Puspa Andini
1211503100
BSI/VII/C
KIATAN FILSAFAT ILMU
DAN SASTRA DALAM KONTEK SEJARAH
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Sejarah
perkembangan ilmu adalah salah satu kontek sejarah yang perlu kita ketahui. Hal
ini menjadi penting ketika kita mengulas bagaimana sejarah ilmu pengetahuan
berkembang sampai sekarang ini. Dalam mempelajari sejarah perkembangan ilmu
tentu saja kita tidak biasa mengabaikan dari asal filsafat itu sendiri yaitu
Yunani, dengan pembagian klasifikasi secara periodik.
Filsafat
ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai
segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala
segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu berkembang dari masa ke masa sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, serta realitas sosial yang
tertuang dalam sebuah karya sastra.
Sastra
menyajikan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri sebagian besar terdiri
dari kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan
manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhannya.
Dalam
perkembangannya, baik sastra maupun ilmu berkembang berdasarkan berjalannya
waktu. Baik dari teori maupun dari segi lainnya. Contohnya sastra Indonesia
pada masa pujangga baru dengan angkatan balai pustaka pasti berbeda. Baik dari segi
bahasa maupun susunan dari puisinya itu sendiri.
Perkembangan
sastra dan filsafat ini saling berkaitan karena sastra timbul dari ilmu-ilmu
yang dikembangkan oleh para ahli terdahulu. Karena sastra sudah memiliki bagian
tersendiri dari ilmu yang kemudian diseimbangkan dengan pengetahuan.
1.2
Rumusan Masalah.
Dari paparan diatas dapat di rumusan
beberapa pertanyaan untuk penulisan makalah
ini. Adapun pertanyaan sebagai berikut:
1. Adakah keterkaitan antara
perkembangan sastra Inggris dan perkembangan Filsafat Ilmu pada tiap periodesasi?
2. Apa sajakah karya sastra yang
berkembang pada tiap periodesasi?
1.3
Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari rumusan masalah
di atas adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui keterkaitan antara
perkembangan sastra dan Filsafat ilmu pada tiap periodesasi.
2. Untuk mengetahui karya sastra yang
berkembang pada tiap periode.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Filsafat Ilmu
Liang Gie mengemukakan pendapatnya mengenai fisafat ilmu,
menurutnya filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap
persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun
hubungan ilmu dari segala segi dari kehidupan manusia (2012: 61). Landasan dari
ilmu mencakup :
o konsep-konsep pangkal
o anggapan-anggapan dasar
o asas-asas permulaan
o struktur-struktur teoritis
o ukuran-ukuran kebenaran ilmiah
Filsafat ilmu merupakan suatu bidang pengetahuan campuran
yang eksistensi pemekarannya bergantung pada hubungan timbal balik dan saling
pengaruh antara filsafat dan ilmu. Filsafat ilmu dimulai dengan aliran
rasionalisme, emprisme kemudian kritisisme. Rasionalisme adalah paham yang
menyatakan kebenaran haruslah ditentukan melalui pembuktian, logika, dan dan
analisis yang berdasarkan fakta. Kritisisme merupakan filsafat yang terlebih
dahulu menyelidiki kemampuan dan batas-batas rasio sebelum melakukan pencarian
kebenaran.
Sedangkan
menurut Riyanto (2011:141) filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang
ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi
ontologis, epistimologis maupun aksiologisnya.
Senada
dengan pendapat Riyanto, Jujun S. Suriasumantri mengemukakan bahwa filsafat
ilmu merupakan bagian dari epistemology (filsafat pengetahuan) yang secara
spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Ilmu merupakan cabang
pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu (2009: 33).
2.2 Sastra
Karya
sastra bukanlah benda statis yang bisa di maknai satu arah saja, namun tidak
terhingga tergantung dari sudut pandang mana kita memandang karya sastra itu
sendiri. Sastra bisa di definisikan berdasarkan pada jenis-jenisnya, namun juga
memungkinkan bagi kita untuk melihat sastraberdasarkan fungsi yang dibawa oleh
karya sastra itu.
Sastra
menurut bahasa sangsakerta berasal dari kata “sas” yang artinya ajaran atau
pedoman, sedangkan “tra” yang berarti alat atau sarana. Meskipun demikian
sastra tidak hanya di definsikan dengan pendekatan bahasa sangsakerta saja,
karena banyak defines karya sastra lain yang mengacu pada pola-pola tertentu
pada karya sastra. Terdapat banyak pakar yang telah mencoba untuk
mendefinisikan sastra berdasarkan sudut pandang mereka masing-masing.
Pada
dasarna, sastra mungkin bisa dilihat sebagai karya seni yang mengunakan bahasa
sebagai medium utamanya namun dilain pihak sastra juga di definisakna sebagai
alat penyampaian ideology yang mengekspresikan apa yang ada dalam perasaan dan
pikiran pengarang yang di utarakan secara lnagsung ataupun tidak langsung.
Berikut kit akan membahas pengertian sastra dari bebrapa sudut pandang ahli.
§ Mursal Esten (1978 : 9)
Sastra atau Kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan
imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia. (dan masyarakat) melalui
bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia
(kemanusiaan).
§ Semi (1988 : 8 )
Sastra. adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya
adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya.
§ Panuti Sudjiman (1986 : 68)
Sastra sebagai karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai ciri
keunggulan seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi, dan
ungkapanya.
§ Ahmad Badrun (1983 : 16)
Kesusastraan adalah kegiatan seni yang mempergunakan bahasa dan garis
simbol-simbol lain sebagai alai, dan bersifat imajinatif.
§ Sapardi (1979: 1)
Memaparkan bahwa sastra itu adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa
sebagai medium. Bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan
gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan social.
2.2.1 Genre dalam
Karya Sastra
·
Puisi
Menurut Hasjay
(2012) Puisi adalah karya sastra yang terikat oleh bait dan larik, kata-katanya
singkat tetapi kaya makna. Juga di bungkus dengan gaya bahasa, baik yang klise,
maupun tidak. Namun seiring berkembangnya waktu, puisi pada masa ini tidak
terikat lagi oleh banyaknya bait maupun banyaknya larik dalam satu bait. Bahkan
kata-katanya lebih singkat dan terbungkus.
·
Drama
Syahfitry (2012) mendfinisikan drama sebagai bentuk sastra
yang dilukiskan dengan menggunakan bahasa yang bebas dan panjang, serta
disajikan menggunakan dialog atau monolog. Drama ada dua pengertian, yaitu
drama dalam bentuk naskah dan drama yang dipentaskan.
Jika dicermati
secara saksama, drama memiliki dua aspek esensial, yakni aspek cerita dan aspek
pementasan yang berhubungan dengan seni lakon atau teater. Drama sebenarnya
memiliki tiga dimensi, yakni (1) sastra, (2) gerakan, dan (3) ujaran. Oleh
karena itu, naskah drama tidak disusun khusus untuk dibaca seperti cerpen atau
novel, tetapi lebih daripada itu dalam penciptaan naskah drama sudah
dipertimbangkan aspek-aspek pementasannya
·
Prosa
Prosa merupakan jenis karya sastra dengan ciri-ciri antara
lain (1) bentuknya yang bersifat penguraian, (2) adanya satuan-satuan makna
dalam wujud alineaalinea, dan (3) penggunaan bahasa yang cenderung longgar.
Bentuk ini merupakan rangkaian peristiwa imajinatif yang diperankan oleh
pelaku-pelaku cerita, dengan latar dan tahapan tertentu yang sering disebut
dengan cerita rekaan. Bentuk ini terbagi atas kategori cerita pendek, novelet,
dan novel.
Sebagai cerita rekaan, ia juga harus memiliki unsur-unsur,
seperti pengarang, isi cerita, bahasa dan unsur-unsur fiksi. Unsur-unsur cerita
rekaan antara lain sebagai berikut (a) tokoh dan penokohan, (b) alur, (c)
latar, (d) tema, (e) amanat, (f) sudut pandang, (g) dan gaya bahasa, yang semuanya
saling berhubungan sehingga membentuk satu cerita yang utuh.
Pembagian bentuk prosa seperti yang dikemukakan oleh
H.B.Yassin adalah cerpen, novel, dan roman. Menurutnya, cerpen adalah cerita
fiksi yang habis dibaca dalam sekali duduk. Novel adalah cerita fiksi yang
mengisahkan perjalanan hidup para tokohnya dengan segala liku-liku perjalanan
dan perubahan nasibnya. sedangkan roman adalah cerita fiksi yang mengisahkan
tokoh-tokohnya sejak kanak-kanak sampai tutup usia. Jadi, panjang pendeknya
cerita tidak dapat dijadikan patokan. Namun, sekarang ini istilah roman sudah
jarang digunakan karena dianggap sama dengan novel
2.3 Periodesasi Sejarah Perkembangan
Filsafat Ilmu
Sejarah perkembangan filsafat ilmu dibagi
klasifikasikan dengan pembagian klasifikasi secara periodik. Berikut pemaparan
pembagian klasifikasi periodesasi menurut Christianto N. Langkay (2012)
2.3.1 Pra Yunani
Kuno (5-7 SM)
Menurut apa yang di kemukakan oleh Christianto, pada masa
ini manusia masih menggunakan batu sebagai alat pekakas mereka. Sehingga bisa
pada masa ini bisa disebut juga sebagai zaman batu.
Zaman batu berkisar antara 4 juta tahun sampai 20.000 tahun
sebelum masehi. Sisa peradaban yang ditemkan pada masa ini seperti alat-alat
pekakas dari batu, tulang belulang dari hewan, relif, prasasti, gambar-gambar
di gua dan banyak lagi.
Evolusi ilmu pengetahuan dapat di runtut melalui sejarah
perkembangan yang terjadi di Yunani, Babilonia, Mesir, China, Timur Tengah, serta
Eropa.
Maka dapat disimpulkan pada zaman ini manusia belum mengenal
ilmu pengetahuan. Tapi tidak menutup kemungkinan pada masa ini sudah mulai
mengenal cara menggambar, terbukti dari ukiran gambar-gambar yang terdapat pada
gua-gua peninggalan zaman batu.
2.3.2 Zaman Yunani Kuno (Abad 7-12 SM)
Pada zaman
ini bisa dibilang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini
orang-orang memiliki kebebasan untuk mengeluarkan ide-ide atau pun pendapatnya.
Pada masa ini pula, Yunani dianggap sebagai gudangnya ilmu dan filsafat. Yunani
pada masa ini tidak mempercayai mitologi-mitologi. Serta tidak dapat menerima
pengalaman-pengalaman yang didasarkan pada sikap menerima saja tetapi mencoba
menumbuhkan rasa senag menyelidiki secara kritis terhapa suatu hal. Sikap
inilah yang kemudian mnjadikan Yunani
tampil menjadi ahli piker yang terkenal sepanjang masa. Thales, Demokrates dan
Aristoteles adalah beberapa tokoh yang terkenal pada masa keemasan ini.
2.3.3 Zaman Pertengahan (Abad 12-14 SM)
Zaman pertengahan ini ditandai dengn
tampilnya para theolog dalam ilmu pengetahuan. Hamper semua ilmuan pada masa
ini adalah theology, sehingga semua aktifitas ilmaiah terkait dengan aktifitas
keagamaan. Dengan kata lain seluruh kegiatan ilmuah diarahkan untuk mendukung
kebenaran agama. Sehingga pada masa ini muncul semboyan “Anchila Theologia” yang artinya dalah abdi agama.
Berbeda dengan abad pertengahan di
Yunani yang berada dalam masa kegelapan, Peradaban dunia Islam berada pada masa
kebangkitan mereka. Pada abad ini Peradaban Islam telah menemukan beberapa
temuan seperti astronomi yang ditemukan pada Zaman Bani Umayyah sebelum Galileo
dan Copernicus. Selain itu pada masa ini juga Umat Islam telah mendirikan
kedokteran dan Asntonomi di Jundishapur.
Pada masa keemasan ini pula, telah
dilalukan penerjemahan karya-karya Yunani sehingga Umat Islam dapat mempelajari
karya-karya tersebut. Selain itu Khalifah Al-Makmun telah mendirikan rumah
kebijakan atau Baitul Hikmah.
2.3.4 Masa Renaissance (14-17 M)
Renaissance adalah masa-masa dimana
ilmu pengetahuan penuh dengan kemajuan dan perubahan yang mengandung arti bagi
perkembangan ilmu. Reformasi dan supermasi gereja khatolik Roma sebuah gerakan
yang diluncurkan pada masa ini juga bersamaan dengan perkembangan humanism.
Selain itu, zaman ini juga merupakan
pemyempurnaan kesenian, keahlian serta ilmu yang diwujudkan kedalam berbagai
bidang. Seni musik juga mengalami kemajuan yang berarti. Pada zaman ini Galileo
dan Copernicus baru menemukan ilmu astronomi modern yang merupakan titik balik
dalam pemikikran ilmu dan filsafat.
Sebenarnya peralihan dari masa
Renaissance ke masa modern tidak memiliki garis tegas dimana renaissance ini berakhir
dan kapan zaman modern muncul. Tetapi orang menganggap bahwa zaman modern
hanyalah perluasan dari Renaissance. Dan juga pemikiran ilmiah membawa manuisa
lebih masju kedepan dengan kecepatan yang besar, hal ini berkat
kemampuan-kemampuan yang dihasilkan oleh masa-masa sebelumnya. Manusai maju
dengan langkah rasaksa dari zaman uap ke zaman listrik kemudian kezaman atom,
elekton, radio, televise, roket dan zaman ruang angkasa.
.
2.3.5. Perkembangan filsafat zaman modern
Seperti
yang telah di kemukakan sebelumnya, masa Renaissance dan Modern sulit untuk
ditetapkan kapan Renaissance berakhir dan masa modern di mulai. Tapi yang jelas
zaman ini di tandai dengan berbagai bidang ilmiah, serta filsafat dari berbagai
aliran. Corak secara keseluruhan adalah sufime Yunani. Paham yang kemudian
muncul adalah Rasionalisme, Idelaisme dan Empirisme. Kaum rasionalisme
berpendapat bahwa akal adalah alat bterpenting dalam memperoleh dan menguji
pengetahuan. Sedangkan aliran idealism mengajarkan hakikat fisik adalah jiwa
serta spirit. Ini adalah ide Plato yang memberikan jalan untuk mempelajari
paham idealism zaman modern. Para pengikut aliran atau paham ini bersumber pada
kritisismenya Imanuel Kant. Fitche (1762-1816) yang disebut sebagai penganut
idealism subjektif yang merupakan murid dari Kant. Sedangkan Scelling,
filsafatnya di kenal sebagai idealisem objektif. Kedua filsafat ini kemudian di
sintesakan dalam filsafat idealism Mutlak Hegel.
2.3.6. Zaman kontemporer
Zaman
kontemporer ini adalah zaman dimana era tahun-tahun terakhir yag kita jalani
sampai saat ini. Hal yang membedakan pengamatan tentang ilmu pada zaman
sekarang adalahbahwa zaman modern adalah era perkembangan ilmu yang berawal
sejak sekitar abad ke-15, sedangkan kontemporer memfokuskan sorotannya
pada berbagai perkembangan terakhir yang terjadi hingga saat sekarang. Beberapa
contoh perkembangan ilmu kontemporer adalah: Santri, Priyayi, dan Abangan.
Lebih lanjut Semenjak tahun 1960 filsafat ilmu mengalami perkembangan yang
sangat pesat, terutama sejalan dengan pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi
yang ditopang penuh oleh positivisme-empirik, melalui penelaahan dan pengukuran
kuantitatif sebagai andalan utamanya.
Karya-karya
sastra pada masa ini memiliki perbedaan dari karya-karya sastra pada masa-masa
sebelumnya, baik dari segi bahasa maupun gaya dari penulisannya.
2.4
Periodesasi Sastra Inggris
Secara garis besar, periodesasi sastra inggris di
klasifikasikan kedalam enam periode, berikut paparannya.
2.4.1. Periodesasi Sastra Inggris Kuno
Pertengahan
abad ke-5 dianggap sebagai permulaan Sastra Inggris. Kepulauan Britania ditaklukan
oleh suku-suku Teutonic, Angles dan Saxons. Suku asli ditaklukan oleh suku-suku
tersebut dan tulisan-tulisannya kemudian dikenal dengan nama Anglo-Saxon.
Karya-karya Sastra Inggris Kuno masih terseimpan rapi dalam bentuk manuscript
di perpustakaan-perpustakaan seperti perpustakaan Museum Inggris, Oxford
University, Execeter Catherdal dan sebagian kecil tersebar di beberapa tempat.
Beowulf merupakan epos pertama dan terbesar yang lahir pada zaman ini.Bahasa
kuno Inggris tidak dapat dibaca kecuali oleh mereka yang secara khsusu
mempelajarinya.
2.4.2. Periodesasi Masa Pertengahan
Masa
pertengahan ini adalah masa dimana karya sastra yang terpuruk, serta terjadi
kestagnanan secara signifikan. Juga pengaruh gereja dan theolog yang mewarnai
perkembangan ilmu pengetahuan.
Karya-karya sastra pada zaman ini
masih sama bertemakhan keagamaan yang diusung oleh para rokhaniawan tapi ada
satu orang yang mengusung tema berbeda yaitu karya layamon yang mengusung
sejarah-sejarah akan legenda inggris sepert Raja Arthur berserta para
satrianya, lahir juga “ballad” yaitu yang merupakan sajak-sajak yang tersebar
melalui mulut ke mulut, biasanya sajak-sajak ini tak bertuan contohnya cerita
Robin hood. Ada juga romance yang hadir mengisi zaman ini, lagi-lagi Raja
Arthur menjadi romance paling terkenal sepanjang sejarah karena memakai bahasa
yang indah dan digemari oleh anak-anak kecil dan masih banya lagi tentang
prosa-prosa yang laahir pada zaman ini
2.4.3. Masa Elizabeth
Masa
Elizabeth dalam dunia sastra Inggris dikenal dengan sebutan the Golden Age
(masa keemasan). Sastra mengalami puncak perkembangan pada awal masa
pemerintahan Elizabeth. Pada masa Elizabeth semua keraguan nampaknya sirna dari
sejarah masyarakat Inggris. Setelah masa pemerintahan Edward dan Mary, dengan kekalahan
dan kehancuran moral diluar negeri dan kekerasan dan pembrontakan di dalam
negeri, pergantian tampuk kekuasaan raja seperti sunrise after a long night.
Elizabeth
dengan semua kesombongan dan ketidak konsistensiannya, secara perlahan
mencintai Inggris dan kebesaran tanah Inggris; dan hal tersebut telah
menginspirasi semua orang dengan patriotisme yang tak terbatas yang
dibangga-banggakan dalam Shakespeare dalam karyanya Faery Queen. Dibawah
pemerintahannya, negara Inggris berkembang dengan lompatan yang lebih besar
dibandingkan dengan sebelumnya dan sastra Inggris mencapai titik puncak
perkembangannnya.
Karakteristik
paling menonjol zaman ini adalah adanya toleransi dalam menjalankan praktek
kehidupan beragama, yang secara luas memang akibat pengaruh dari ratu
Elizabeth. Di bawah kepemimpinannya, Elizabeth menemukan bahwa kerajaan terpecah-belah
dengan sendirinya, penduduk bagian utara mayoritas beragama Katolik dan bagian
selatan pemeluk Protestan yang fanatik. Skotlandia telah melaksanakan reformasi
dengan caranya sendiri dan Irlandia tetap berpegang teguh pada tradisi agama
kunonya serta kedua negara ini secara terbuka melakukan pembrontakan
2.4.4. Masa Shakespeare
Pada
masa ini karya sastra buah karya Shakespeare mendominasi. Karya awal Shakespeare
dapat dianggap sebagai drama historikal. Mungkin karena dia memulai karyanya
sebagai dramawan yang mengembangkan karya-karya penulis lain. Secara perlahan
ia mulai menemukan kekuatannya sendiri dalam seni.
Pada
tahun 1600, dia merupakan pemilik teater the Globe dan the Blackfriars, hal
tersebut membuktikan bahwa dia memang seorang yang kaya dalam hal harta.
2.4.5. Masa Puritan Vs Restorasi
Nama
puritan dikenalkan pada pertengahan abad ke-16 yang diberikan kepada suatu
kelompok di dalam gereja Inggris yang tujuannya adalah untuk membersihkan
bentuk-bentuk praktek dan upacara keagamaan. Kebebasan dalam menjalankan
kepercayaan beragama secara langsung diikuti oleh kebebasan dalam berpolitik.
Milton,
tidak diragukan lagi sebagai penulis terbesar yang dihasilkan oleh kaum
Puritan, merupakan cerminan tipikal orang-orang Puritan. Puisi di usia tuanya
ditulis untuk ”justify the ways of God to Man”, tidak diragukan lagi telah
memenuhi keinginan orang-orang puritan. John Milton (1608-1674).
Dalam
pandangan yang luas, gerakan Puritan dapat dianggap sebagai Renaissance kedua
dan terbesar dan pada umumnya semua setuju bahwa pujangga kedua terbesar
setelah Shakespeare adalah John Milton.
2.4.6. Masa Romantisme
Paruh
pertama abad ke-19 tercatat sebagai the
triumph of romanticism in literature dan juga democracy in government.
Keduanya berjalan beriringan. Penekanan utama puisi pada awal masa ini adalah
bentuk susunannya yang rumit, tanpa menggunakan terlalu banyak perasaan. Heroic
couplet banyak digunakan pada bait-baitnya.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Keterkaitan antara Perkembangan
Sastra Inggris dan Perkembangan Filsafat Ilmu
Setelah diamati secara seksama,
terdapat beberapa keterkaitan perkembangan sastra inggris dengan periodesasi
filsafat ilmu. Pada periode tertentu, sastra berkembang sesuai dengan ilmu
pengetahuan serta gejala-gejala yang terjadi pada tiap periode tertentu. Berikut
paparan analisisnya.
3.1.1. Zaman
pertengahan >< Zaman pertengahan
Seperti keterangan pada bab
sebelumnya, zaman pertengahan ini bangsa Eropa sedang mengalamai masa
kegelapan. Dimana semua ilmu didominasi oleh theology. Begitu pula sastra yang
berkembang pada masa ini pun tidak luput dari pengaruhnya.
Permasalahan
tentang kedatangan agama Kristen ke Britania raya akan semakin elok. Dengan
subjudul yang ditulis diatas, kita telah banyak berpikiran bahwa terdapat
unsur-unsur agama yang terdapat dalam karya-karya sastra periode pertengahan ini.
Kedatangan agama Kristen ke Inggris tidak akan pernah
terlepas dari dua nama besar yang dikenal, dalam beberapa catatan sejarah,
dengan nama Pope Gregory 1 dan St Agustinus. Pope Gregory mengirim misionaris
ke daerah Inggris pada tahun 596 dan beberapa abad setelah misinya itu, pada
tahun 650 an orang-orang Inggris sudah banyak memeluk agama Kristen.
Disisi lain kedatangan agama Kristen
banyak mempengaruhi sikap orang-orang terhadap kegiatan tulis menulis. Dan yang
paling dominan untuk menjadi seorang penulis adalah Monk (Laki-laki yang
mengabdikan dirinya untuk berkerja dan berdoa) dan Nuns (Wanita).
Dari sekitar tahun 1200, beberapa
karya religious muncul, sebagian besar karya tersebut dinamakan literature only by exercise of great
courtesy. Dari sebagian besar karya religious, terdapat dua penulis yang dapat
bertahan. Kebertahanan mereka ini dipicu oleh dua factor kuat, yang pertama
karena pengaruh besarnya dan yang kedua karena menghasilkan karya sastra
terkenal yang menyumbangkan pandangan sastra baru di Inggris. Penulis tersebut
adalah Wycliff dan William Langland.
Karya satra Wycliff yang
menjadikannya sebagai ”Father of English
Prose” merupakan terjemahan Injil pada abad ke-14. Wycliff sendiri juga
menerjemahkan gospel dan Kitab Perjanjian Baru. Yang mengejutkan adalah Wycliff
dibakar hidup-hidup karena mengkritik dan menyerang praktek-praktek agama di
Inggris.
Kesalahan Wycliff di mata Gereja
adalah ketidaksetujuannya atas berbagai dogma agama dan kritik pedasnya
terhadap kehidupan dilingkungan gereja. Kontribusinya terhadap Kesusasteraan
Inggris adalah sebuah terjemahan langsung kitab Injil ke dalam Bahasa Inggris
yang memungkinkan orang membaca dan menginterpretasikan sendiri makna yang ada
di dalam kitab Injil. Karena latar belakangnya yang tidak berpendidikan tinggi,
Injil Wycliff ditandai dengan gaya yang langsung dan sederhana dan menggunakan
acuan bahasa sehari-hari. Hampir semua Kitab Perjanjian baru adalah hasil
terjemahannya.
Setelah Wycliff meninggal,
kesusastraan Inggris semakin menurun. Tidak ada satupun pujangga yang muncul
untuk dapat dinikmati karyanya. Sungguh masa-masa yang sangat sulit untuk
kesusastraan Inggris.
3.2.2 Masa Renaissance
>< Zaman Puritans vs Restorasi.
Seperti yang telah di bahas
sebelumnya renaissance adalah masa-masa dimana ilmu pengetahuan penuh dengan
kemajuan dan perubahan yang mengandung arti bagi perkembangan ilmu. Reformasi
dan supermasi gereja khatolik Roma sebuah gerakan yang diluncurkan pada masa
ini juga bersamaan dengan perkembangan humanism. Begitu pila dengan Zaman
puritan, pada zaman ini puritan ini merupakan sebuah kelompok yang membersihkan
bentuk-bentuk praktek dan upacara keagamaan. Kebebasan dalam menjalankan
kepercayaan beragama secara langsung diikuti oleh kebebasan dalam berpolitik.
Dalam pandangan yang luas, gerakan
Puritan dapat dianggap sebagai Renaissance kedua dan terbesar dan pada umumnya
semua setuju bahwa pujangga kedua terbesar setelah Shakespeare adalah John
Milton.
Setelah menyelesaikan studinya di
universitas, dia banyak belajar di rumahnya di Horton, Buckinghamshire, dan ia
berterimakasih pada ayahnya yang mengizinkan dirinya untuk melakukan hal
tersebut sebagai persiapan atas sebuah profesi yang lain. Dia menjalani hidup
yang bersih, percaya bahwa dia memiliki tujuan yang besar untuk melengkapi
karirnya. Pada usia 23 tahun, sedikit hal yang dapat dikerjakan untuk
kehidupannya, sebagaimana dinyatakan dalam sonetnya:
How soon hath time, the subtle thief of youth
Stolen on his wing my three and twentieth year!
My hasting days fly on with full career
And my late spring no bud or blossom showeth.
Diantara sonetnya yang lain, dia menulis satu sonet atas kebutaanya:
When I consider how my light is spent
Ere half my days, in this dark world and wide
Milton percaya pada kebebasan dalam menulis dan berbicara akan memenuhi buku dengan kejujuran perasaan. Berikut tiga baris kata bijaknya:
Opinion in good men is but knowledge in the making
He who destroys good book kills reason itself
A good book is the precious life-blood of a master spirit.
How soon hath time, the subtle thief of youth
Stolen on his wing my three and twentieth year!
My hasting days fly on with full career
And my late spring no bud or blossom showeth.
Diantara sonetnya yang lain, dia menulis satu sonet atas kebutaanya:
When I consider how my light is spent
Ere half my days, in this dark world and wide
Milton percaya pada kebebasan dalam menulis dan berbicara akan memenuhi buku dengan kejujuran perasaan. Berikut tiga baris kata bijaknya:
Opinion in good men is but knowledge in the making
He who destroys good book kills reason itself
A good book is the precious life-blood of a master spirit.
3.3.3 Zaman Filsafat modern >< Zaman Romantisme
Pada masa modern, ilmu pengetahuan
menemui titik cerah. Sama halnya dengan karya sastra pada zaman romantisme.
Zaman filsafat modern dan romantimisme ini sama-sama berada pa petengahan abad
ke 18-19. Pada zaman filsafat modern orang sudah mulai muncul beberapa aliran
seperti rasionalisme, empirisme dan idealism.
3.2 Karya
Sastra yang Muncul pada Tiap-tiap Periode
Seiring
berjalannya karya sastra pada masing-masing periode tentunya memiliki
karakteristik yang berbeda beda. Berikut ini adalah karya-karya yang muncul
pada tiap-tiap periode perkembangannya.
3.2.1.
Karya Sastra
Pembahasan ini akan membahas
beberapa karya sastra yang muncul pada tiap-tiap periodenya.
·
Periode Inggris Kuno
Pada
periode inggris kuno tidak terlalu banyak karya sastra yang terkenal dan
berkembang. Pada periode ini inggris sedang mengalami penaklukan daerah. Northumbrian
ditaklukan oleh bangsa Denmark (Danes), yang mengahancur leburkan kerajaan dan
perpustakaan-perpustakaan yang berisi karya-karya sastra terdahulu. Pada abad
ke-9, sebagai dampak dari penaklukan bangsa Denmark, aktivitas kesusasteraan
Inggris berpindah dari Utara ke Selatan. Invasi bangsa Denmark dapat dihentikan
oleh kepemimpinan Alfred, Raja Wessex pada tahun 878. Karya sastra yang dapat
kita nikmati dari periode ini adalah Epos ”Beowulf”. Karya sastra
ini memberika
gambaran yang menarik dari kehidupan pada masa itu. Epos tersebut menceritakan
kepada kita kerasnya peperangan dan keberanian dari para pemimpin dan kelaparan
dari orang-orangnya.kemudian karya sastra lainnya yang muncul pada periode ini adalah
Anglo saxon chronicle, Ecclesiactical history of the English people dan Universal history and geoghrapy
·
Periode Masa Pertengahan
Salah
satu prosa Inggris terkenal di Abad Pertengahan adalah Morte D’Arthur (Arthur’s
Death) ditulis oleh Sir Thomas Malory. Prosa karya Malory mampu menceritakan
sebuah cerita secara langsung.
Karya-karya sastra pada zaman ini masih sama bertemakan
keagamaan yang diusung oleh para rokhaniawan tapi ada satu orang yang mengusung
tema berbeda yaitu karya layamon yang mengusung sejarah-sejarah akan legenda
inggris sepert Raja Arthur berserta para satrianya, lahir juga “ballad” yaitu
yang merupakan sajak-sajak yang tersebar melalui mulut ke mulut, biasanya
sajak-sajak ini tak bertuan contohnya cerita Robin hood. Ada juga romance yang
hadir mengisi zaman ini, lagi-lagi Raja Arthur menjadi romance paling terkenal
sepanjang sejarah karena memakai bahasa yang indah dan digemari oleh anak-anak
kecil dan masih banya lagi tentang prosa-prosa yang laahir pada zaman
ini.
Kesemuanya ini tersambung oleh kuatnya pengaruh perancis
baik itu dari bahasanya yang sudah banyak memakai kosakata perancis tapi juga
jenis sastranya yang sedikit cerah dan indah. Drama menjadi yang terbaru
dari zaman ini, yang dikenalkan oleh para rokhaniawan yang ada di gereja,
awalny mereka memainkanya didalam gereja aja tapi lama kelamaan drama mulai
menyebar dan meluas itulah yang menyebabkan drama yang awalnya cerita tentang
kristus atau banyak diambil dari kitab injil.
• King Arthur dan para
kesatrianya.
• Robbin hood.
• Robbin hood.
·
Masa Elisabeth
John
Donne merupakan pujangga metafisikal terbesar tetapi sulit menemukan
karya-karyanya secara utuh. Dia menulis banyak hal bagus tetapi tidak
disempurnakan atau diselesaikan. Karya-karya terbaik Donne dalam bentuk
nyanyian dan sonet. Berikut salah satu tulisan Donne:
Here lies a she sun an a he moon there
She gives the best light to his sphere
Or each is both, and all, and so
They unto one another nothing love.
She gives the best light to his sphere
Or each is both, and all, and so
They unto one another nothing love.
Pujangga
metafisikal selanjutnya adalah Francis Bacon. Beberapa essays-nya masih
terkenal hingga saat ini. Beberapa kata bijak yang terkenal di Inggris berasal
dari buku Bacon, khususnya dari essay-nya.
Men fear death as children fear go
to in the dark (death)
All colors will agree in the dark (unity in relegion)
Revenge is a kind of wild justice (revenge)
If a man be gracious to strangers, it shows he is citizen of the world (Goodness)
The remedy is worse than the disease (troubles)
Stay a little, that we may make an end the sooner (despacth)
Cure the disease and kill the patient (friendship)
Some books are to be read only in a parts; others to be read, but not curiously; and some few to be read wholly (studies)
A wise man will make more opportunities than he finds.
All colors will agree in the dark (unity in relegion)
Revenge is a kind of wild justice (revenge)
If a man be gracious to strangers, it shows he is citizen of the world (Goodness)
The remedy is worse than the disease (troubles)
Stay a little, that we may make an end the sooner (despacth)
Cure the disease and kill the patient (friendship)
Some books are to be read only in a parts; others to be read, but not curiously; and some few to be read wholly (studies)
A wise man will make more opportunities than he finds.
Selain
puisi dan pros, pada ini juga terdapat pentas drama yang terkenal. Drama
hiburan yang muncul di luar Morality Plays adalah Interlude, suatu babak yang
muncul diantara beberapa penampilan drama yang panjang Salah satu Interlude
yang terkenal di zaman ini adalah the Four P’s oleh John Heywood. Berikut
adalah kutipan dialog dari the Four P’s:
Yet in all places where I have been,
Of all the women that I have seen,
I never saw nor knew, in my conscience,
Any one woman out of patience.
Of all the women that I have seen,
I never saw nor knew, in my conscience,
Any one woman out of patience.
·
Periode Masa Shakespeare
Karya
awal Shakespeare dapat dianggap sebagai drama historikal. Mungkin karena dia
memulai karyanya sebagai dramawan yang mengembangkan karya-karya penulis lain.
Secara perlahan ia mulai menemukan kekuatannya sendiri dalam seni. Dalam puisi
bebasnya Richard the third, makna puisinya terletak pada akhir barisnya:
Oh, I have passed the miserable
night,
So full of ugly night, of ghastly dreams
That, as I am a Christian faithful man,
I would not spend another such a night
Though’t were to buy a world of happy days
So full of ugly night, of ghastly dreams
That, as I am a Christian faithful man,
I would not spend another such a night
Though’t were to buy a world of happy days
Pada
Richard the second lebih terdapat kebebasan. Walaupun pada akhir baris biasanya
berakhir pada jeda sebagaimana adanya, tetapi ada kalanya ketika penekanan
makna muncul melalui satu baris ke baris lainnya:
For God’s sake, let us sit up on the
ground
And tell sad stories on the death of kings...........
All murderd; for within the holllow crown
That rounds the mortal the temples of a king
Keep death his court
And tell sad stories on the death of kings...........
All murderd; for within the holllow crown
That rounds the mortal the temples of a king
Keep death his court
Irama
puisi bebasnya masih belum nampak muncul, Shakespeare belum mengembangkan
dirinya sebagai master kebebasan yang membawa kesegaran dan kekuatan pada
karya-karya selanjutnya tetapi Romeo and Juliet adalah awalnya. Romeo dan
Juliet ini adalah karya Shakespeare yang paling popular. Hingga saat ini kita
masih bisa menikmati karya tersebut.
Penerus
terbesar Shakespeare dalam drama adalah Ben Johnson, dapat juga disebut sebagai
sahabat Shakespeare. Dia adalah pujangga dan dramatis paling berpendidikan pada
masa tersebut. Karya dramatik Johnson sangat berbeda dengan karya-karya
Shakespeare. Berikut salah satu tulisannya:
SONG TO CECILIA
Drink to me only with thine eyes,
And I will pledge with mine;
Or leave a kiss but in the cup,
And I’ll look not for wine.
The thirst that from the soul doth rise
Doth ask a drink divine;
But might I of Jove’s nectar sup, I will not change for thine
Drink to me only with thine eyes,
And I will pledge with mine;
Or leave a kiss but in the cup,
And I’ll look not for wine.
The thirst that from the soul doth rise
Doth ask a drink divine;
But might I of Jove’s nectar sup, I will not change for thine
·
Periode Puritan
Karya sastra yang muncul pada periode ini adalah sebuah
sonnet dari John Milton. Berikut potongan sonetnya:
How soon hath time, the subtle thief
of youth
Stolen on his wing my three and twentieth year!
My hasting days fly on with full career
And my late spring no bud or blossom showeth.
Stolen on his wing my three and twentieth year!
My hasting days fly on with full career
And my late spring no bud or blossom showeth.
Diantara sonetnya yang lain, dia menulis satu sonet atas
kebutaanya:
When I consider how my light is spent
Ere half my days, in this dark world and wide
When I consider how my light is spent
Ere half my days, in this dark world and wide
Milton
percaya pada kebebasan dalam menulis dan berbicara akan memenuhi buku dengan
kejujuran perasaan. Berikut tiga baris kata bijaknya:
Opinion in good men is but knowledge
in the making
He who destroys good book kills reason itself
A good book is the precious life-blood of a master spirit
He who destroys good book kills reason itself
A good book is the precious life-blood of a master spirit
Pandangan
matanya mulai memburuk dan pada tahun 1651 Milton mengalami kebutaan total. Dia
mulai menjadi tidak terkenal sejak Charles II memimpin, tetapi dari sinilah
lahir tiga karya besarnya. Puisi epos besarnya, Paradise Lost, merupakan puisi
bebas terbesar, diperkuat oleh kekayaan ilmu dan kekayaan keterampilannya
sebagai pujangga. Neraka digambarkan sebagai berikut:
A dungeon horrible on all sides
around
As one great furnace flamed – yet from those flames
No light, but rather darkness visible.
Served only to discover sight of woe , region of sorrow,
Doleful shades, where peace
And rest can never dwell , hope never comes
That come to all.
As one great furnace flamed – yet from those flames
No light, but rather darkness visible.
Served only to discover sight of woe , region of sorrow,
Doleful shades, where peace
And rest can never dwell , hope never comes
That come to all.
Karya
terbesar Milton kedua adalah Paradise Regained (diterbitkan pada tahun 1671)
dan yang ketiga adalah Samson Agonistes (1617), sebuah tragedi dalam bentuk
drama Yunani, mencerminkan saat-saat terakhir Samson, ketika dia mengalami
kebutaan dan dipenjarakan di Gaza Palestina. Dia dipaksa untuk memberikan hiburan
kepada penguasa Palestina tetapi seorang kurir kemudian datang dan memberi
kabar bahwa Samson telah merobohkan seluruh gedung teater di atas kepala mereka
dan juga kepalanya sendiri. Cerita ini secara tidak langsung mencerminkan
keadaan diri Milton sendiri, dia mengalami kebutaan selama hampir 20 tahun dan
tiga tahun kemudian dia meninggal.
·
Periode Romantisme
Pada
periode ini muncul dua nama pujangga besar yang turut menyumbangkan perubahan
besar dalam perkembangan karya sastra yaitu William Wordsworth dan Samuel
Taylor Coleridge, sering dikenal sebagai the
Lake Poets, karena mereka berdua suka tinggal di daerah danau di barat daya
Inggris dan hidup di sana. Wordsworth memiliki julukan lain yaitu a pet of nature. Kedua pujangga ini
tidak banyak menggunakan bahasa puisi kuno. Wordsworth dipenuhi oleh cintanya
pada alam. Ini terbukti pada potongan bait yang terdapat pada puisinya.
WORDSWORTH’S CREATOR OF NATURE
Our birth is but asleep and forgetting
The soul that raises with us, our life’s star,
Hath had elsewhere its setting,
And cometh from afar;
And not in utter nakedness
But trailing clouds of glory do we come
From god, who is our home
I heard among the solitary hills
Low breathing coming after me, and sounds
Of undistinguishable motion
Our birth is but asleep and forgetting
The soul that raises with us, our life’s star,
Hath had elsewhere its setting,
And cometh from afar;
And not in utter nakedness
But trailing clouds of glory do we come
From god, who is our home
I heard among the solitary hills
Low breathing coming after me, and sounds
Of undistinguishable motion
Kemudian
Coleridge, puisi Coleridge, the Rime of the Ancient Mariner, muncul pada edisi
pertama dari Lyrical Ballads. Puisi berisi tentang seorang lelaki tua yang
menggambarkan beberapa kesialan aneh yang menimpa kapalnya. Kisah ini terjadi
di South Pole ketika ia menembak seekor burung besar dan setelah kejadian
tersebut kutukan menimpa kapalnya. Angin tidak bertiup, persediaan air menipis
dan pelaut-pelaut lain meninggal karena kehausan. Pelaut tua tersebut kemudian
ditinggalakan sendirian:
Alone, alone, all alone,
Alone on a wide, wide sea,
And never a saint took a pity on me
My soul in agony
The many men so beautiful
And they all dead did lie
And a thousand thaousand slimy things
Lived on, and so I did
Alone on a wide, wide sea,
And never a saint took a pity on me
My soul in agony
The many men so beautiful
And they all dead did lie
And a thousand thaousand slimy things
Lived on, and so I did
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat di
tarik beberapa kesimpulan bahwa filsafat ilmu dan sastra sama-sama memiliki
sejaranh yang panjang sejalan dengan perkembangan ilmu penegtahuan dan sastra
itu sendiri. Perkembangan ilmu pengetahuan tidak bisa lepas dari perkembangan
pemikiran secara teoritis yaitu yaitu selalu mengacu kepada peradaban dari
Yunani. Sama halnya dengan sastra, sastra tidak dapat dipisahkan dengan peradaban
manusia yang fleksibel mengikuti perkembangan pemikiran manusia itu sendiri.
Penemuan besar terjadi sepanjang
zaman pra Yunani Kuno, pada periode ini banyak filsuf yang bermunculan dengan
menggagas pemikiran-pemikiran yang luar biasa. Pemikiran-pemikiran filsuf yang
hidup pada masing-masing zaman dapat menambah kekayaan khasanah ilmu
pengetahuan.
Didapatkan kesimpulan pula, bahwa
ada keterkaitan antara perkembangan ilmu dan sastra, meskipun keterkaitan ini
tidak muncul di setiap periode. Ini menunjukan bahwa ilmu dan karya sastra memiliki
keterkaitan. Dan sastra yang berkembang pada masing-masing periode memiliki
karakteristik yang berbeda-beda.
DAFTRA
PUSTAKA
§ Jujun S. Suriasumantri. 2010. Filsafat
Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
§ Riyanto, Waryani Fajar. 2011. Filsafat
Ilmu Topik-topik Estimologi. Yogyakarta: Integrasi Interrkoneksi Press
§ The Liang Gie. 2012. Pengantar
Ilmu Filsafat. Yogyakarta : Libert
Tidak ada komentar:
Posting Komentar