Kamis, 30 Oktober 2014

Putri Ratnasari

Manusia Sebagai Individu: Robert Frost’s “The Road Not Taken”
(Filsafat Agnostisisme dan Eksistensialisme Menurut Søren Kierkegaard)
Putri Ratnasari
1211503101

Abstrak

            Analisis ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami tentang konsep filsafat agnostisisme dan eksistensialisme dalam puisi karya Robert Frost yang berjudul “The Road Not Taken”. Analisis dilakukan dengan mengkaji unsur intrinsik karya yang kemudian dipahami lebih dalam dengan menggunakan konsep ontologi. Adapun analisis ini bertujuan untuk mengetahui penerapan filsafat agnostisisme dan eksistensialisme dalam karya sastra. Hal tersebut dilakukan agar konsep-konsep filsafat tidak melulu dibahas sebagai teori tetapi juga dituangkan dalam bentuk karya sastra.

Kata Kunci:
Agnostisisme, Eksistensialisme, Ontologi, Eksistensi, Esensi, Søren Kierkegaard.

Pendahuluan

            Analisis ini dilatarbelakangi oleh pemikiran dari tokoh agnostisisme dan eksistensialisme yaitu Søren Kierkegaard. Ia memiliki paham bahwa keberadaan manusia berbeda dengan keberadaan benda-benda lainnya. Manusia ada di dunia dengan cara yang khas dan istimewa dibandingkan dengan benda apapun juga dan keberadaan manusia itu sendiri tidak bisa dijelaskan dalam sebuah pengertian tertentu. Aliran-aliran tersebut tidak memungkiri keberadaan benda-benda lain selain manusia, akan tetapi pendapat bahwa manusia menyadari keberadaannya di dunia, menghadapi dunia dan juga mengerti apa yang dihadapinya itulah hakikat yang membedakan manusia dengan benda atau material lainnya.
            Keberadaan manusia di dunia ini adalah sebagai individu bukan umum. Oleh karena itu, yang paling penting bagi manusia adalah keberadaannya atau eksistensinya sendiri. Dalam hal ini, manusia tidak mampu untuk mengetahui hakikat benda lain, yang ia ketahui hanyalah eksistensinya sendiri. Eksistensi manusia menunjukkan bahwa manusia bebas menentukan dan menjalankan hidupnya serta bertanggungjawab atas apa yang telah ia perbuat.
            Dalam puisi karya Robert Frost yang berjudul “The Road Not Taken”, menunjukkan sebuah eksistensi seorang manusia di dunia. Manusia harus selalu mengambil keputusan untuk dapat terus menjalani hidupnya. Manusia sebagai individu yaitu satu-satunya yang bertanggungjawab atas segala sesuatu yang terjadi pada dirinya. Individu itu yang memilih dan individu itu sendiri pulalah yang menanggung apa yang telah dipilihnya.

Metode

            Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah kualitatif dan deskriptif dengan melalui konsep agnostisisme dan eksistensialisme yang merupakan salah satu dari aliran ontologi. Menurut  bahasa, Ontologi  berasal dari  bahasa  Yunani  yaitu Ontos berarti ada dan Logos berarti ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang keberadaan atau yang “ada”. Aliran ini membahas tentang hakikat yang ada baik dalam bentuk jasmani atau konkret maupun rohani atau abstrak. Istilah ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun 1936 M.
Objek kajian ontologi adalah hakikat seluruh kenyataan. Oleh karena itu, ontologi membahas segala realitas dengan apa adanya. Pembahasan mengenai ontologi berarti membahas kebenaran suatu fakta. Objek tersebut kemudian melahirkan pandangan-pandangan atau aliran-aliran pemikiran dalam kajian ontologi yaitu Monoisme, Dualisme, Pluralisme, Nihilisme dan Agnostisisme.
            Dalam analisa puisi “The Road Not Taken”, pertama-tama dilakukan dengan mengkaji karya melalui unsur intrinsiknya seperti tema, plot, setting, sudut pandang dan lain-lain. Pengkajian terhadap unsur intrinsik karya tidak boleh dilupakan karena itu merupakan unsur yang terpenting yang membangun karya sastra dari dalam. “Dalam penelitian karya sastra, analisis atau pendekatan objektif terhadap unsur-unsur intrinsik atau struktur karya sastra merupakan tahap awal untuk meneliti karya sastra sebelum memasuki penelitian lebih lanjut (Damono, 1984:2). Kemudian analisa dilanjutkan dengan mengkaji unsur-unsur dalam karya yang berkaitan dengan konsep agnostisisme dan eksistensialisme.

Sekilas Tentang Agnostisisme dan Eksistensialisme

            Agnostisisme merupakan paham yang mengingkari kemampuan manusia untuk mengetahui hakikat benda, baik hakikat materi maupun rohani. Kata agnostisisme berasal dari bahasa Greek yaitu Agnostos yang berarti unknown. A artinya not, Gno artinya know. Aliran ini timbul karena belum dapatnya orang-orang mengenal dan  menerangkan secara konkret akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat dikenal.
            Akibat dari ketidakmampuan manusia untuk mengetahui hakikat keberadaan benda lain, maka lahirlah paham eksistensialisme yang menitikberatkan kepada keberadaan manusia di dunia ini. Paham ini tidak memungkiri keberadaan benda lain hanya saja menurut paham ini “cara berada” manusia berbeda dengan benda lain. Eksistensialisme menilai bahwa derajat manusia lebih tinggi dari benda-benda lain. Oleh karena itu menurut paham eksistensialisme, di dunia ini yang terpenting bagi manusia adalah eksistensi atau keberadaannya sendiri. Eksistensialisme berpusat pada pandangan manusia sebagai makhluk individu. Dalam hal ini berarti manusia bertanggungjawab atas dirinya sendiri yaitu atas segala keputusan dan pilihan dalam hidupnya. Eksistensialisme membahas tentang keberadaan manusia yang disajikan melalui kebebasan. Manusia yang hanya “ada” tanpa membuat pilihan dalam hidup dikatakan bahwa keberadaannya tersebut fana atau tidak sebenarnya. Sedangkan manusia yang berani membuat pilihan dalam hidup berarti keberadaanya nyata atau sebenarnya karena ia mampu menunjukkan baik pada dunia maupun dirinya sendiri bahwa dia ada. Dia yang mengontrol dirinya sehingga dapat membuat pilihan dalam menjalani hidup sesuai dengan yang diinginkannya.
Tokoh dalam aliran eksistensialisme diantaranya yaitu Søren Kierkegaard yang terkenal dengan julukan Bapak Filsafat Eksistensialisme yang menyatakan bahwa manusia tidak pernah hidup sebagai aku umum, tetapi sebagai aku individual. Meskipun Kierkegaard tidak mencoba untuk mengidentifikasikan dirinya dengan aliran manapun, namun karya-karyanya kerap dianggap sebagai pendahulu dari banyak aliran pemikiran yang berkembang pada abad ke-20 dan ke-21.

Hasil Analisa

Analisis ini difokuskan pada puisi karya Robert Frost “The Road Not Taken”:
The Road Not Taken
by Robert Frost
Two roads diverged in a yellow wood,
And sorry I could not travel both
And be one traveler, long I stood
And looked down one as far as I could
To where it bent in the undergrowth;

Then took the other, as just as fair,
And having perhaps the better claim
Because it was grassy and wanted wear,
Though as for that the passing there
Had worn them really about the same,

And both that morning equally lay
In leaves no step had trodden black.
Oh, I marked the first for another day!
Yet knowing how way leads on to way
I doubted if I should ever come back.

I shall be telling this with a sigh
Somewhere ages and ages hence:
Two roads diverged in a wood, and I,
I took the one less traveled by,
And that has made all the difference. 
Puisi tersebut menceritakan tentang seseorang yang sedang dihadapkan pada dua jalur yang berbeda.

Two roads diverged in a yellow wood

Tokoh “I” dalam puisi harus memilih salah satu dari dua jalur tersebut karena dia tidak mungkin bisa menelusuri kedua jalur sekaligus dalam waktu yang bersamaan.

And sorry I could not travel both

Dan ketika dia sudah memilih salah satu jalur itu maka dia tidak akan bisa kembali. Oleh karena itu, dia harus bijak dalam menentukan pilihannya.

I doubted if I should ever come back

            Dua jalur pada puisi tersebut merefleksikan dua jalan hidup yang berbeda dimana kita hanya bisa memilih salah satunya. Ketika kita sudah menjatuhkan pilihan maka kita tidak bisa menarik pilihan tersebut. Oleh karena itu, kita harus benar-benar bijak dalam memutuskan suatu pilihan karena pilihan tersebut sangat penting dan berpengaruh pada hidup kita.
            Terkait dengan pemahaman agnostisisme dan eksistensialisme, puisi tersebut menunjukkan bahwa keberadaan atau eksistensi manusia sangatlah penting. Ketika dihadapkan pada beberapa pilihan, maka manusia mau tidak mau suka tidak suka harus memilih agar bisa terus menjalani kehidupannya. Manusia sebagai individu yang artinya memiliki kebebasan dalam menentukan hidup sesuai dengan yang ia inginkan tanpa terlalu memikirkan mana yang benar dan tidak benar. Sebenarnya bukan tidak terlalu memikirkan benar atau tidak, hanya saja adakalanya kebenaran itu bersifat relatif. Sehingga manusia hanya memilih yang menurut dia benar bagi dirinya.  Selain itu manusia juga harus bertanggungjawab atas pilihan yang telah diambil. Berani memutuskan berarti berani menanggung keputusan yang terlah dibuat. Maka, segala keputusan yang akan diambil harus dipikirkan secara matang terlebih dahulu agar tidak menyesal di kemudian hari.

Simpulan

            Penyangkalan terhadap kemampuan manusia untuk mengetahui hakikat benda-benda lain yang disebut dengan agnostisisme dan juga penilaian bahwa keberadaan manusia berbeda dengan benda lain telah melahirkan suatu pemahaman yang disebut eksistensialisme. Menurut paham ini, keberadaan atau eksistensi manusia adalah yang terpenting. Walaupun di dunia ini terdapat keberadaan benda-benda lain, tetapi dengan paham agnostisisme seolah-olah manusia “mengabaikan” atau tidak berusaha untuk mengetahui hakikat benda-benda tersebut dan lebih memfokuskan pada eksistensinya sendiri. Hal itu dikarenakan penilaian bahwa derajat manusia lebih tinggi dibandingkan dengan benda lainnya.
            Istilah “eksistensi mendahului esensi” pun muncul, yang berarti bahwa segala tindakan dan aktivitas manusia yang membentuk hakikat manusia itu sendiri. Sehingga dalam bereksistensi maka manusia harus berani mengambil keputusan. Ia sendiri yang menentukan kehidupannya dan bukan orang lain. Dengan berani mengambil keputusan maka manusia telah bereksistensi dalam arti yang sebenarnya. Hal tersebut karena eksistensi manusia bukanlah sesuatu “ada” yang statis melainkan harus menjadi sesuatu yang dinamis yang mengalami perubahan dan perkembangan. Adapun dalam membuat keputusan terkadang manusia tidak terlalu memikirkan mana yang benar dan tidak karena kebenaran bersifat relatif. Benar atau tidak tergantung bagaimana manusia itu menjalani dan menyikapinya. Sehingga manusia hanya perlu memilih mana yang menurutnya benar.

Daftar Pustaka

Reaske, R. Christopher. How to Analyze Poetry. New York: Monarch Press. 1996. Print.
Adisusilo, Sutarjo. Problematika Perkembangan Ilmu Pengetahuan.   Yogyakarta: Kanisius. 1983. Print.
Bakhtiar A. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2007. Print.
Wikipedia. Eksistensialisme. 16 Oktober 2014. Web. 29 Oktober 2014.
Kade, Anita. Filsuf Barat Soren AAbye Kierkegaard (1813-1855). 11 Mei 2012. Web. 29 Oktober 2014.
Rokhmansyah, Alfian. Pendekatan Struktural dalam Penelitian Sastra.           
1 Oktober 2011. Web. 29 Oktober 2014.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar