Kamis, 30 Oktober 2014

Poppy Eka



Penerapan Fungsi Ilmu Pengetahuan Terhadap Kajian Linguistik (Sosiolinguistik)
Oleh: Poppy Eka H (1121503098)
Bab I
Pendahuluan
1.      Latar belakang
Filsafat seringkali disebut oleh sejumlah pakar sebagai induk dari ilmu-ilmu. Filsafat merupakan disiplin ilmu yang berusaha untuk menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat dan lebih memadai.
Perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru dengan berbagai disiplin yang akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru kearah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi.
Filsafat pengetahuan (Epistemologi) merupakan salah satu cabang filsafat yang mempersoalkan mengenai masalah hakikat pengetahuan. Epistemologi merupakan bagian dari filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat-sifat dan kesahihan pengetahuan.

2.      Rumusan Masalah
a.       Apa saja fungsi ilmu pegetahuan?
b.      Bagaimana pengaplikasian fungsi ilmu tersebut terhadap kajian linguistik?

3.      Tujuan
a.       Untuk mengetahui apa saja fungsi ilmu pengetahuan.
b.      Untuk mengetahui bagaimana pengaplikasian fungsi ilmu tersebut terhadap kajian linguistik.



Bab II
Landasan Teori
1.      Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah, “Kumpulan pengetahuan mengenai suatu hal tertentu (obyek/lapangan), yang merupakan kesatuan yang sistematis dan memberikan penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan dengan menunjukan sebab-sebab hal/kejadian itu.”
Persaman antara pengetahuan biasa dan pengetahuan ilmiah adalah bahwa kedua-duanya mencari kebenaran, timbul dari keinginan manusia untuk mengejar kebenaran untuk mengerti akan dirinya sendiri.
Perbedaan antara pengetahuan biasa dan pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan biasa (knowledge/common sense), tidak memandang betul-betul sebab-sebabnya, tidak mencari rumusan yang seobyektif-obyektifnya, tidak menyelediki obyeknya sampai habis-habisan, tak ada sintesis, tak bermetode dan tak bersistem.
Sedangkan pengetahuan ilmiah/ilmu pengetahuan (science) adalah sebaliknya yaitu mementingkan sebab-sebabnya, mencari rumusan yang sebaik-baiknya, menyelediki obyeknya selengkap-lengkapnya sampai habis-habisan, hendak memberikan sintesis yaitu pandangan yang bergandengan dan bersistem.
2.      Struktur Pengetahuan Ilmiah
Struktur Pengetahuan Ilmiah
a.       Siklus Logico- Hipotetico- Verifikatif
Seperti dikenal kerangka berpikir menurut metode  ilmu adalah proses logico- hipotico, verifikatif. Proses itu mengenal langkah-langkah yang sistematik mulai dari perumusan masalah sampai kepada tahap penarikan kesimpulan, dengan penuh disiplin.
Jika ternyata prediksi (ramalan) suatu hipotesa atau teori adalah tepat dan jitu, maka ia akan menjadi bagian dari perbendaharaan atau khazanah ilmu. Bahkan jadi masukkan (input) itu lebih umum atau lebihmemudahkan daripada teori yang mendahuluinya, ia akan menggeser kedudukan teori yang lama, sampai ia pada suatu waktu yang mungkin tergeser dan tergusur pula oleh suatu teori yang lebih jitu yang akan muncul sesudahnya.
Demikian siklus itu berjalan secara berulang-ulang (iteratif) sehingga diperoleh pengetahuan ilmiah yang kadar dan nilai kebenarannya. Semakin tinggi hipotesa demi hipotesa, prediksi demi prediksi, akan terpadu secara beruntun, maka secara kumulatif ilmu itu berkembang. Secara deducto-deterministik, induktif- probabilistik, fungsional atau genetik, atau dengan kombinasi beberapa diantaranya dan bahkan mungkin semua cara ini, ilmu itu akan menjelaskan gejala-gejala alam. Penjelasan yang lebih berguna untuk prediksi dan pengendalian ialah penjelasan yang didasarkan atas hukum-hukum causal bukan hukum korelasional.
Suatu hipotesa yang sudah verified secara formal sudah diakui sebagai pengetahuan ilmiah yang baru dan jika kemudian ternyata salah disebabkan oleh suatu kelalaian pada salah langkah dari proses penemuannya maka cepat atau lambat kesalahan itu akan diketahui dan pengetahuan ini akan disingkirkan dari pembendaharaan keilmuan. Disebabkan oleh sifat dan karakteristik metode ilmu itu sendiri, yakni mempunyai mekanisme umpan balikyang bersifat korektifdan memungkinkan upaya keilmuan itu menemukan kesalahan yang telah diperbuat. Ilmu pada dasarnya merupakan kumpulan pengetahuan manusia melakukan serangkaian tindakkan untukmemanfaatkan potensi alam tersebut berdasarkan penjelasan-penjelasan yang dihidangkan oleh ilmu.
Pengetahuan ilmiah itu pada hakikatnya mempunyai tiga fungsi:
1)      Menjelaskan
2)      Meramalkan
3)      Mengontrol

a)      Fungsi menjelaskan pada Ilmu
Penjelasan keilmuan memungkinkan kita meramalkan apa yang akan terjadi berdasarkan meramalkan apa yang akan terjadi dan berdasarkan ramalan itu dilakukan usaha untuk mengontrol apakah ramalan itu menjadi kenyataan atau tidak.
Penjelasan tersebut dibagi atas 4 jenis yaitu:
1.      Penjelasan logis
·         Pejelasan Deduktif
Deduktif menggunakan cara berpikir deduktif dalam menjelaskan suatu gejala dengan menarik kesimpulan (natijah) secara logis dari premis-premis yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk demikian, dalam penjelasan deduktif diperlukan adanya suatu penrnyataan yang bersifat umum yang dipergunakan sebagai pangkal tolak atau dalil. Contoh yang sudah terbiasa adalah bahwa semua manusia adalah fana, Socrates adalah manusia, maka kesimpulannya Socrates adalah fana. Dan fakta menunjukkan bahwa Socrates adalah fana ( dengan hukuman minum racun).
·         Penjelasan Induktif
Penjelasan induktif atau biasa disebut juga sebagai penjelasan kausal, adalah penjelasan yang mempergunakan pangkal tolak pada hal-hal khusus, tertentu untuk sampai pada hal yang umum. Sebagai contoh, dengan mengamati pantai yang dihubungkan dengan peredaran bulan sehingga dicapai suatu kesimpulan aur laut akan naik dan pasang bila bulan dalam keadaan purnama. Penjelasan kausal lebih banyak dipergunakan dalam ilmu alam.
2.      Penjelasan Probabilistik
Probabilistik merupakan penjelasan yang ditarik secara induktif dari sejumlah kasus, yang dengan demikian tidak memberikan kepastian seperti penjelasan deduktif, tetapi penjelasan yang bersifat peluang, seperti "kemungkinan", "kemungkinan besar", atau "hampir dapat dipastikan", dan sebagainya. Penjelasan propabilistik banyak digunakan dalam ilmu sosial utamanya dalam ilmu politik. Sebagai contoh, mengapa Idi Amin laridari Uganda? Mengapa Amerika kalah perang di Vietnam? Dan masih banyak lagi. Disini terdapat jawaban yang bersifat peluang (kans, probability) yang dimaksud disini adalah peluang untuk menjadi besar. Peluang ini adalah mungkin besr atau mungkin sedikit sekali.
1.      Penjelasan Finalistik
Merupakan penjelasan dengan berpangkal tolak atau mengacu pada tujuan. Penjelasan semacam ini bersifat pragmatis karena menerangkan sesuatu dari kegunaannya. Sebagai contoh, mengapa manusia mempunya mata? Walaupun ini bentuknya sederhana tetapi jawabannya adalah langsung secara final menunjuk kegunaan dari mata.
3.      Penjelasan Historis atau Genesis
Genetik menggunakan faktor-faktor yang timbul sebelumnya dalam menjelaskan gejala yang akan muncul kemudian. Penjelasan ini berusaha ntuk menjawab pertanyaan mengapa sesuatu itu terjadi. Jelas hal ini menuntut suatu jawaban tentang mengapa sesuatu terjadi pada waktu yang lampau. Sebagai contoh mengapa seseorang mempunyai karakteristik tertentu pertanyaan-pertanyaan semacam ini banyak muncul dalam psikologi dan ilmu-ilmu sejarah.
4.      Penjelasan Fungsional atau Teologis
Merupakan penjelasan yang meletakkan sebuah unsur dalam kaitannya dengan sistem secara keseluruhan, yang mempunyai karakteristik atau arah perkembangan tertentu. Sebagai contoh, mengapa kita harus menghormati bahasa nasional kita? Atau bendera nasional kita? Pertanyaan ini secara fungsional dijelaskan agar dapat lebih bisa mempertebal rasa patriotik dan menumbuhkan rasa persatuan nasional yang utuh. Penjelasan fungsional banyak diunakan dalam penelitian antropologi, misalnya mnegapa didalam masyarakat yang berbeda terdapat kebiasaan dan kebudayaan yang berbeda pula? Perlu ditegaskan bahwa setiap ilmu mempergunakan perjalanan yang mungkin antara satu dan lainnya berbeda. Hal ini sudah barang tentu sesuai dengan sifat dasar ilmu serta sistem yang dipergunakan sebagai pangkal tumpunya.
b)     Fungsi Meramalkan pada Ilmu
Seorang ilmuan yang baik tidak lekas puas karena hal yang berupa kebenaran yang telah dicapainya, jika belum diyuji dengan cara yang sesuai dengan masalahnya. Suatu hal yang patut dipakai dalam persiapan pengujian, disamping penjelasan juga ramalan atau prediksi. Bentuk- Bentuk ramalan yang banyak dipakai antara lain:
1.      Ramalan menurut hukum
Bentuk ramalan yang paling tua adalah ramalan yang berupa dan berpangkal tolak pada keajegan-keajegan. Keajegan ini diperlukan diperlukan untuk memecahkan atau menghampiri suatu permasalahan yang hampir mirip baik dari ilmu sosialmaupun ilmu alam, karena hukum adalah suatu keteraturan yang fundamental, yang dapat diterapkan pada setiap keadaan atau persoalan.
2.      Ramalan menurut struktur
Ramalan ini secara langsung mampu memperhitungkan untuk keadaan dimasa yang akan datang berdasar pada suatu kemajuan baik yang secara vertikal maupun horizontal, karena perubahan menurut struktur ini memang seharusnya terjadi demikian.
3.      Ramalan menurut proyeksi
Ramalan ini mempelajari kejadian-kejadian yang terdahulu sehingga diperoleh suatu pernyataan berdasar kejadian itu. Ramalan proyrksi ini banyak digunakan dalam perkembangan ilmu sosial dengan dibantu oleh faktor peluang.
4.      Ramalan menurut Utopia
Ramalan ini terjadi berdasar pengetahuan teoretis yang sekarang dimiliki untuk mengetahui kejadian dan keadaan dimasa mendatang. Sebagai contoh, dewasa ini ada penjelajah ruang angkasa. Hal ini sebelumnya akan berupa fantasi belaka dankebetulan sudah difilmkan.

c)      Batasan atau Pengontrol
Batasan merupakan suatu pernyataan yang banyak dipentingkan dalam ilmu. Karena dengan adanya batasan, persoalan yang akan diselesaikan tidak akan jauh menyimpang, maksudnya karena batasan memberikan arah tentang sesuatu istilah yang dipergunakannya itu.
1.      Syarat batasan
·         Suatu batasan hendaknya menyatakan ciri-ciri yang khas (hakiki) dari pada apa yang diberi batasan. Misalnya adalah ‘ manusia adalah mahluk yang berpikir’.
·         Batasan tidak boleh memuat istilah yang sinonim dengan definiendum, karena jikaitu dilakukan tidakmenjelaskan mengenai sesuatu artinya atau dengan kata lain, suatu batasan tidaklah menggunakan istilah yang berputar-putar. Misalnya, “ ilmu kehutanan adalah ilmu yang mempelajari tentang hutan.”
·         Batasan hendaknya tidak terlalu luas, ungkapan dengan suatu pernyataan yang singkat, misalnya “ ilmu adalah sekumpulan pengetahuan yang teratur”.
·         Batasan tidak boleh dinyatakan secara negatif, misalnya “mati adalah tidak hidup”.
·         Batasan tidak dinyatakan dalam bahasa kiasan atau pleonasme yang meghamburkan. Misalnya, “Pencuri itu adalah orang yang panjang tangan”,
2.      Jenis- Jenis batasan
·         Batasan pencirian (definisi konotatif)
Batasan yang memberikan arti yang cukup lengkap dari suatu istilah himpunan atau nama tunggal dengan memperinci sifat-sifat khasya yang merupakan ciri penentu. Misalnya, “Pengetahuan adalah hasil aktifitas busi manusia yang disadari dalam hubungan subjek yang mengetahui dengan objek yang diketahui”.
·         Batasan penunjukkan ( Definisi Denotatif)
Batasan yang menjelaskan arti dari suatu kata atau istilah dengan menunjuk suatu contoh atau memperlihatkan suatu benda yang termasuk dari cakupan dari pangkal batasan itu. Misalnya, “ Diktat filsafat ilmu adalah buku yang wujudnya seperti ini”.
·         Batasan penentu ( Definisi Nominal)
Batasan yang bermaksud menjelaskan apa yang dimaksud oleh peraturan mengenai pangkal batasan bersangkutan.
·         Batasan menurut teori ( Definisi Teoretik)
Batasan yang bermaksud merumuskan suatu perincian yang memadai mengenai suatu hal dalam rangka sebuah teori.
·         Batasan pengolahan ( Definisi Operational)
Batasan terhadap suatu istilah dengan menegaskan langkah-langkah pengolahan atau pengujian tertentu yang harus dilaksanakan dan hasil-hasil bagaimana yang dapat diamati.
·         Batasan bujukan ( Definisi persuasif)
Batasan yang tampaknya menjelaskan arti dari suatu istilah, tetapi sesungguhnya secara tak langsung menyarankan kepada pihak lain agar menyetujui atau menolak suatu hal.

3.    Pembagian dan Sitematis Pengetahuan Ilmiah
Pertumbuhan dan kemajuan ilmu modern sejak Revolusi Keilmuan dalam abad XVII sampai sekarang yang begitu luas dan mendalam telah melahirkan demikian banyak cabang ilmu khusus. Dari bidang pengetahuan ilmiah baru muncul, selanjutnya berkembang, dan akhirnya berdiri sendiri. Bidang-bidang pengetahuan yang terdahulu juga tetap tegak dan terus tumbuh tanpa menjadi tumbang atau layu dengan munculnya cabang-cabang ilmu baru. Dengan demikian, kumpulan pengetahuan ilmiah senantiasa berkembang dalam keluasan maupun isi substantifnya sehingga menimbulkan masalah-masalah yang menyangkut penggolongan, pembagian, perincian, pembedaan, kedudukan, dan hubungan satu sama lain di antara bidang- bidang pengetahuan ilmiah.
Pemunculan suatu cabang ilmu baru terjadi karena beberapa faktor. Bert Hoselitz menyebut adanya tiga hal sebagai berikut:
Pembentukan suatu disiplin khusus yang baru dalam bidang ilmu mana pun berkaitan dengan tiga syarat: Yang pertama ialah eksistensi dan pengenalan seperangkat problem-problem baru yang menarik perhatian   beberapa  penyelidik.  Yang  kedua  ialah  pengumpulan  sejumlah  cukup  data  yang  akan memungkinkan penggerapan generalisasi-generalisasi yang cukup luas lingkupnya untuk menunjukan ciri-ciri umum problem-problem yang sedang di selidiki. Syarat yang ketiga ialah pencapaian pengakuan resmi atau institusional terhadap disiplin baru itu. Syarat pertama dan kedua berkaitan dengan kerja intelektual yang ditunaikan dalam penggarapan dan pembentukan disiplin secara bebas, syarat yang ketiga dengan penjaminan kelangsungan tetapnya sebagai suatu cabang studi dan penelitian yang bebas.
Dengan berkembang demikian banyak cabang ilmu khusus, timbulah masalah pokok tentang penggolongan ilmu-ilmu itu atau pembagianya. Klasifikasi ilmu merupakan pengaturan yang sistematik untuk menegaskan definisi suatu cabang ilmu, menentukan batas-batasnya dan menjelaskan hubunganya dengan cabang-cabang yang lain. Oleh karena yang diatur secara sistematik atau disebut juga organisasi pengetahuan (organization of knowl- edge).
Pembagian ilmu-ilmu dewasa ini menimbulkan perincian yang dinamakan scientific discipline dan specialty dalam masyarakat ilmuan. Maka scientific discipline terbagi dalam sejumlah specialty yang sebagai kesatuan masing-masing mencakup ilmuan-ilmuan yang melakukan penelitian dalam keahlian yang sama. Contoh-contoh disiplin ilmiah ialah misalnya fisika, kimia, dan geologi, sedang beberapa specialty di dalam lingkupannya ialah acoustics, nuclear physics, dan optics untuk menyebut beberapa buah saja.
Terlepas dari kesatuan metode dan tidak adanya perbedaan esensial diantara segenap cabang ilmu, penggolongan atau pembagian ilmu merupakan hal yang penting. Karena tanpa pembagian dalam satu-satuan tidak mungkin dilakukan sistematisasi dan ditujukan saling hubungannya. Dengan demikian, pembahasan selanjutnya akan memaparkan penggolongan ilmu yang dikenal dalam literature. Sebuah kategori penggolongan ilmu yang banyak dikemukakan para ahli ialah pembedaan segenap pengetahuan ilmiah dalam dua kelas yang istilahnya saling berlawanan. Penggolongan ini tampak sederhana sehinga mudah dipahami, tetapi pada umumnya tidak merinci berbagai cabang ilmu. Hanya biasanya diberikan contoh-contoh ilmu apa yang temasuk dalam masing-masing kelas.
Suatu pembagian ilmu yang sistematis akan tercapai apabila dapat dibedakan pembidangan dan tidak simpang siur, hubungan-hubungan diantara bagian-bagian yang cukup jelas, dilakukan konsep-konsep yang tegas. Pembagian sistematis yang akan kami kemukakan ini berpegang pada konsep-konsep yang berikut:
1.      Pengertian yang akan dipakai ialah pembagian ilmu (division of science). Ini berarti proses itu arahnya ke bawah yang tidak tampak batas pemberhentiannya. Pembagian ilmu akan tetap berlangsung selama pengetahuan ilmiah masih terus tumbuh dan mekar.
2.      Pengertian ilmu akan dipahami dalam konotasinya sebagai pengetahuan ilmiah dan denotasinya sebagai ilmu seumumnya.
3.      Ilmu semuanya terdiri dari semua cabang ilmu khusus yang sebagai pangkal permulaannya digolongkan menjadi dua kelompok yang disebut ragam ilmu dan jenis ilmu.
 Menurut pemahaman (Supardi, 2009), kejelasan akan lebih tercapai dan kesimpangsiuran bisa terhindar bilamana dibedakan secara tegas pembagian pengetahuan ilmiah berdasarkan:
1.      Ragam pengetahuan
2.      Jenis pengetahuan
            Pembagian ilmu menurut ragamnya mengacu pada salah satu sifat atributif yang dipilih sebagai ukuran. Pembagian ini hanya menunjukan sebuah ciri tertentu dari sekumpulan pengetahuan ilmiah. Pada dasarnya pembagian berdasarkan ragam ilmu tidak memerinci berbagai cabang ilmu. Orang tidak dapat seketika memperoleh gambaran jelas tentang apa yang ditelaah maupun ruang lingkup masing-masing ragam ilmu yang ditetapkan.
Sifat atributif yang akan dipakai sebagai dasar untuk melakukan pembagian dalam ragam-ragam ilmu ialah sifat dasar manusia yang berhasrat mengetahui dan ingin berbuat (to know dan to do). Kehidupan manusia pada dasarnya berpangkal pada sifat dasar tersebut dan pengetahuan teoretis akan memuaskan hasrat mengetahui, sedang pengetahuan praktis dapat memenuhi keinginan berbuat. Dengan demikian, dalam konsepsi (Supardi, 2009) ilmu akan dibedakan pertama-tama dalam dua ragam:
1.      Ilmu teoritis (theoretical science)
2.      Ilmu praktis (practical science)
Pembedaan antara pengetahuan teoretis dan pengetahuan praktis sudah dikenal sejak zaman Yunani Kuno. Misalnya filsuf Aristoteles membagi kumpulan pengetahuan rasional menjadi tiga kelompok: pengetahuan teoretis (misalnya fisika), pengetahuan praktis (misalnya etika), dan pengetahuan  produktif (misalnya retorika). Pembagian selanjutnya sebagai pelengkap pembagian menurut ragam ialah pembagian ilmu menurut jenisnya. Ini merupakan suatu pembagian ilmu yang memakai isi substansif itu dicerminkan oleh pokok soal atau objek material dari pengetahuan yang bersangkutan. Oleh karena ditunjukan dan diketahui obyek material yang ditelaah menjadi pengetahuan itu, maka dalam pembagian jenis ilmu biasanya orang dapat serta merta mengetahui hal apa saja yang menjadi sasaran jenis-jenis ilmu yang dikemukakan, walaupun mungkin hanya dalam garis besarnya saja.
Sebelumnya kita harus mengetahui tentang enam jenis obyek material pengetahuan ilmiah: yaitu:
1.      Idea abstrak
2.      Benda fisik
3.      Jasad hidup
4.      Gejala rohani
5.      Peristiwa social
6.      Proses tanda.
Berdasarkan enam jenis pokok soal itu dan kemungkinan penggabungan dua fenomena ataupun penyatuan dua pusat minat dalam menelaah sebuah fenomenon, (Supardi, 2009) membagi ilmu menjadi tujuh jenis yang berikut:
a)                  Ilmu-ilmu matematis
b)                  Ilmu-ilmu fisis
c)                  Ilmu-ilmu biologis
d)                 Ilmu-ilmu psikologis
e)                  Ilmu-ilmu social
f)                   Ilmu-ilmu linguistik
g)                  Ilmu-ilmu interdisipliner
Demikian suatu pembagian ilmu yang komprehensif hendaknya mencakup pembedaan dan perincian seluruh pengetahuan ilmiah (bukan segenap pengetahuan teratur) dalam ragamnya dan jenisnya. Misalnya bagan struktur pengetahuan ilmiah dapatlah selanjutnya dilengkapi dengan perincian berikut:
3.      Linguistik sebagai ilmu
Linguistik dapat dikategorikan sebagai science (ilmu pengetahuan) karena memiliki syarat-syarat sebagai ilmu. Diantaranya adalah: explicitness, systematicness, dan  objectivity (rystal, 19778). Explicitness artinya jelas, tidak samar-samar, rumusan-rumusannya tampak nyata sehingga tidak mengundang kebingungan atau pemahamam lain. Pengertian kalimat misalnya, dirumuskan dengan jelas yaitu rangkaian kata yang memiliki makna yang utuh dan diakhiri intonasi final (sempurna). Systematicness atau sistematik artinya memiliki keteraturan, atau pola-pola yang konsistensi, teratur dan ajeg. Linguistik sebagai sebuah ilmu harus memiliki sistem pada setiap gejala yang dimilikinya. Misalnya, sistem bunyi bahasa ()fonem, sistem bentuk (morfem), dan sistem kalimat (sintaksis). Objectivity artinya memiliki sifat terbuka, dan dapat dideskripsikan dengan jelas. Linguistik sebagai ilmu pengetahuan harus berdifat objektif. Artinya, bahasa sebagai kajian objek linguistik  dapat dideskripsikan secara terbuka oleh siapa saja. Apa yang menjadi bahan penelitian merupakan kajian  objektif untuk mendaptkan kebenaran yang universal.
Adalah Ferdinand de Saussure (1857-1913 M), seorang linguis asal Swiss yang dinobatkan sebagai bapak pelopor linguistik moder, membuat rumusan esensial tentang bahasa. Menurutnya, bahasa dapat dipilah menjadi tiga pilar, yaitu:
a.       Langage (bahasa pada umumnya, seperti manusia memliki bahasa)
b.      Langue (bahasa tertentu, sebuah sistem tentang bahasa. Misalnya bahasa Jawa, Bahasa Indonesia)
c.       Parole (ujaran, tuturan)
Pemikiran tentang bahasa yang dikategorikan menjadi tiga pilar tersebut berkembang menjadi bahan penelitian dan referensi oleh para peneliti bahasa sekarang.
4.    Sosiolinguistik
Sosiolinguistik merupakan ilmu yang mengkaji linguistik yang dihubungkan dengan faktor sosiologi. Dengan demikian, sosiolinguistik tidak meninggalkan linguistik.  Apa yang dikaji dalam linguistik (ilmu yang mengkaji bahasa sebagai fenomena yang inedependen) dijadikan dasar bagi sosiolinguistik untuk menunjukkan perbedaan penggunaan bahasa yang dikaitkan dengan faktor sosial. Apa yang dikaji dalam linguistik, meliputi apa yang ditelaah De Saussure, kaum Bloomfieldien (Bloomfield, Charles Fries, dan Hocket) serta kaum Neo Bloomfieldien dengan deep structure  dan  surface structurenya, dipandang oleh sosiolinguis sebagai bentuk bahasa dasar yang ketika dikaitkan dengan pemakai dan pemakaian bahasa akan mengalami perubahan dan perbedaan.  Kajian mengenai fonologi, morfologi, struktur kalimat, dan semantik leksikal dalam linguistik dipakai oleh sosiolinguistik untuk mengungkap struktur bahasa yang digunakan oleh tiap-tiap kelompok tutur  sesuai dengan konteksnya. Karenanya, tidaklah mungkin seorang sosiolinguis dapat mengkaji bahasa dengan tanpa dilandasi pengetahuan mengenai linguistik murni itu.
Sosiolinguistik mengkaji wujud bahasa yang beragam karena dipengaruhi oleh faktor di luar bahasa (sosial), yang dengan demikian makna sebuah tuturan juga ditentukan oleh faktor di luar bahasa. Untuk dapat mengungkap wujud dan makna bahasa sangat diperlukan pengetahuan tentang linguistik murni (struktur bahasa), supaya kajian yang dilakukan tidak meninggalkan objek bahasa itu sendiri.



Bab III
Pembahasan
a.      Objek Kajian
Description: D:\campus\semester 7\filsafat ilmu\uts\daftar harga johnny andrean.jpg
b.      Pembahasan
Di dalam kehidupan, manusia dikodratkan sebagai makhluk sosial karena manusia  itu  pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri.  Manusia tentunya membutuhkan bantuan dari manusia lainnya. Di dalam komunikasi sehari-hari, misalnya  dalam hal  meminta bantuan atau membantu,  manusia  tentunya memerlukan  alat  komunikasi  untuk berhubungan dengan manusia  lainnya. Oleh karena itu, untuk memenuhi hasratnya sebagai makhluk sosial manusia diperlukan alat komunikasi berupa bahasa.  Bahasa merupakan alat yang ampuh untuk berhubungan dan bekerja sama. Hal  ini juga  dijelaskan di dalam buku Mansoer Pateda (1987:4)  yang menyebutkan  salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi.
Sebagaimana diketahui,  bahasa digunakan oleh manusia di  berbagai bidang kehidupan. Pemakaian bahasa dalam satu lingkup kehidupan sosial selalu berbeda dari  pemakaian bahasa dalam lingkup sosial lainnya. Hal ini menyebabkan munculnya  variasi bahasa  yang disebabkan sifat-sifat khas kebutuhan pemakainya, yang dikenal dengan istilah register (Suwito, 1985:25).
Register adalah pemakaian bahasa yang dihubungkan dengan (bidang) pekerjaan seseorang (Pateda, 1987:64).  Setiap bidang kegiatan atau pekerjaan tentunya memiliki sejumlah kosakata khusus atau istilah yang tidak dipergunakan dalam bidang lain. Begitu juga halnya dengan bidang persalonan.  Bidang persalonan juga memiliki istilah-istilah khusus di dalamnya. Istilah-istilah khusus yang di teliti dalam penelitian register salon kecantikan ini sebagian besar merupakan istilah pinjaman dalam bahasa Inggris.  Berikut contoh data register salon kecantikan Johnny Andrean:
Hair treatment:
1.      Blow; proses  blow  dilakukan untuk mengeringkan dan menata rambut agar lebih rapi setelah dilakukan pengguntingan rambut atau perawatan rambut lainnya (Belajar Salon, 2012:74).
2.      Coloring: Pewarnaan permanen,menutup uban hingga 100persen. mengandung amonia. agak bau.
3.      Toning: Pewarnaan semi-semi permanen, menyamarkan uban. bebas amonia, jadi tidak berbau, hasil lebih mengkilat. Biasanya perawatan ini dilakukan setelah coloring (post-coloring). Lebih banyak mengandung senyawa kimia yang bersifat merawat, sehingga tidak berbahaya walau dilakukan dengan frequensi yang lebih sering.
4.      Silk Bonding: Gaya rambut ikal selain terkesan stylish juga memancarkan kesan seksi dan modern. Namun sebagian dari anda mungkin telah menyadari bahwa tidak semua orang cocok berambut ikal. Hal ini dapat saja terjadi karna berbagai faktor, seperti bentuk wajah / tekstur dan karakter rambut itu sendiri. Untunglah para hairdresser dan stylist rambut ternama menyatakan bahwa gaya rambut lurus akan kembali populer! Apalagi gaya rambut lurus terkini ini memancarkan kesan rambut yang sehat alami dengan helaian selembut sutra.
Jika ingin tampil dengan rambut lurus yang sehat dan terkesan alami, terapkan konsep pelurusan rambut terkini, silk bonding. Silk bonding adalah penyempurnaan dari konsep pelurusan rambut yang pernah populer beberapa tahun lalu. Tehnik pelurusan terbaru ini menggunakan tehnologi canggih yang ‘bersahabat’. Salah satunya adalah pemakaian formula baru yang aman bagi rambut. Tak hanya itu, tehnik pelurusan ini menggunakan Ion Reonding. Sehingga proses pengerjaannya memakan proses yang waktu sedikit lebih cepat dibanding tehnik sebelumnya. Proses silk bonding terdiri dari beberapa langkah, yaitu: langkah awal berupa analisa rambut untuk menentukan lama tehnik pelurusan yang akan diterapkan. Hal ini sangat bermanfaat untuk melihat kondisi rambut dan mengefektifkan proses pelurusan rambut yang tepat, sehingga hasil yang diperoleh akan optimal. Langkah selanjutnya adalah proses silk bonding yang terdiri atas 3 tahap, yauti menentukan jenis rambut agar menggunakan smoothing Cream yang sesuai dengan kondisi rambut, tahap interim sesuai dengan kondisi rambut , tahap interim treatment yang menggunakan MATRIX Patent Ceramide Tecnology agar rambut tetap kuat dan tidak mudah patah, serta tahap terakhir yang berfungsi menetralisir rambut dengan menggunakan MATRIX Silicone Complex sehingga hasil bonding tampak optimal, serta rambut tetap sehat, berkilau dan lembut.
5.      Wave Spa: Berbeda dengan gaya rambut ikal dari era yang telah lalu, gaya rambut ikal masa kini terlihat lebih ringan, modern, namun terlihat seksi. Dan sesuai dengan trend yang tengah berlaku. Kini hadir inovasi baru dari proses pengeritingan rambut. Inovasi ini tidak hanya memberi perawatan bagi rambut anda, tapi juga mampu membuat anda tampil lebih trendi dengan gaya ikal saat ini yang sangat memperdulikan kesehatan kulit kepala dan rambut.
Konsep penataan rambut yang menggambungkan perawatan ini bernama Wave Spa. Keunikan lain dari Wave Spa adalah, gaya rambut yang dihasilkan akat terlihat sangat alami. Bahkan terkesan sedikit acak dengan tekstur yang menonjol dan konsep guntingan sliding connected cut yang membuat penataan rambut tampak stylish dan effortless. Karena sangat mendahulukan kesehatan rambut , Wave Spa terdiri dari 3 tahap perawatan, yaitu: Tahap 1 Pra Wave Spa yang terdiri dari analisa dan pembentukan, Tahap 2 Proses Wave Spa yang terdiri dari perawatan untuk meningkatkan elastisitas dan kelembapan rambut, proses pengkritingan dan perawatan akhir untuk memberi perlindungan optimal pada rambut, serta Tahap 3 Pasca Wave Spa yang merupakan perawatan ekstra untuk mempertahankan keindahan dan kesehatan rambut.
Istilah blow, toning, coloring, silk bonding, dan wave spa pada rangkaian Hair Traitment di atas menunjukkan istilah yang khas yang sering digunakan dalam bidang persalonan. Dari istilah-istilah tersebut tidak  semua masyarakat memahami  istilah salon seperti yang disebutkan di atas. Selain itu, perkembangan istilah-istilah dalam bidang salon juga tampak pada macam-macam perawatan dan peralatan.
Pembahasan sebelumnya sangat sesuai dengan apa yang menjadi kajian dalam bidang epistimologi 3 yaitu struktur ilmu pengetahuan pembagian dan juga sistematis ilmu pengetahuan itu sendiri. Sesuai dengan hakikat pengetahuan yang mempunyai tiga dungsi yaitu: menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol. Aplikasi ilmu pengetahuan yg sudah dibahas tersebut juga mengandung ketiga fungsi tersebut.
Fungsi yang pertama adalah menjelaskan. Baik dari nomor satu sampai nomor lima adalah penjelasan finalistik. Karena menerengkan sesuatu dari kegunaan dan tujuannya. Kenapa dinamakan blow? Karena dilakukan untuk mengeringkan dan menata rambut agar lebih rapi setelah dilakukan pengguntingan rambut atau perawatan rambut lainnya. Begitu seterusnya
Fungsi yang kedua adalah fungsi meramalkan. Seorang ilmuan baik tidak akan lekas puas karena hal yang berupa kebenaran yang telah dicapainya, jika belum diuji dengan cara yang sesuai masalahnya. Dalam hal ini sosiolinguistik masuk kedalam ramalan menurut struktur. Ramalan ini bisa memperhitungkan keadaan dimasa yang akan datang berdasarkan pada suatu kemajuan secara vertikal maupun horizontal. Dan seperti yang kita ketahui bahasa selalu berubah. Sama seperti ilmu dimana akan selalu berkembang. Apa lagi bahasa didunia ini sangat banyak. Tiap daerah mempunyai bahasanya masing-masing maka dibutuhkan ramalan menurut struktur yang bisa mengawal perkembangan bahasa tersebut. Dalam pengaplikasiannya terhadap pembahasa tersebut juga dapat dipredikiskan bahwa bahasa-bahasa tersebut pasti akan selalu berubah. Dengan majunya teknologi yang akan mempengaruhi cara bekerja suatu treatment kecantikan.
Fungsi yang terakhir adalah batasan-batasan. Tentunya dalam sebuah ilmu dibutuhkan batasan-batasan agar jelas hubungannya antara stu ilmu dengan ilmu lain. Batasan dari bahasan yang sudah dipaparkan dari bidang ilmu tentunya adalah kajian sosiolinguistik dan secara umum dibahasa dalam linguistik.
Secara struktural juga hipotesa sosiolinguistik sudah verified secara formal sudah diakui sebagai pengetahuan ilmiah yang baru dan jika kemudian ternyata salah disebabkan oleh suatu kelalaian pada salah langkah dari proses penemuannya maka cepat atau lambat kesalahan itu akan diketahui dan pengetahuan ini akan disingkirkan dari pembendaharaan keilmuan. Disebabkan oleh sifat dan karakteristik metode ilmu itu sendiri, yakni mempunyai mekanisme umpan balik yang bersifat korektif dan memungkinkan upaya keilmuan itu menemukan kesalahan yang telah diperbuat. Ilmu pada dasarnya merupakan kumpulan pengetahuan manusia melakukan serangkaian tindakkan untukmemanfaatkan potensi alam tersebut berdasarkan penjelasan-penjelasan yang dihidangkan oleh ilmu.
Bab III
Kesimpulan
Linguistik adalah salah satu dari sekian banyaknya jenis ilmu yang ada didunia ini. Sebagai bagian dari kajian epistimologi tentunya linguistik menjadi bahan acuan untuk para ahli bahasa meneliti begitu banyaknya bahasa yang ada didunia ini. Salah satu turunannya dari ilmu linguistik adalah sosiolinguistik. Sosiolinguistik merupakan ilmu yang mengkaji linguistik yang dihubungkan dengan faktor sosiologi. Maka dari itu degan jelas sekali kita bisa melihat batasa-batasan yang sudah diatur dalam ilmu. Kumpulan pengetahuan ilmiah senantiasa berkembang dalam keluasan maupun isi substantifnya sehingga menimbulkan masalah-masalah yang menyangkut penggolongan, pembagian, perincian, pembedaan, kedudukan, dan hubungan satu sama lain di antara bidang- bidang pengetahuan ilmiah. Tapi dengan begitu pula kita dapat membedakan dan mengetahui suatu pembagian ilmu yang sistematis akan tercapai apabila dapat dibedakan pembidangan dan tidak simpang siur, hubungan-hubungan diantara bagian-bagian yang cukup jelas, dilakukan konsep-konsep yang tegas.




Daftar Pustaka
Prof. Dr. M. Solly Lubis, S. (1994). filsafat ilmu dan penelitian. Bandung: Penerbit Mandar Maju.
Salam, D. H. (2012). pengantar filsafat. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Supardi, M. (2009). Filsafat, ilmu, dan sosial. Universitas Negeri Yogyakarta: tidak dipublikasikan.
Johnny Andrean Salon
Suwito. 1985. Sosiolinguistik: Pengantar Awal. Surakarta: Henary Ofset. 
Chaer, Abdul. 1989. Penggunaan Imbuhan Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah.

1 komentar:

  1. Play Free Casino games online | dmartinmgc.com
    Play casino communitykhabar games online on dmartinmgc.com. 영천 출장샵 Check out our casino 포항 출장안마 promotions and games for the first time on 안산 출장샵 our 부산광역 출장안마 site!

    BalasHapus