Rabu, 29 Oktober 2014

Nining Sulastri



Name               : Nining Sulastri
Nim                 : 1211503086

Pendahuluan

Filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan dimana ilmu menjadi objek kajianya, didalamnya terdapat berbagai hal yang berhubungan tentang ilmu entah itu pengertian, cirri, jenis danlain sebagainya. Filsafat ilmu adalah pikiran-pikiran yang reflektif terhadap persoalan mengenai segala hal menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala aspek dari kehidupan manusia (The Liang Gie, 2004). Sedangkan menurut Lewis White Beck, filsafat ilmu bertujuan membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan nilai dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
Salah satu kajian Ontologi yaitu kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis yang terkenal diantaranya Thales, Plato, dan Aristoteles. Pada masanya, kebanyakan orang belum mampu membedakan antara penampakan dengan kenyataan.
Menurut Bahasa, Ontologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu on / ontos = being atau ada, dan logos = logic atau ilmu. Jadi, ontologi  bisa diartikan The theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan), atau  Ilmu tentang yang ada. Pengertian menurut istilah, Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality yang berbentuk jasmani / kongkret maupun rohani / abstrak (Bakhtiar, 2004).
Terdapat beberapa aliran yang mengemukakan tentang sumber ilmu pengetahuan diantaranya :
·         Rasionalisme

Aliran ini muncul pada abad 17, Rasionalisme berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang dapat dipercaya adalah rasio atau akal (Harun Hadiwijono, 1980) Metode yang digunakan adalah metode deduktif, yaitu suatu penalaran yang mengambil kesimpulan dari suatu kebenaran yang bersifat umum untuk diterapkan kepada hal-hal yang bersifat khusus. Tokoh-tokoh filsafat dari mazhab rasionalisme diantaranya adalah Rene Descartes, Blaise Pascal, Baruch Spinoza. Tokoh rasionalisme yang sangat berpengaruh adalah Rene Descartes yang disebut juga bapak filsafat modern. Salah satu pernyataan paling populer dari Descartes adalah cogito ergo sum, yang artinya aku berpikir maka aku ada.

·         Empirisme

Aliran ini muncul sezaman dengan rasionalisme yaitu pada abad 17. Empirisme berpendapat bahwa empiri atau pengalamanlah yang menjadi sumber pengetahuan, baik pengetahuan lahiriah maupun batiniah. Metode yang dipercayai adalah induktif, yaitu suatu penalaran yang mengambil kesimpulan dari suatu kebenaran yang bersifat khusus untuk diterapkan kepada hal-hal yang bersifat umum. Beberapa tokoh dari aliran ini diantaranya adalah Thomas Hobbes, John Locke dan David Hume. Thomas Hobbes misalnya berpendapat bahwa pengalaman adalah awal dari semua pengetahuan. Hanya pengalamanlah yang memberi kepastian. Filsafat harus diarahkan kepada fakta-fakta yang diamati, dengan maksud untuk mencari sebab-sebab terjadinya sebuah realitas.

·         Positivisme

Aliran  ini berkembang pada abad 19. Positivisme berpendapat bahwa pemikiran filsafat berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang faktual, yang positif. Sehingga sesuatu yang sifatnya metafisik ditolak. Positivisme dan empirisme memiliki kesamaan, yaitu bahwa keduanya mengutamakan pengalaman. Perbedaannya positivisme membatasi diri pada pengalaman-pengalaman objektif, sedangkan empirisme masih menerima pengalaman yang subjektif. Beberapa tokoh dari aliran ini antara lain August Comte, John Stuart Mill dan Herbert Spencer. August Comte menyatakan bahwa perkembangan pemikiran manusia, baik sebagai pribadi maupun manusia secara keseluruhan meliputi tiga zaman, yaitu: zaman teologis, zaman metafisis dan zaman positif.
Dalam pembahasan ini saya akan mencoba menjelaskan salah satu dari tiga aliran yang telah di sebutkan dengan objek.


Pembahasan

Salah satu pelopor rasionalisme adalah Descartes, menurutnya pengetahuan tentang sesuatu bukan hasil pengamatan melainkan hasil pemeriksaan rasio (dalam Hadiwijono, 1981). Pengamatan merupakan hasil kerja dari indera (mata, telinga, hidung, dan lain sebagainya), oleh karena itu hasilnya kabur, karena ini sama dengan pengamatan binatang. Untuk mencapai sesuatu yang pasti menurut Descartes kita harus meragukan apa yang kita amati dan kita ketahui sehari-hari. Pangkal pemikiran yang pasti menurut Descartes dikemukakan melalui keragu-raguan. Keragu-raguan menimbulkan kesadaran, kesadaran ini berada di samping materi. Prinsip ilmu pengetahuan satu pihak berpikir pada kesadaran dan pihak lain berpijak pada materi juga dapat dilihat dari pandangan Immanuel Kant (1724-1808). Menurut Immanuel Kant ilmu pengetahuan itu bukan merupakan pangalaman terhadap fakta, tetapi merupakan hasil konstruksi oleh rasio.
Misalkan dalam penulisan sebuah teori, atau karya penulisan teory Roman Jakobson tentang pemikiran manusia yang secara umum dibagi menjadi dua yaitu metapora dan metonim. Hal ini tidak bisa dilakukan hanya dengan pengalaman saja tapi juga proses berpikir yang melibatkan dan menggabungkan tentang kemiripan dari generalisasi pemikiran pasien aphasia dengan teory literature yang membuatnya mngambil kesimpulan dari pemikiran tersebut.
Menurut apa yang ditemukanya Varietas aphasia [gangguan bahasa] banyak dan beragam, tetapi semuanya terletak di antara dua jenis kutub yaitu metapora dan metonimi. Setiap bentuk gangguan aphasic terdiri dalam beberapa gangguan, kurang-lebih, baik dari kumpulan untuk seleksi dan substitusi atau untuk kombinasi dan komposisi kata. Penyakit yang di alami penderitaan melibatkan kerusakan operasi metalinguistik, sedangkan kerusakan kedua kapasitas untuk menjaga hirarki unit linguistik. Hubungan kesamaan ditekan dalam hubungan kedekatan dalam jenis kedua aphasia. Metafora adalah gangguan kesamaan kata atau tidak bisa menjelaskan kata secara metafora, dan metonimi gangguan kedekatan kata atau tidak bisa menjelaskan kata secara metonimi.
Kedua Jenis utama aphasia ini menyebabkan Jacobson memahami bahwa sastra atau bentuk pikiran manusia terbagi menjadi dua jenis utama berpikir,  baik  itu metaforis atau metonymic.
Misalnya ada beberapa kasus penulis yang disebutkan Jakobson dalam tulisannya yang memiliki gangguan mental atau aphasia, pasien menunjukkan bahwa ketidakmampuan dari metonymic yang memiliki semacam hambatan untuk pekerjaan mereka, pembaca untuk karyanya menjadi kesulitan karena sulit memahami makna dalam karyanya karena penulis terus-menerus menggunaan gaya metonimi. Ini menunjukkan bahwa manusia untuk bagian tertentu memiliki pemahaman baik metaforis dan metonymic,  tapi yang dominanlah  yang menyebabkan pengaruh tertentu dalam gaya bicara mereka dab juga  gaya pemikiran mereka, dan untuk memahami pekerjaan menulis atau karya sastra, kedua  jenis utama gaya penulisan ini dapat membantu untuk memahami makna dalam memahami karya sastra.



Kesimpulan

Rasionalisme adalah aliran yang berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang dapat dipercaya adalah rasio atau akal. Dari contoh di atas bisa dikatakan bahwa pengalaman saja tidak cukup untuk menjadikanya sebuah dasar pengetahuan tetapi juga ditambah dengan pemikiran yang di kemukan oleh kaum rasionalis pengetahuan dapat terbentuk dan dapat dijadikan sebagai landasan ilmu pengetahuan walaupun dalam langkah selanjutnya masih banyak langkah-langkah atau metode-metode selanjutnya agar menjadi ilmu pengetahuan yang berguna bagi manusia.
Pemikiran Jacobson ini bukanlah hanya berasal dari pengalaman umum saja melainkan hasil dari proses berpikir yang menggunakan rasio dan membuatnya menjadi pengetahuan yang masih digunakan sampai saat ini.


 
Reference
Jakobson and Morris Halle. 1971. Fundamentals of Language. San Diego: Harcourt Brace Jovanovich : 1113-1116.
Holman, Hugh, ed. 1972. A Handbook to Literature.  3d ed. Indianapolis: Bobbs-Merrill.
Basuki, Heru.2006. Penelitian Kualitati Untuk Ilmu-Ilmu Kemanusiaan Dan Budaya. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar