kebenaran yang telah
dicapainya, jika belum diyuji dengan cara yang sesuai dengan masalahnya. Suatu
hal yang patut dipakai dalam persiapan pengujian, disamping penjelasan juga
ramalan atau prediksi. Bentuk- Bentuk ramalan yang banyak dipakai antara lain:
1. Ramalan menurut hukum
Bentuk
ramalan yang paling tua adalah ramalan yang berupa dan berpangkal tolak pada
keajegan-keajegan. Keajegan ini diperlukan diperlukan untuk memecahkan atau
menghampiri suatu permasalahan yang hampir mirip baik dari ilmu sosialmaupun
ilmu alam, karena hukum adalah suatu keteraturan yang fundamental, yang dapat
diterapkan pada setiap keadaan atau persoalan.
2. Ramalan menurut struktur
Ramalan
ini secara langsung mampu memperhitungkan untuk keadaan dimasa yang akan datang
berdasar pada suatu kemajuan baik yang secara vertikal maupun horizontal,
karena perubahan menurut struktur ini memang seharusnya terjadi demikian.
3. Ramalan menurut proyeksi
Ramalan
ini mempelajari kejadian-kejadian yang terdahulu sehingga diperoleh suatu
pernyataan berdasar kejadian itu. Ramalan proyrksi ini banyak digunakan dalam
perkembangan ilmu sosial dengan dibantu oleh faktor peluang.
4. Ramalan menurut Utopia
Ramalan
ini terjadi berdasar pengetahuan teoretis yang sekarang dimiliki untuk
mengetahui kejadian dan keadaan dimasa mendatang. Sebagai contoh, dewasa ini
ada penjelajah ruang angkasa. Hal ini sebelumnya akan berupa fantasi belaka
dankebetulan sudah difilmkan.
c) Batasan atau Pengontrol
Batasan
merupakan suatu pernyataan yang banyak dipentingkan dalam ilmu. Karena dengan
adanya batasan, persoalan yang akan diselesaikan tidak akan jauh menyimpang,
maksudnya karena batasan memberikan arah tentang sesuatu istilah yang
dipergunakannya itu.
1. Syarat batasan
-
Suatu batasan hendaknya menyatakan
ciri-ciri yang khas (hakiki) dari pada apa yang diberi batasan. Misalnya adalah
‘ manusia adalah mahluk yang berpikir’.
-
Batasan tidak boleh memuat istilah yang
sinonim dengan definiendum, karena jikaitu dilakukan tidakmenjelaskan mengenai
sesuatu artinya atau dengan kata lain, suatu batasan tidaklah menggunakan
istilah yang berputar-putar. Misalnya, “ ilmu kehutanan adalah ilmu yang
mempelajari tentang hutan.”
-
Batasn hendaknya tidak terlalu luas,
ungkapan dengan suatu pernyataan yang singkat, misalnya “ ilmu adalah
sekumpulan pengetahuan yang teratur”.
-
Batasan tidak boleh dinyatakan secara
negatif, misalnya “mati adalah tidak hidup”.
-
Batasan tidak dinyatakan dalam bahasa
kiasan atau pleonasme yang meghamburkan. Misalnya, “Pencuri itu adalah orang
yang panjang tangan”,
2. Jenis- Jenis batasan
-
Batasan pencirian (definisi konotatif)
Batasan yang
memberikan arti yang cukup lengkap dari suatu istilah himpunan atau nama
tunggal dengan memperinci sifat-sifat khasnya yang merupakan ciri penentu.
Misalnya, “Pengetahuan adalah hasil aktifitas busi manusia yang disadari dalam
hubungan subjek yang mengetahui dengan objek yang diketahui”.
-
Batasan penunjukkan ( Definisi Denotatif)
Batasan yang
menjelaskan arti dari suatu kata atau istilah dengan menunjuk suatu contoh atau
memperlihatkan suatu benda yang termasuk dari cakupan dari pangkal batasan itu.
Misalnya, “ Diktat filsafat ilmu adalah buku yang wujudnya seperti ini”.
-
Batasan penentu ( Definisi Nominal)
Batasan yang
bermaksud menjelaskan apa yang dimaksud oleh peraturan mengenai pangkal batasan
bersangkutan.
-
Batasan menurut teori ( Definisi
Teoretik)
Batasan yang
bermaksud merumuskan suatu perincian yang memadai mengenai suatu hal dalam
rangka sebuah teori.
-
Batasan pengolahan ( Definisi
Operational)
Batasan terhadap
suatu istilah dengan menegaskan langkah-langkah pengolahan atau pengujian
tertentu yang harus dilaksanakan dan hasil-hasil bagaimana yang dapat diamati.
-
Batasan bujukan ( Definisi persuasif)
Batasan yang
tampaknya menjelaskan arti dari suatu istilah, tetapi sesungguhnya secara tak
langsung menyarankan kepada pihak lain agar menyetujui atau menolak suatu hal.
BAB
III
PEMBAHASAN
a.
Objek
Consuming Fresh Foods Instead of
Canned Foods
|
Eating is an activity that we as humans do at
least two times a day. We live in a world where the variety of food is
immense, and we are responsible for what we eat. We decide what we are about
to eat and how it will affect our bodies. The purpose of this essay is to
compare and contrast the differences between eating fresh foods instead of
canned foods. The three main differences are flavor, health benefits, and
cost.
The most notable difference between these two
kinds of foods is their flavor. Fresh foods have great flavor and taste
because they keep all their natural conditions. Canned foods however, lack a
lot of its flavor characteristics because there are some other chemical
products added to the natural foods. It is logical that the fresh foods will
have a greater taste and flavor when consumed just because of the time in
which they have been prepared.
Comparing both types of foods we notice another
difference. There is a health factor that affects both of them. Canned foods
lose some of the original fresh food nutrients when stored, and also it has
to be tinned with many conservatives and chemical factors that prolong the
shelf life and apparent freshness of the food but could also become toxic if
consumed too often.
Yet another difference between these two types of
foods is the cost. Canned foods are much more expensive than fresh foods.
Here the benefit of buying tinned foods is that they are easier to find, for
example, in a supermarket instead of the market like the fresh foods, and
they require less work to prepare than fresh foods, just open and serve.
Here are the main three differences between buying
fresh foods and buying canned foods. As we can see it comes down to a
personal choice, based on the time each person has, the money and the
importance he/she gives to his/her nutrition and health. Therefore it is
important that you consider your possibilities and choose the best type of
foods for your convenience and lifestyle.
|
b.
Analisis
Ilmu sebagai sebuah
batasan adalah salah satu dari fungsi ilmu sebagai penentu kebenaran. Dalam
prakteknya, sebuah artikel dapat dijadikan sebuah kajian yang valid, yaitu
dengan mempreteli isi pada artikel terseut sehingga adanya sebuah proses
pelogikaan yang berakhir pada benar atau tidaknya isi atau pesan yang akan
ditularkan oleh artikel tersebut. Berikut fakta- fakta keilmuan yang ada pada
artikel “Consuming Fresh Foof Instead of
Canned Food”:
·
Fresh
foods have great flavor and taste because they keep all their natural
conditions. Canned foods however, lack a lot of its flavor characteristics
because there are some other chemical products added to the natural foods. It
is logical that the fresh foods will have a greater taste and flavor when
consumed just because of the time in which they have been prepared. (Paragrap
2)
Penjelasan: bila
ditelaah menggunakan ‘penjelasan logika induktif’ paragrap ini memasukkan sifat
kausalitas seperti disebutkan diatas bahwa makanan kalengan lebih enak rasanya
dikarenakan banyak mengandung bahan kimia didalamnya sehingga untuk itu makanan
kalengan merupakan makanan yang berbahaya untuk kesehatan manusia.
·
Canned
foods lose some of the original fresh food nutrients when stored, and also it
has to be tinned with many conservatives and chemical factors that prolong the
shelf life and apparent freshness of the food but could also become toxic if
consumed too often. (paragrap 3)
Penjelasan: untuk
paragrap dua ini diberlakukan penjelasan historis karena terdapat alasan yang
secara runut mengapa makanan kalengan lebih berbahaya. Bahaya disini diawali
dengan pengumpulan bahan makanan yang akan dimasukkan kaleng sehingga
tercampurlah pada himpunan bahanmakanan tersebut bakteri-bakteri. Selain itu,
sebelum pengemasan adanya proses didiamkannya bahan makanan tersebut pada kurun
waktu tertentu sebelum semua bahan pembungkus (kaleng) nya siap. Selain itu
proses pengalenannya pun sudah barang tentu memerlukan adanya aktivitas mekanis
yang menjadikan makanan tidak fresh
lagi yang terakhir pencampuran pengawet agar makanan kalengan tersebut tahan
lama sehingga tidak masalah untuk dibuat sebanyak mungkin dan selalu tersedia
di supermarket untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari para konsumen.
·
Canned
foods are much more expensive than fresh foods. Here the benefit of buying
tinned foods is that they are easier to find, for example, in a supermarket
instead of the market like the fresh foods, and they require less work to
prepare than fresh foods, just open and serve. (paragrap 4)
Penjelasan: pada paragrap
keempat ini diperlukan penjelasan probabilistik dimana kemungkinan-kemungkinan
yang dihadirkan bisa jadi sebuah kemungkinan yang besar atau kecil
kemungkinannya. Disebutkan diatas bahwa makanan kalengan lebih mahal karena
adanya pendanaan untuk bungkusnya serta kemasannya yang diatur semenarik
mungkin lain halnya dengan makanan yang masih segar seperti dibungkus oleh
pelastik atau ditata sedemukian rupa di etalase yang dibuat mendadak juga tidak
mempergunakan pembiayaan berlebih untuk bungkusnya.
BAB
IV
KESIMPULAN
Berdasarkan
hipotesis pada pendahuluan makalah ini ditemukan bahwa artikel yang dijadikan
objek pada makalah ini ternyata benar adanya.
Makanan
kalengan memerlukan waktu yang cukup lama untuk produksi karena selain
prosesnya yang panjang, pembungkusan yang eksklusif juga dapat bertahan dalam
waktu lama. Fakta tersebut cukup bisa menjadi kesimpulan bahwa makanan kalengan
bukanlah jenis bahan makanan yang baik untuk manusia karena terlalu banyaknya
bahan kimia yang tekandung didalamnya.
Daftar
pustaka:
Salam,
Burhanuddin. 1997. Logika Material:
Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Lubis,
Solay.1994. Filsafat Ilmu dan penelitian.
Bandung: Mandar Maju.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar