Kaitan Filsafat Ilmu dengan
Sastra
Diajukan untuk memenuhi Ujian Tengah Semester pada Mata Kuliah
Filsafat Ilmu

Oleh:
NENG RINI AISAH
1211503083
BSI VII C
BAHASA DAN SASTRA INGGRIS
ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2014
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang
telah memberikan rahmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis mampu
menyelesaikan tulisan ini dengan tepat waktu. Tak lupa shalawat serta salam
semoga tetap tercurah limpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW.
Makalah yang berjudul Kaitan Filsafat Ilmu dengan Sastra menjelaskan
tentang hakikat filsafat dan hakikat sastra serta kaitan antara filsafat ilmu
itu sendiri dengan sastra.
Penulis sadari bahwa makalah ini
jauh dari kata sempurna. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran untuk mendukung perbaikan buku ini. Walaupun begitu mudah-mudahan buku
ini mampu memberikan wawasan dan pengetahuan kepada pembacanya.
Bandung,
28 Oktober 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
2.1.Latar Belakang
Sebelum beranjak kearea kaitan filsafat ilmu dengan sastra alangkah
lebih baiknya kalau kita sedikit membahas apa yang disebut dengan ilmu. Karena
seperti yang kita tahu bahwa bahasan pada mata kuliah ini yaitu tentang
segelintir hakikat ilmu dan berbagai asumsi tentang ilmu.
Adapun yang dimaksud dengan ilmu dari beberapa sumber yang penulis
baca, yaitu menurut KBBI (1995: 544) ilmu merupakan pengetahuan tentang suatu
bidang yang disusun secara sistematis menurut metode-metode tertentu yang dapat
dipergunakan untuk menjelaskan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan)
itu. Sementara itu, Komarudin (1985: 39-40) menjelaskan bahwa ilmu adalah
kumpulan pengetahuan hasil penelitian dengan menggunakan metode penelitian dan
pengembangan yang memberikan pemhaman dan informasi tentang gejala-gejala alam
dan sosial, serta ilmu juga menjawab pertanyaan “mengapa” terjadi hubungan
sebab-akibat. Jadi bisa diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan ilmu
yaitu pengetahuan dari segi bidang tertentu dengan memperlajari dan menjawab
pertanyaan dari setiap bidang tersebut.
Salah satu ilmu yang sering diperdebatkan yaitu filsafat. Beberapa
orang mungkin tidak menyukai filsafat karena pemikirannya yang terlalu
mendalam. Namun bagi orang kritis, hal ini menjadi daya tarik tersendiri dan
menarik untuk dibahas. Selain filsafat ada satu lagi ilmu yang sering menjadi
timbulnya pendapat-pendapat yang tak sedikit saling bertentangan, yaitu sastra.
Karena tak sedikit orang yang menafsirkan sastra, jadi kemungkinan beda
pendapat sangatlah mungkin terjadi. Pada tulisan kali ini, penulis akan sedikit
memaparkan tentang filsafat ilmu dan karya sastra
2.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, penulis membuat
beberapa rumusan masalah, diantaranya:
1. Bagaimana hakikat filsafat?
2. Bagaimana hakikat sastra?
3. Apa hubungan antara filsafat dan sastra?
2.3.Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui hakikat filsafat.
2. Untuk mengetahui hakikat sastra.
3. Untuk mengetahui hubungan filsafat dan sastra.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Hakikat Filsafat
Kata filsafat berasal dari
bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu philos dan Sophos. Philia
mempunyai arti senang, teman dan cinta. Sedangkan Sophos mempunyai arti
kebenaran, keadilan dan bijaksana. Secara etimologis filsafat mempunyai arti
cinta kebenaran atau cinta kebijaksanaan.
Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1995:277), filsafat dapat didefinisikan sebagai berikut:
1. Pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi
mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya.
2. Teori yang mendasari alam pikiran atau suatu
kegiatan.
3. Ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika,
dan epistimologi.
4. Falsafah.
2.2.Hakikat Sastra
Sastra sering dikatakan
sebagai ‘tulisan yang indah’, juga dikatakan sebagai ‘pembentuk budi pekerti’.
Perkataan ini banyak mengacu pada Horace, yakni utile et dulce yang memberikan penegasan bahwa sastra sebagai karya
yang indah dan bermanfaat bagi pembaca. Masyarakat yang melakukan pembacaan
terhadap karya sastra akan mendapatkan kesenangan dari tulisan yang indah dan
mengharukan, juga mendapatkan pengetahuan-pengetahuan yang tidak pernah
disadari keberadaannya di sekeliling. Selain itu sastra juga sangat berkaitan
dengan istilah ‘filologi’. Filologi sebagai kajian budaya mencakup sastra,
bahasa, seni, politik, agama, dan adat istiadat.
Sastra memang bisa
dikatakan sebagai hasil kreativitas pengarang, namun untuk memahami sastra
tersebut dibutuhkan ilmu mengenai sastra itu sendiri. Sastra tidak hanya menampilkan
rekaan untuk menghibur, disamping hal tersebut juga terdapat sisi ‘tanda’ yang
terwujud dalam karya sastra tersebut. Tanda itu terkait dengan gejala sosial
yang secara sadar ataupun tidak sadar mewujud pada teks sastra. Satra sebagai
hasil kreativitas merepresentasikan ‘gejala sosial’ yang dicermati oleh
sastrawan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Hakikat karya sastra
yang menampilkan sisi universal sekaligus khusus merupakan perkembangan dari
konsep pemahaman terhadap sastra itu sendiri. Sastra yang terus mengalami
perubahan menjadikan teori-teori yang pernah dituliskan pada masa dulu menuntut
untuk terus diperbaharui. Hanya saja, teori-teori yang agung dan diungkapkan
dengan kecermatan masih dipertahankan karena adanya keselarsan dengan zaman.
Hakikat karya sastra yang terus mengalami perubahan perlu dicermati pada
keterhubungan antarilmu sastra. Hubungan antarilmu tersebut merupakan
pengetahuan untuk memasuki dunia sastra yang penuh dengan tanda. Untuk memahami
hakikat karya sastra, perlu terlebih dahulu memahami cabang-cabang ilmu sastra
dan hubungannya sebagai elemen yang saling mengisi dan mentransformasikan
sisi-sisi sastra yang terus mengalami perubahan.
2.3. Hubungan antara
Filsafat dengan Sastra
Sastra dan filsafat merupakan sesuatu yang berdampingan dan saling
melengkapi. Dimana sastra sama-sama mebicarakan dunia manusia. Demikian juga
filsafat menekankan pada usaha untuk mempertanyakan dan hakikat keberadaan
manusia. Jika dilihat dua disiplin ilmu ini memiliki objek yang sama yaitu
manusia. filsafat akan bermakna dalam sastra kalau sastra diisi dengan
nilai-nilai, karena filsafat merupakan hasil perenungan manusia untuk menemukan
jatidirinya. Jadi disini sastra berfungsi mengkomunikasikan nilai-nilai
tersebut sedemikian rupa berdasarkan karaker sastra. Sastra mengandung unsur
hiburan sehingga nikmat dibaca. Keuntungan filsafat dengan sastra yaitu
pemikiran kefilsafatan jadi tidak terasa. Sastra tidak menggurui, sangat brbeda dengan filsafat yang murni.
Jika
sastra dan filsafat bekerja sama maka keduanya akan mendapat keuntungan jadi
sastra tidak kering dari nilai-nilai kehidupan. Objek dari filsafat realitas
kehidupan yang penuh makna atau pemaknaan terhadap kehidupan itu sendiri.
Sastra akan lebih berisi tidak hanya hasil khayalan tanpa bobot tapi menjadi
rekayasa bahasa sehingga mengandung nilai edukatif yang mengandung nilai
kehidupan. Sastra dan filsafat bisa membawa kehidupan sosial lebih bermakna.
Seperti
yang telah dipahami dari beberapa pertemuan, syarat-syarat sesuatu itu dapat
digolongkan menjadi ilmu harus memiliki ontologi, epistemologi dan aksiologi.
Dan dibawah ini akan dipaparkan beberapa penjelasan mengenai hal tersebut.
a. Ontologi Sastra
Seperti yang penulis pahami bahwa yang dimaksud
dengan ontologi yaitu hakikat. Adapun hakikat dari sastra itu sendiri menurut
penulis yaitu sastra sebagai bahasa, sastra
sebagai seni, sastra sebagai komunikasi, sastra sebagai simbol dan yang
terakhir sastra sebagai hiburan.
Hakikat tersebut akan penulis uraikan dalam
sub-bab selanjutnya. Yaitu dalam epistemologi sastra.
b. Epistemologi Sastra
Berdasarkan lima ontologi sastra tersebut, maka
epistemologi sastra itu bergantung dari ontologi yang dipahami. Ambil contoh
misalkan sastra sebagai seni, maka epistemologi dari ontologi tersebut yaitu
ilmu-ilmu kesenian. Begitupun dengan
ontologi sastra sebagai bahasa, maka epistemologinya adalah ilmu-ilmu
kebahasaan seperti semantik, morfologi, syntax dan sebagainya. Sastra sebagai
alat komunikasi maka epistemologinya yaitu ilmu-ilmu komunikasi yaitu ilmu
komunikasi. Sastra sebagai simbol maka epistemologinya yaitu ilmu-ilmu tentang
simbol seperti semiotik, dan yang terakhir yaitu sastra sebagai hiburan maka
epistemologinya yaitu kajian kebudayaan populer.
Kombinasi dari kelima ontologi tersebut
melahirkan epistemologi sastra yang sudah sering kita gunakan selama ini
seperti strukturalisme, mimesis, pragmatik dan lainnya.
Maka dari itu sastra dapat dikatakan sebagai
ilmu karena mempunyai ontologi yang telah dijelaskan diatas. Ada beberapa point
yang penulis susun untuk menjelaskan bahwa sastra dapat dikatakan sebagai ilmu
bila memiliki syarat, yang ke (1). Karya sastra harus mencerminkan estetika,
(2) Sastra harus mampu membimbing peradaban manusia kearah yang lebih baik, (3)
Sastra harus mampu memberi solusi terhadap persoalan-persoalan masyarakat, (4)
Sastra mampu memberikan hiburan kepada penikmatnya.
Seperti contoh, puisi. Puisi menggunakan bahasa
konotatif untuk memberikan estetika di dalam isi puisi tersebut. Selain itu
dalam setiap puisi biasanya menyimpat pesan tersembunyi yang ditujukan biasanya
untuk sosial ataupun hal lain. Karena seperti yang telah dijelaskan tadi bahwa
sastra juga harus berkomunikasi untuk memberikan solusi menuju peradaban yang
lebih baik.
BAB III
KESIMPULAN
Pada
tulisan ini, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa filsafat dan sastra tidak
bisa dipisahkan begitu saja. Karena kedua ilmu ini saling mendukung pada
kualitas satu sama lain. Filsafat mampu memberikan nilai pada sastra yang
bertujuan supaya sastra tidak kering akan nilai-nilai.
Referensi
Komarudin.
1995. Kamus Istilah Skripsi dan Tesis. Bandung:
Angkasa.
Kamus
Umum Bahasa Indonesia. 1995.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar