Penerapan
Fungsi Ilmu Pengetahuan Terhadap Kajian Linguistik (Sosiolinguistik)
Oleh:
Poppy Eka H (1121503098)
Bab
I
Pendahuluan
1.
Latar belakang
Filsafat
seringkali disebut oleh sejumlah pakar sebagai induk dari ilmu-ilmu. Filsafat
merupakan disiplin ilmu yang berusaha untuk menunjukkan batas-batas dan ruang
lingkup pengetahuan manusia secara tepat dan lebih memadai.
Perkembangan
ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru
dengan berbagai disiplin yang akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu
pengetahuan baru kearah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti
spesialisasi-spesialisasi.
Filsafat pengetahuan
(Epistemologi) merupakan salah satu cabang filsafat yang mempersoalkan mengenai
masalah hakikat pengetahuan. Epistemologi merupakan bagian dari filsafat yang
membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula
pengetahuan, batas-batas, sifat-sifat dan kesahihan pengetahuan.
2.
Rumusan Masalah
a. Apa
saja fungsi ilmu pegetahuan?
b. Bagaimana
pengaplikasian fungsi ilmu tersebut terhadap kajian linguistik?
3.
Tujuan
a. Untuk
mengetahui apa saja fungsi ilmu pengetahuan.
b. Untuk
mengetahui bagaimana pengaplikasian fungsi ilmu tersebut terhadap kajian
linguistik.
Bab II
Landasan Teori
1.
Pengertian
Ilmu Pengetahuan
Ilmu
pengetahuan adalah, “Kumpulan pengetahuan mengenai suatu hal tertentu
(obyek/lapangan), yang merupakan kesatuan yang sistematis dan memberikan penjelasan
yang dapat dipertanggungjawabkan dengan menunjukan sebab-sebab hal/kejadian
itu.”
Persaman
antara pengetahuan biasa dan pengetahuan ilmiah adalah bahwa kedua-duanya
mencari kebenaran, timbul dari keinginan manusia untuk mengejar kebenaran untuk
mengerti akan dirinya sendiri.
Perbedaan
antara pengetahuan biasa dan pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan biasa
(knowledge/common sense), tidak memandang betul-betul sebab-sebabnya, tidak
mencari rumusan yang seobyektif-obyektifnya, tidak menyelediki obyeknya sampai
habis-habisan, tak ada sintesis, tak bermetode dan tak bersistem.
Sedangkan
pengetahuan ilmiah/ilmu pengetahuan (science) adalah sebaliknya yaitu
mementingkan sebab-sebabnya, mencari rumusan yang sebaik-baiknya, menyelediki
obyeknya selengkap-lengkapnya sampai habis-habisan, hendak memberikan sintesis
yaitu pandangan yang bergandengan dan bersistem.
2.
Struktur
Pengetahuan Ilmiah
Struktur
Pengetahuan Ilmiah
a. Siklus
Logico- Hipotetico- Verifikatif
Seperti
dikenal kerangka berpikir menurut metode
ilmu adalah proses logico- hipotico, verifikatif. Proses itu mengenal
langkah-langkah yang sistematik mulai dari perumusan masalah sampai kepada
tahap penarikan kesimpulan, dengan penuh disiplin.
Jika
ternyata prediksi (ramalan) suatu hipotesa atau teori adalah tepat dan jitu,
maka ia akan menjadi bagian dari perbendaharaan atau khazanah ilmu. Bahkan jadi
masukkan (input) itu lebih umum atau lebihmemudahkan daripada teori yang
mendahuluinya, ia akan menggeser kedudukan teori yang lama, sampai ia pada
suatu waktu yang mungkin tergeser dan tergusur pula oleh suatu teori yang lebih
jitu yang akan muncul sesudahnya.
Demikian
siklus itu berjalan secara berulang-ulang (iteratif) sehingga diperoleh
pengetahuan ilmiah yang kadar dan nilai kebenarannya. Semakin tinggi hipotesa
demi hipotesa, prediksi demi prediksi, akan terpadu secara beruntun, maka
secara kumulatif ilmu itu berkembang. Secara deducto-deterministik, induktif-
probabilistik, fungsional atau genetik, atau dengan kombinasi beberapa
diantaranya dan bahkan mungkin semua cara ini, ilmu itu akan menjelaskan
gejala-gejala alam. Penjelasan yang lebih berguna untuk prediksi dan
pengendalian ialah penjelasan yang didasarkan atas hukum-hukum causal bukan
hukum korelasional.
Suatu
hipotesa yang sudah verified secara formal sudah diakui sebagai pengetahuan
ilmiah yang baru dan jika kemudian ternyata salah disebabkan oleh suatu
kelalaian pada salah langkah dari proses penemuannya maka cepat atau lambat
kesalahan itu akan diketahui dan pengetahuan ini akan disingkirkan dari
pembendaharaan keilmuan. Disebabkan oleh sifat dan karakteristik metode ilmu
itu sendiri, yakni mempunyai mekanisme umpan balikyang bersifat korektifdan
memungkinkan upaya keilmuan itu menemukan kesalahan yang telah diperbuat. Ilmu
pada dasarnya merupakan kumpulan pengetahuan manusia melakukan serangkaian
tindakkan untukmemanfaatkan potensi alam tersebut berdasarkan
penjelasan-penjelasan yang dihidangkan oleh ilmu.
Pengetahuan
ilmiah itu pada hakikatnya mempunyai tiga fungsi:
1) Menjelaskan
2) Meramalkan
3) Mengontrol
a)
Fungsi
menjelaskan pada Ilmu
Penjelasan
keilmuan memungkinkan kita meramalkan apa yang akan terjadi berdasarkan
meramalkan apa yang akan terjadi dan berdasarkan ramalan itu dilakukan usaha
untuk mengontrol apakah ramalan itu menjadi kenyataan atau tidak.
Penjelasan
tersebut dibagi atas 4 jenis yaitu:
1. Penjelasan
logis
·
Pejelasan Deduktif
Deduktif menggunakan
cara berpikir deduktif dalam menjelaskan suatu gejala dengan menarik
kesimpulan (natijah) secara logis dari premis-premis yang telah ditetapkan sebelumnya.
Untuk demikian, dalam penjelasan deduktif diperlukan adanya suatu penrnyataan
yang bersifat umum yang dipergunakan sebagai pangkal tolak atau dalil. Contoh
yang sudah terbiasa adalah bahwa semua manusia adalah fana, Socrates adalah
manusia, maka kesimpulannya Socrates adalah fana. Dan fakta menunjukkan bahwa
Socrates adalah fana ( dengan hukuman minum racun).
·
Penjelasan Induktif
Penjelasan
induktif atau biasa disebut juga sebagai penjelasan kausal, adalah penjelasan
yang mempergunakan pangkal tolak pada hal-hal khusus, tertentu untuk sampai
pada hal yang umum. Sebagai contoh, dengan mengamati pantai yang dihubungkan
dengan peredaran bulan sehingga dicapai suatu kesimpulan aur laut akan naik dan
pasang bila bulan dalam keadaan purnama. Penjelasan kausal lebih banyak
dipergunakan dalam ilmu alam.
2. Penjelasan
Probabilistik
Probabilistik merupakan
penjelasan yang ditarik secara induktif dari sejumlah kasus, yang
dengan demikian tidak memberikan kepastian seperti penjelasan deduktif,
tetapi penjelasan yang bersifat peluang, seperti "kemungkinan", "kemungkinan
besar", atau "hampir dapat dipastikan", dan sebagainya.
Penjelasan propabilistik banyak digunakan dalam ilmu sosial utamanya dalam ilmu
politik. Sebagai contoh, mengapa Idi Amin laridari Uganda? Mengapa Amerika
kalah perang di Vietnam? Dan masih banyak lagi. Disini terdapat jawaban yang
bersifat peluang (kans, probability) yang dimaksud disini
adalah peluang untuk menjadi besar. Peluang ini adalah mungkin besr atau
mungkin sedikit sekali.
1. Penjelasan
Finalistik
Merupakan
penjelasan dengan berpangkal tolak atau mengacu pada tujuan. Penjelasan semacam
ini bersifat pragmatis karena menerangkan sesuatu dari kegunaannya. Sebagai
contoh, mengapa manusia mempunya mata? Walaupun ini bentuknya sederhana tetapi
jawabannya adalah langsung secara final menunjuk kegunaan dari mata.
3. Penjelasan
Historis atau Genesis
Genetik menggunakan
faktor-faktor yang timbul sebelumnya dalam menjelaskan gejala yang akan muncul
kemudian. Penjelasan ini berusaha ntuk menjawab pertanyaan mengapa sesuatu itu
terjadi. Jelas hal ini menuntut suatu jawaban tentang mengapa sesuatu terjadi
pada waktu yang lampau. Sebagai contoh mengapa seseorang mempunyai
karakteristik tertentu pertanyaan-pertanyaan semacam ini banyak muncul dalam
psikologi dan ilmu-ilmu sejarah.
4. Penjelasan
Fungsional atau Teologis
Merupakan
penjelasan yang meletakkan sebuah unsur dalam kaitannya dengan sistem secara
keseluruhan, yang mempunyai karakteristik atau arah perkembangan tertentu.
Sebagai contoh, mengapa kita harus menghormati bahasa nasional kita? Atau
bendera nasional kita? Pertanyaan ini secara fungsional dijelaskan agar dapat
lebih bisa mempertebal rasa patriotik dan menumbuhkan rasa persatuan nasional
yang utuh. Penjelasan fungsional banyak diunakan dalam penelitian antropologi,
misalnya mnegapa didalam masyarakat yang berbeda terdapat kebiasaan dan
kebudayaan yang berbeda pula? Perlu ditegaskan bahwa setiap ilmu mempergunakan
perjalanan yang mungkin antara satu dan lainnya berbeda. Hal ini sudah barang
tentu sesuai dengan sifat dasar ilmu serta sistem yang dipergunakan sebagai
pangkal tumpunya.
b)
Fungsi
Meramalkan pada Ilmu
Seorang
ilmuan yang baik tidak lekas puas karena hal yang berupa kebenaran yang telah
dicapainya, jika belum diyuji dengan cara yang sesuai dengan masalahnya. Suatu
hal yang patut dipakai dalam persiapan pengujian, disamping penjelasan juga
ramalan atau prediksi. Bentuk- Bentuk ramalan yang banyak dipakai antara lain:
1. Ramalan
menurut hukum
Bentuk
ramalan yang paling tua adalah ramalan yang berupa dan berpangkal tolak pada
keajegan-keajegan. Keajegan ini diperlukan diperlukan untuk memecahkan atau
menghampiri suatu permasalahan yang hampir mirip baik dari ilmu sosialmaupun
ilmu alam, karena hukum adalah suatu keteraturan yang fundamental, yang dapat
diterapkan pada setiap keadaan atau persoalan.
2. Ramalan
menurut struktur
Ramalan ini secara langsung mampu
memperhitungkan untuk keadaan dimasa yang akan datang berdasar pada suatu
kemajuan baik yang secara vertikal maupun horizontal, karena perubahan menurut
struktur ini memang seharusnya terjadi demikian.
3. Ramalan
menurut proyeksi
Ramalan ini mempelajari kejadian-kejadian yang
terdahulu sehingga diperoleh suatu pernyataan berdasar kejadian itu. Ramalan
proyrksi ini banyak digunakan dalam perkembangan ilmu sosial dengan dibantu
oleh faktor peluang.
4. Ramalan
menurut Utopia
Ramalan ini terjadi berdasar pengetahuan teoretis
yang sekarang dimiliki untuk mengetahui kejadian dan keadaan dimasa mendatang.
Sebagai contoh, dewasa ini ada penjelajah ruang angkasa. Hal ini sebelumnya
akan berupa fantasi belaka dankebetulan sudah difilmkan.
c)
Batasan
atau Pengontrol
Batasan
merupakan suatu pernyataan yang banyak dipentingkan dalam ilmu. Karena dengan
adanya batasan, persoalan yang akan diselesaikan tidak akan jauh menyimpang,
maksudnya karena batasan memberikan arah tentang sesuatu istilah yang
dipergunakannya itu.
1. Syarat
batasan
·
Suatu batasan hendaknya menyatakan
ciri-ciri yang khas (hakiki) dari pada apa yang diberi batasan. Misalnya adalah
‘ manusia adalah mahluk yang berpikir’.
·
Batasan tidak boleh memuat istilah yang
sinonim dengan definiendum, karena jikaitu dilakukan tidakmenjelaskan mengenai
sesuatu artinya atau dengan kata lain, suatu batasan tidaklah menggunakan
istilah yang berputar-putar. Misalnya, “ ilmu kehutanan adalah ilmu yang
mempelajari tentang hutan.”
·
Batasan hendaknya tidak terlalu luas,
ungkapan dengan suatu pernyataan yang singkat, misalnya “ ilmu adalah
sekumpulan pengetahuan yang teratur”.
·
Batasan tidak boleh dinyatakan secara
negatif, misalnya “mati adalah tidak hidup”.
·
Batasan tidak dinyatakan dalam bahasa
kiasan atau pleonasme yang meghamburkan. Misalnya, “Pencuri itu adalah orang
yang panjang tangan”,
2. Jenis-
Jenis batasan
·
Batasan pencirian (definisi konotatif)
Batasan yang memberikan
arti yang cukup lengkap dari suatu istilah himpunan atau nama tunggal dengan
memperinci sifat-sifat khasya yang merupakan ciri penentu. Misalnya,
“Pengetahuan adalah hasil aktifitas busi manusia yang disadari dalam hubungan
subjek yang mengetahui dengan objek yang diketahui”.
·
Batasan penunjukkan ( Definisi
Denotatif)
Batasan yang
menjelaskan arti dari suatu kata atau istilah dengan menunjuk suatu contoh atau
memperlihatkan suatu benda yang termasuk dari cakupan dari pangkal batasan itu.
Misalnya, “ Diktat filsafat ilmu adalah buku yang wujudnya seperti ini”.
·
Batasan penentu ( Definisi Nominal)
Batasan yang bermaksud
menjelaskan apa yang dimaksud oleh peraturan mengenai pangkal batasan
bersangkutan.
·
Batasan menurut teori ( Definisi
Teoretik)
Batasan yang bermaksud
merumuskan suatu perincian yang memadai mengenai suatu hal dalam rangka sebuah
teori.
·
Batasan pengolahan ( Definisi
Operational)
Batasan terhadap suatu
istilah dengan menegaskan langkah-langkah pengolahan atau pengujian tertentu
yang harus dilaksanakan dan hasil-hasil bagaimana yang dapat diamati.
·
Batasan bujukan ( Definisi persuasif)
Batasan yang tampaknya
menjelaskan arti dari suatu istilah, tetapi sesungguhnya secara tak langsung
menyarankan kepada pihak lain agar menyetujui atau menolak suatu hal.
3.
Pembagian
dan Sitematis Pengetahuan Ilmiah
Pertumbuhan
dan kemajuan ilmu modern sejak Revolusi Keilmuan dalam abad XVII sampai
sekarang yang begitu luas dan mendalam telah melahirkan demikian banyak cabang
ilmu khusus. Dari bidang pengetahuan ilmiah baru muncul, selanjutnya
berkembang, dan akhirnya berdiri sendiri. Bidang-bidang pengetahuan yang
terdahulu juga tetap tegak dan terus tumbuh tanpa menjadi tumbang atau layu
dengan munculnya cabang-cabang ilmu baru. Dengan demikian, kumpulan pengetahuan
ilmiah senantiasa berkembang dalam keluasan maupun isi substantifnya sehingga
menimbulkan masalah-masalah yang menyangkut penggolongan, pembagian, perincian,
pembedaan, kedudukan, dan hubungan satu sama lain di antara bidang- bidang
pengetahuan ilmiah.
Pemunculan
suatu cabang ilmu baru terjadi karena beberapa faktor. Bert Hoselitz menyebut
adanya tiga hal sebagai berikut:
Pembentukan suatu disiplin khusus yang
baru dalam bidang ilmu mana pun berkaitan dengan tiga syarat: Yang pertama
ialah eksistensi dan pengenalan seperangkat problem-problem baru yang menarik
perhatian beberapa penyelidik.
Yang kedua ialah
pengumpulan sejumlah cukup
data yang akan memungkinkan penggerapan generalisasi-generalisasi
yang cukup luas lingkupnya untuk menunjukan ciri-ciri umum problem-problem yang
sedang di selidiki. Syarat yang ketiga ialah pencapaian pengakuan resmi atau
institusional terhadap disiplin baru itu. Syarat pertama dan kedua berkaitan
dengan kerja intelektual yang ditunaikan dalam penggarapan dan pembentukan
disiplin secara bebas, syarat yang ketiga dengan penjaminan kelangsungan
tetapnya sebagai suatu cabang studi dan penelitian yang bebas.
Dengan
berkembang demikian banyak cabang ilmu khusus, timbulah masalah pokok tentang
penggolongan ilmu-ilmu itu atau pembagianya. Klasifikasi ilmu merupakan
pengaturan yang sistematik untuk menegaskan definisi suatu cabang ilmu,
menentukan batas-batasnya dan menjelaskan hubunganya dengan cabang-cabang yang
lain. Oleh karena yang diatur secara sistematik atau disebut juga organisasi
pengetahuan (organization of knowl- edge).
Pembagian
ilmu-ilmu dewasa ini menimbulkan perincian yang dinamakan scientific discipline
dan specialty dalam masyarakat ilmuan. Maka scientific discipline terbagi dalam
sejumlah specialty yang sebagai kesatuan masing-masing mencakup ilmuan-ilmuan
yang melakukan penelitian dalam keahlian yang sama. Contoh-contoh disiplin
ilmiah ialah misalnya fisika, kimia, dan geologi, sedang beberapa specialty di
dalam lingkupannya ialah acoustics, nuclear physics, dan optics untuk menyebut
beberapa buah saja.
Terlepas
dari kesatuan metode dan tidak adanya perbedaan esensial diantara segenap
cabang ilmu, penggolongan atau pembagian ilmu merupakan hal yang penting.
Karena tanpa pembagian dalam satu-satuan tidak mungkin dilakukan sistematisasi
dan ditujukan saling hubungannya. Dengan demikian, pembahasan selanjutnya akan
memaparkan penggolongan ilmu yang dikenal dalam literature. Sebuah kategori
penggolongan ilmu yang banyak dikemukakan para ahli ialah pembedaan segenap
pengetahuan ilmiah dalam dua kelas yang istilahnya saling berlawanan. Penggolongan
ini tampak sederhana sehinga mudah dipahami, tetapi pada umumnya tidak merinci
berbagai cabang ilmu. Hanya biasanya diberikan contoh-contoh ilmu apa yang
temasuk dalam masing-masing kelas.
Suatu
pembagian ilmu yang sistematis akan tercapai apabila dapat dibedakan
pembidangan dan tidak simpang siur, hubungan-hubungan diantara bagian-bagian
yang cukup jelas, dilakukan konsep-konsep yang tegas. Pembagian sistematis yang
akan kami kemukakan ini berpegang pada konsep-konsep yang berikut:
1. Pengertian
yang akan dipakai ialah pembagian ilmu (division of science). Ini berarti
proses itu arahnya ke bawah yang tidak tampak batas pemberhentiannya. Pembagian
ilmu akan tetap berlangsung selama pengetahuan ilmiah masih terus tumbuh dan
mekar.
2. Pengertian
ilmu akan dipahami dalam konotasinya sebagai pengetahuan ilmiah dan denotasinya
sebagai ilmu seumumnya.
3. Ilmu
semuanya terdiri dari semua cabang ilmu khusus yang sebagai pangkal
permulaannya digolongkan menjadi dua kelompok yang disebut ragam ilmu dan jenis
ilmu.
Menurut pemahaman (Supardi,
2009),
kejelasan akan lebih tercapai dan kesimpangsiuran bisa terhindar bilamana
dibedakan secara tegas pembagian pengetahuan ilmiah berdasarkan:
1. Ragam
pengetahuan
2. Jenis
pengetahuan
Pembagian
ilmu menurut ragamnya mengacu pada salah satu sifat atributif yang dipilih
sebagai ukuran. Pembagian ini hanya menunjukan sebuah ciri tertentu dari
sekumpulan pengetahuan ilmiah. Pada dasarnya pembagian berdasarkan ragam ilmu
tidak memerinci berbagai cabang ilmu. Orang tidak dapat seketika memperoleh
gambaran jelas tentang apa yang ditelaah maupun ruang lingkup masing-masing
ragam ilmu yang ditetapkan.
Sifat
atributif yang akan dipakai sebagai dasar untuk melakukan pembagian dalam
ragam-ragam ilmu ialah sifat dasar manusia yang berhasrat mengetahui dan ingin
berbuat (to know dan to do). Kehidupan manusia pada dasarnya berpangkal pada
sifat dasar tersebut dan pengetahuan teoretis akan memuaskan hasrat mengetahui,
sedang pengetahuan praktis dapat memenuhi keinginan berbuat. Dengan demikian,
dalam konsepsi (Supardi, 2009) ilmu akan dibedakan pertama-tama dalam
dua ragam:
1. Ilmu
teoritis (theoretical science)
2. Ilmu
praktis (practical science)
Pembedaan
antara pengetahuan teoretis dan pengetahuan praktis sudah dikenal sejak zaman
Yunani Kuno. Misalnya filsuf Aristoteles membagi kumpulan pengetahuan rasional
menjadi tiga kelompok: pengetahuan teoretis (misalnya fisika), pengetahuan
praktis (misalnya etika), dan pengetahuan
produktif (misalnya retorika). Pembagian selanjutnya sebagai pelengkap
pembagian menurut ragam ialah pembagian ilmu menurut jenisnya. Ini merupakan
suatu pembagian ilmu yang memakai isi substansif itu dicerminkan oleh pokok soal
atau objek material dari pengetahuan yang bersangkutan. Oleh karena ditunjukan
dan diketahui obyek material yang ditelaah menjadi pengetahuan itu, maka dalam
pembagian jenis ilmu biasanya orang dapat serta merta mengetahui hal apa saja
yang menjadi sasaran jenis-jenis ilmu yang dikemukakan, walaupun mungkin hanya
dalam garis besarnya saja.
Sebelumnya
kita harus mengetahui tentang enam jenis obyek material pengetahuan ilmiah:
yaitu:
1. Idea
abstrak
2. Benda
fisik
3. Jasad
hidup
4. Gejala
rohani
5. Peristiwa
social
6. Proses
tanda.
Berdasarkan
enam jenis pokok soal itu dan kemungkinan penggabungan dua fenomena ataupun
penyatuan dua pusat minat dalam menelaah sebuah fenomenon, (Supardi, 2009) membagi ilmu menjadi tujuh jenis yang
berikut:
a)
Ilmu-ilmu matematis
b)
Ilmu-ilmu fisis
c)
Ilmu-ilmu biologis
d)
Ilmu-ilmu psikologis
e)
Ilmu-ilmu social
f)
Ilmu-ilmu linguistik
g)
Ilmu-ilmu interdisipliner
Demikian
suatu pembagian ilmu yang komprehensif hendaknya mencakup pembedaan dan
perincian seluruh pengetahuan ilmiah (bukan segenap pengetahuan teratur) dalam
ragamnya dan jenisnya. Misalnya bagan struktur pengetahuan ilmiah dapatlah
selanjutnya dilengkapi dengan perincian berikut:

3.
Linguistik
sebagai ilmu
Linguistik dapat dikategorikan sebagai
science (ilmu pengetahuan) karena memiliki syarat-syarat sebagai ilmu.
Diantaranya adalah: explicitness,
systematicness, dan objectivity (rystal, 19778). Explicitness artinya jelas, tidak
samar-samar, rumusan-rumusannya tampak nyata sehingga tidak mengundang
kebingungan atau pemahamam lain. Pengertian kalimat misalnya, dirumuskan dengan
jelas yaitu rangkaian kata yang memiliki makna yang utuh dan diakhiri intonasi
final (sempurna). Systematicness atau
sistematik artinya memiliki keteraturan, atau pola-pola yang konsistensi,
teratur dan ajeg. Linguistik sebagai sebuah ilmu harus memiliki sistem pada
setiap gejala yang dimilikinya. Misalnya, sistem bunyi bahasa ()fonem, sistem
bentuk (morfem), dan sistem kalimat (sintaksis). Objectivity artinya memiliki sifat terbuka, dan dapat
dideskripsikan dengan jelas. Linguistik sebagai ilmu pengetahuan harus berdifat
objektif. Artinya, bahasa sebagai kajian objek linguistik dapat dideskripsikan secara terbuka oleh
siapa saja. Apa yang menjadi bahan penelitian merupakan kajian objektif untuk mendaptkan kebenaran yang
universal.
Adalah Ferdinand de Saussure (1857-1913
M), seorang linguis asal Swiss yang dinobatkan sebagai bapak pelopor linguistik
moder, membuat rumusan esensial tentang bahasa. Menurutnya, bahasa dapat
dipilah menjadi tiga pilar, yaitu:
a. Langage
(bahasa pada umumnya, seperti manusia memliki bahasa)
b. Langue (bahasa
tertentu, sebuah sistem tentang bahasa. Misalnya bahasa Jawa, Bahasa Indonesia)
c. Parole (ujaran,
tuturan)
Pemikiran
tentang bahasa yang dikategorikan menjadi tiga pilar tersebut berkembang
menjadi bahan penelitian dan referensi oleh para peneliti bahasa sekarang.
4.
Sosiolinguistik
Sosiolinguistik merupakan ilmu yang
mengkaji linguistik yang dihubungkan dengan faktor sosiologi. Dengan demikian,
sosiolinguistik tidak meninggalkan linguistik.
Apa yang dikaji dalam linguistik (ilmu yang mengkaji bahasa sebagai fenomena
yang inedependen) dijadikan dasar bagi sosiolinguistik untuk menunjukkan perbedaan
penggunaan bahasa yang dikaitkan dengan faktor sosial. Apa yang dikaji dalam
linguistik, meliputi apa yang ditelaah De Saussure, kaum Bloomfieldien (Bloomfield,
Charles Fries, dan Hocket) serta kaum Neo Bloomfieldien dengan deep structure dan
surface structurenya, dipandang oleh sosiolinguis sebagai bentuk bahasa
dasar yang ketika dikaitkan dengan pemakai dan pemakaian bahasa akan mengalami
perubahan dan perbedaan. Kajian mengenai
fonologi, morfologi, struktur kalimat, dan semantik leksikal dalam linguistik
dipakai oleh sosiolinguistik untuk mengungkap struktur bahasa yang digunakan
oleh tiap-tiap kelompok tutur sesuai dengan
konteksnya. Karenanya, tidaklah mungkin seorang sosiolinguis dapat mengkaji bahasa
dengan tanpa dilandasi pengetahuan mengenai linguistik murni itu.
Sosiolinguistik mengkaji wujud bahasa
yang beragam karena dipengaruhi oleh faktor di luar bahasa (sosial), yang
dengan demikian makna sebuah tuturan juga ditentukan oleh faktor di luar
bahasa. Untuk dapat mengungkap wujud dan makna bahasa sangat diperlukan
pengetahuan tentang linguistik murni (struktur bahasa), supaya kajian yang
dilakukan tidak meninggalkan objek bahasa itu sendiri.
Bab III
Pembahasan
a. Objek Kajian

b. Pembahasan
Di dalam kehidupan, manusia dikodratkan
sebagai makhluk sosial karena manusia
itu pada dasarnya tidak bisa hidup
sendiri. Manusia tentunya membutuhkan
bantuan dari manusia lainnya. Di dalam komunikasi sehari-hari, misalnya dalam hal
meminta bantuan atau membantu,
manusia tentunya memerlukan alat
komunikasi untuk berhubungan
dengan manusia lainnya. Oleh karena itu,
untuk memenuhi hasratnya sebagai makhluk sosial manusia diperlukan alat
komunikasi berupa bahasa. Bahasa merupakan
alat yang ampuh untuk berhubungan dan bekerja sama. Hal ini juga
dijelaskan di dalam buku Mansoer Pateda (1987:4) yang menyebutkan salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi.
Sebagaimana diketahui, bahasa digunakan oleh manusia di berbagai bidang kehidupan. Pemakaian bahasa
dalam satu lingkup kehidupan sosial selalu berbeda dari pemakaian bahasa dalam lingkup sosial
lainnya. Hal ini menyebabkan munculnya
variasi bahasa yang disebabkan
sifat-sifat khas kebutuhan pemakainya, yang dikenal dengan istilah register
(Suwito, 1985:25).
Register adalah pemakaian bahasa yang
dihubungkan dengan (bidang) pekerjaan seseorang (Pateda, 1987:64). Setiap bidang kegiatan atau pekerjaan tentunya
memiliki sejumlah kosakata khusus atau istilah yang tidak dipergunakan dalam
bidang lain. Begitu juga halnya dengan bidang persalonan. Bidang persalonan juga memiliki
istilah-istilah khusus di dalamnya. Istilah-istilah khusus yang di teliti dalam
penelitian register salon kecantikan ini sebagian besar merupakan istilah
pinjaman dalam bahasa Inggris. Berikut
contoh data register salon kecantikan Johnny Andrean:
Hair treatment:
1. Blow;
proses blow dilakukan untuk mengeringkan dan menata
rambut agar lebih rapi setelah dilakukan pengguntingan rambut atau perawatan
rambut lainnya (Belajar Salon, 2012:74).
2. Coloring: Pewarnaan
permanen,menutup uban hingga 100persen. mengandung amonia. agak bau.
3. Toning: Pewarnaan semi-semi
permanen, menyamarkan uban. bebas amonia, jadi tidak berbau, hasil lebih
mengkilat. Biasanya perawatan ini dilakukan setelah coloring (post-coloring). Lebih
banyak mengandung senyawa kimia yang bersifat merawat, sehingga tidak berbahaya
walau dilakukan dengan frequensi yang lebih sering.
4. Silk
Bonding: Gaya rambut ikal selain terkesan stylish juga memancarkan kesan seksi
dan modern. Namun sebagian dari anda mungkin telah menyadari bahwa tidak semua
orang cocok berambut ikal. Hal ini dapat saja terjadi karna berbagai faktor,
seperti bentuk wajah / tekstur dan karakter rambut itu sendiri. Untunglah para
hairdresser dan stylist rambut ternama menyatakan bahwa gaya rambut lurus akan
kembali populer! Apalagi gaya rambut lurus terkini ini memancarkan kesan rambut
yang sehat alami dengan helaian selembut sutra.
Jika ingin
tampil dengan rambut lurus yang sehat dan terkesan alami, terapkan konsep
pelurusan rambut terkini, silk bonding. Silk bonding adalah penyempurnaan dari
konsep pelurusan rambut yang pernah populer beberapa tahun lalu. Tehnik
pelurusan terbaru ini menggunakan tehnologi canggih yang ‘bersahabat’. Salah
satunya adalah pemakaian formula baru yang aman bagi rambut. Tak hanya itu,
tehnik pelurusan ini menggunakan Ion Reonding. Sehingga proses pengerjaannya
memakan proses yang waktu sedikit lebih cepat dibanding tehnik sebelumnya.
Proses silk bonding terdiri dari beberapa langkah, yaitu: langkah awal berupa
analisa rambut untuk menentukan lama tehnik pelurusan yang akan diterapkan. Hal
ini sangat bermanfaat untuk melihat kondisi rambut dan mengefektifkan proses
pelurusan rambut yang tepat, sehingga hasil yang diperoleh akan optimal.
Langkah selanjutnya adalah proses silk bonding yang terdiri atas 3 tahap, yauti
menentukan jenis rambut agar menggunakan smoothing Cream yang sesuai dengan
kondisi rambut, tahap interim sesuai dengan kondisi rambut , tahap interim
treatment yang menggunakan MATRIX Patent Ceramide Tecnology agar rambut tetap
kuat dan tidak mudah patah, serta tahap terakhir yang berfungsi menetralisir
rambut dengan menggunakan MATRIX Silicone Complex sehingga hasil bonding tampak
optimal, serta rambut tetap sehat, berkilau dan lembut.
5. Wave Spa: Berbeda dengan gaya rambut ikal dari era yang telah
lalu, gaya rambut ikal masa kini terlihat lebih ringan, modern, namun terlihat
seksi. Dan sesuai dengan trend yang tengah berlaku. Kini hadir inovasi baru
dari proses pengeritingan rambut. Inovasi ini tidak hanya memberi perawatan
bagi rambut anda, tapi juga mampu membuat anda tampil lebih trendi dengan gaya
ikal saat ini yang sangat memperdulikan kesehatan kulit kepala dan rambut.
Konsep penataan
rambut yang menggambungkan perawatan ini bernama Wave Spa. Keunikan lain dari
Wave Spa adalah, gaya rambut yang dihasilkan akat terlihat sangat alami. Bahkan
terkesan sedikit acak dengan tekstur yang menonjol dan konsep guntingan sliding
connected cut yang membuat penataan rambut tampak stylish dan effortless.
Karena sangat mendahulukan kesehatan rambut , Wave Spa terdiri dari 3 tahap
perawatan, yaitu: Tahap 1 Pra Wave Spa
yang terdiri dari analisa dan pembentukan, Tahap 2 Proses Wave Spa yang terdiri dari perawatan untuk
meningkatkan elastisitas dan kelembapan rambut, proses pengkritingan dan
perawatan akhir untuk memberi perlindungan optimal pada rambut, serta Tahap 3 Pasca Wave Spa yang merupakan
perawatan ekstra untuk mempertahankan keindahan dan kesehatan rambut.
Istilah blow, toning, coloring, silk
bonding, dan wave spa pada rangkaian Hair Traitment di atas menunjukkan istilah
yang khas yang sering digunakan dalam bidang persalonan. Dari istilah-istilah
tersebut tidak semua masyarakat memahami istilah salon seperti yang disebutkan di
atas. Selain itu, perkembangan istilah-istilah dalam bidang salon juga tampak
pada macam-macam perawatan dan peralatan.
Pembahasan sebelumnya sangat sesuai
dengan apa yang menjadi kajian dalam bidang epistimologi 3 yaitu struktur ilmu
pengetahuan pembagian dan juga sistematis ilmu pengetahuan itu sendiri. Sesuai
dengan hakikat pengetahuan yang mempunyai tiga dungsi yaitu: menjelaskan,
meramalkan, dan mengontrol. Aplikasi ilmu pengetahuan yg sudah dibahas tersebut
juga mengandung ketiga fungsi tersebut.
Fungsi yang pertama adalah menjelaskan. Baik
dari nomor satu sampai nomor lima adalah penjelasan finalistik. Karena menerengkan
sesuatu dari kegunaan dan tujuannya. Kenapa dinamakan blow? Karena dilakukan
untuk mengeringkan dan menata rambut agar lebih rapi setelah dilakukan
pengguntingan rambut atau perawatan rambut lainnya. Begitu seterusnya
Fungsi yang kedua adalah fungsi meramalkan.
Seorang ilmuan baik tidak akan lekas puas karena hal yang berupa kebenaran yang
telah dicapainya, jika belum diuji dengan cara yang sesuai masalahnya. Dalam
hal ini sosiolinguistik masuk kedalam ramalan menurut struktur. Ramalan ini
bisa memperhitungkan keadaan dimasa yang akan datang berdasarkan pada suatu
kemajuan secara vertikal maupun horizontal. Dan seperti yang kita ketahui
bahasa selalu berubah. Sama seperti ilmu dimana akan selalu berkembang. Apa
lagi bahasa didunia ini sangat banyak. Tiap daerah mempunyai bahasanya
masing-masing maka dibutuhkan ramalan menurut struktur yang bisa mengawal
perkembangan bahasa tersebut. Dalam pengaplikasiannya terhadap pembahasa
tersebut juga dapat dipredikiskan bahwa bahasa-bahasa tersebut pasti akan
selalu berubah. Dengan majunya teknologi yang akan mempengaruhi cara bekerja
suatu treatment kecantikan.
Fungsi yang terakhir adalah
batasan-batasan. Tentunya dalam sebuah ilmu dibutuhkan batasan-batasan agar
jelas hubungannya antara stu ilmu dengan ilmu lain. Batasan dari bahasan yang
sudah dipaparkan dari bidang ilmu tentunya adalah kajian sosiolinguistik dan
secara umum dibahasa dalam linguistik.
Secara struktural juga hipotesa
sosiolinguistik sudah verified secara formal sudah diakui sebagai pengetahuan
ilmiah yang baru dan jika kemudian ternyata salah disebabkan oleh suatu
kelalaian pada salah langkah dari proses penemuannya maka cepat atau lambat
kesalahan itu akan diketahui dan pengetahuan ini akan disingkirkan dari
pembendaharaan keilmuan. Disebabkan oleh sifat dan karakteristik metode ilmu
itu sendiri, yakni mempunyai mekanisme umpan balik yang bersifat korektif dan
memungkinkan upaya keilmuan itu menemukan kesalahan yang telah diperbuat. Ilmu
pada dasarnya merupakan kumpulan pengetahuan manusia melakukan serangkaian
tindakkan untukmemanfaatkan potensi alam tersebut berdasarkan
penjelasan-penjelasan yang dihidangkan oleh ilmu.
Bab III
Kesimpulan
Linguistik
adalah salah satu dari sekian banyaknya jenis ilmu yang ada didunia ini.
Sebagai bagian dari kajian epistimologi tentunya linguistik menjadi bahan acuan
untuk para ahli bahasa meneliti begitu banyaknya bahasa yang ada didunia ini.
Salah satu turunannya dari ilmu linguistik adalah sosiolinguistik. Sosiolinguistik
merupakan ilmu yang mengkaji linguistik yang dihubungkan dengan faktor
sosiologi. Maka dari itu degan jelas sekali kita bisa melihat batasa-batasan
yang sudah diatur dalam ilmu. Kumpulan pengetahuan ilmiah senantiasa berkembang
dalam keluasan maupun isi substantifnya sehingga menimbulkan masalah-masalah
yang menyangkut penggolongan, pembagian, perincian, pembedaan, kedudukan, dan
hubungan satu sama lain di antara bidang- bidang pengetahuan ilmiah. Tapi
dengan begitu pula kita dapat membedakan dan mengetahui suatu pembagian ilmu
yang sistematis akan tercapai apabila dapat dibedakan pembidangan dan tidak
simpang siur, hubungan-hubungan diantara bagian-bagian yang cukup jelas,
dilakukan konsep-konsep yang tegas.
Daftar Pustaka
Prof. Dr. M. Solly Lubis, S. (1994). filsafat ilmu dan
penelitian. Bandung: Penerbit Mandar Maju.
Salam, D. H. (2012). pengantar filsafat. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Supardi, M. (2009). Filsafat, ilmu, dan sosial.
Universitas Negeri Yogyakarta: tidak dipublikasikan.
Johnny
Andrean Salon
Suwito.
1985. Sosiolinguistik: Pengantar Awal. Surakarta: Henary Ofset.
Chaer,
Abdul. 1989. Penggunaan Imbuhan Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah.
Play Free Casino games online | dmartinmgc.com
BalasHapusPlay casino communitykhabar games online on dmartinmgc.com. 영천 출장샵 Check out our casino 포항 출장안마 promotions and games for the first time on 안산 출장샵 our 부산광역 출장안마 site!