Manusia
Sebagai Individu: Robert Frost’s “The Road Not Taken”
(Filsafat
Agnostisisme dan Eksistensialisme Menurut Søren Kierkegaard)
Putri
Ratnasari
1211503101
Abstrak
Analisis ini bertujuan untuk
mengetahui dan memahami tentang konsep filsafat agnostisisme dan
eksistensialisme dalam puisi karya Robert Frost yang berjudul “The Road Not
Taken”. Analisis dilakukan dengan mengkaji unsur intrinsik karya yang kemudian
dipahami lebih dalam dengan menggunakan konsep ontologi. Adapun analisis ini
bertujuan untuk mengetahui penerapan filsafat agnostisisme dan eksistensialisme
dalam karya sastra. Hal tersebut dilakukan agar konsep-konsep filsafat tidak melulu dibahas sebagai teori tetapi juga
dituangkan dalam bentuk karya sastra.
Kata Kunci:
Agnostisisme,
Eksistensialisme, Ontologi, Eksistensi, Esensi, Søren Kierkegaard.
Pendahuluan
Analisis ini dilatarbelakangi oleh pemikiran
dari tokoh agnostisisme dan eksistensialisme yaitu Søren Kierkegaard. Ia
memiliki paham bahwa keberadaan manusia berbeda dengan keberadaan benda-benda
lainnya. Manusia ada di dunia dengan cara yang khas dan istimewa dibandingkan
dengan benda apapun juga dan keberadaan manusia itu sendiri tidak bisa
dijelaskan dalam sebuah pengertian tertentu. Aliran-aliran tersebut tidak
memungkiri keberadaan benda-benda lain selain manusia, akan tetapi pendapat
bahwa manusia menyadari keberadaannya di dunia, menghadapi dunia dan juga
mengerti apa yang dihadapinya itulah hakikat yang membedakan manusia dengan
benda atau material lainnya.
Keberadaan manusia di dunia ini
adalah sebagai individu bukan umum. Oleh karena itu, yang paling penting bagi
manusia adalah keberadaannya atau eksistensinya sendiri. Dalam hal ini, manusia
tidak mampu untuk mengetahui hakikat benda lain, yang ia ketahui hanyalah
eksistensinya sendiri. Eksistensi manusia menunjukkan bahwa manusia bebas
menentukan dan menjalankan hidupnya serta bertanggungjawab atas apa yang telah
ia perbuat.
Dalam puisi karya Robert Frost yang
berjudul “The Road Not Taken”, menunjukkan sebuah eksistensi seorang manusia di
dunia. Manusia harus selalu mengambil keputusan untuk dapat terus menjalani
hidupnya. Manusia sebagai individu yaitu satu-satunya yang bertanggungjawab
atas segala sesuatu yang terjadi pada dirinya. Individu itu yang memilih dan
individu itu sendiri pulalah yang menanggung apa yang telah dipilihnya.
Metode
Metode yang digunakan dalam analisis
ini adalah kualitatif dan deskriptif dengan melalui konsep agnostisisme dan
eksistensialisme yang merupakan salah satu dari aliran ontologi. Menurut bahasa, Ontologi berasal dari
bahasa Yunani yaitu Ontos
berarti ada dan Logos berarti ilmu.
Jadi, ontologi adalah ilmu tentang keberadaan atau yang “ada”. Aliran ini
membahas tentang hakikat yang ada baik dalam bentuk jasmani atau konkret maupun
rohani atau abstrak. Istilah ontologi pertama kali
diperkenalkan oleh Rudolf
Goclenius pada tahun 1936 M.
Objek kajian ontologi adalah hakikat seluruh
kenyataan. Oleh karena itu, ontologi membahas segala realitas dengan apa
adanya. Pembahasan mengenai ontologi berarti membahas kebenaran suatu fakta. Objek
tersebut kemudian melahirkan pandangan-pandangan atau aliran-aliran pemikiran
dalam kajian ontologi yaitu Monoisme, Dualisme, Pluralisme, Nihilisme dan Agnostisisme.
Dalam
analisa puisi “The Road Not Taken”, pertama-tama dilakukan dengan mengkaji
karya melalui unsur intrinsiknya seperti tema, plot, setting, sudut pandang dan
lain-lain. Pengkajian terhadap unsur intrinsik karya
tidak boleh dilupakan karena itu merupakan unsur yang terpenting yang membangun
karya sastra dari dalam. “Dalam penelitian karya sastra, analisis atau
pendekatan objektif terhadap unsur-unsur intrinsik atau struktur karya sastra
merupakan tahap awal untuk meneliti karya sastra sebelum memasuki penelitian
lebih lanjut (Damono, 1984:2). Kemudian analisa dilanjutkan dengan mengkaji
unsur-unsur dalam karya yang berkaitan dengan konsep agnostisisme dan
eksistensialisme.
Sekilas Tentang Agnostisisme
dan Eksistensialisme
Agnostisisme
merupakan paham yang mengingkari kemampuan manusia untuk mengetahui hakikat
benda, baik hakikat materi maupun rohani. Kata
agnostisisme berasal dari bahasa Greek
yaitu
Agnostos yang berarti unknown. A
artinya not, Gno
artinya know. Aliran ini timbul
karena belum dapatnya orang-orang
mengenal dan menerangkan secara konkret akan adanya
kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat dikenal.
Akibat dari ketidakmampuan manusia
untuk mengetahui hakikat keberadaan benda lain, maka lahirlah paham
eksistensialisme yang menitikberatkan kepada keberadaan manusia di dunia ini.
Paham ini tidak memungkiri keberadaan benda lain hanya saja menurut paham ini
“cara berada” manusia berbeda dengan benda lain. Eksistensialisme menilai bahwa
derajat manusia lebih tinggi dari benda-benda lain. Oleh karena itu menurut paham
eksistensialisme, di dunia ini yang terpenting bagi manusia adalah eksistensi
atau keberadaannya sendiri. Eksistensialisme berpusat pada pandangan manusia
sebagai makhluk individu. Dalam hal ini berarti manusia bertanggungjawab atas
dirinya sendiri yaitu atas segala keputusan dan pilihan dalam hidupnya.
Eksistensialisme membahas tentang keberadaan manusia yang disajikan melalui
kebebasan. Manusia yang hanya “ada” tanpa membuat pilihan dalam hidup dikatakan
bahwa keberadaannya tersebut fana atau tidak sebenarnya. Sedangkan manusia yang
berani membuat pilihan dalam hidup berarti keberadaanya nyata atau sebenarnya
karena ia mampu menunjukkan baik pada dunia maupun dirinya sendiri bahwa dia
ada. Dia yang mengontrol dirinya sehingga dapat membuat pilihan dalam menjalani
hidup sesuai dengan yang diinginkannya.
Tokoh
dalam aliran eksistensialisme diantaranya yaitu Søren Kierkegaard yang terkenal
dengan julukan Bapak Filsafat Eksistensialisme yang menyatakan bahwa manusia tidak
pernah hidup sebagai aku umum, tetapi sebagai aku individual. Meskipun
Kierkegaard tidak mencoba untuk
mengidentifikasikan dirinya dengan aliran manapun, namun karya-karyanya kerap
dianggap sebagai pendahulu dari banyak aliran pemikiran yang berkembang pada
abad ke-20 dan ke-21.
Hasil Analisa
Analisis
ini difokuskan pada puisi karya Robert Frost “The Road Not Taken”:
The
Road Not Taken
by Robert
Frost
Two roads diverged in a yellow
wood,
And sorry I could not travel both
And be one traveler, long I stood
And looked down one as far as I could
To where it bent in the undergrowth;
Then took the other, as just as fair,
And having perhaps the better claim
Because it was grassy and wanted wear,
Though as for that the passing there
Had worn them really about the same,
And both that morning equally lay
In leaves no step had trodden black.
Oh, I marked the first for another day!
Yet knowing how way leads on to way
I doubted if I should ever come back.
I shall be telling this with a sigh
Somewhere ages and ages hence:
Two roads diverged in a wood, and I,
I took the one less traveled by,
And that has made all the difference.
And sorry I could not travel both
And be one traveler, long I stood
And looked down one as far as I could
To where it bent in the undergrowth;
Then took the other, as just as fair,
And having perhaps the better claim
Because it was grassy and wanted wear,
Though as for that the passing there
Had worn them really about the same,
And both that morning equally lay
In leaves no step had trodden black.
Oh, I marked the first for another day!
Yet knowing how way leads on to way
I doubted if I should ever come back.
I shall be telling this with a sigh
Somewhere ages and ages hence:
Two roads diverged in a wood, and I,
I took the one less traveled by,
And that has made all the difference.
Puisi
tersebut menceritakan tentang seseorang yang sedang
dihadapkan pada dua jalur yang berbeda.
“Two roads
diverged in a yellow wood”
Tokoh “I”
dalam puisi harus memilih salah satu dari dua jalur tersebut karena dia tidak
mungkin bisa menelusuri kedua jalur sekaligus dalam waktu yang bersamaan.
“And sorry
I could not travel both”
Dan
ketika dia sudah memilih salah satu jalur itu maka dia tidak akan bisa kembali.
Oleh karena itu, dia harus bijak dalam menentukan pilihannya.
“I doubted
if I should ever come back”
Dua jalur pada puisi tersebut
merefleksikan dua jalan hidup yang berbeda dimana kita hanya bisa memilih salah
satunya. Ketika kita sudah menjatuhkan pilihan maka kita tidak bisa menarik
pilihan tersebut. Oleh karena itu, kita harus benar-benar bijak dalam
memutuskan suatu pilihan karena pilihan tersebut sangat penting dan berpengaruh
pada hidup kita.
Terkait dengan pemahaman
agnostisisme dan eksistensialisme, puisi tersebut menunjukkan bahwa keberadaan
atau eksistensi manusia sangatlah penting. Ketika dihadapkan pada beberapa
pilihan, maka manusia mau tidak mau suka tidak suka harus memilih agar bisa
terus menjalani kehidupannya. Manusia sebagai individu yang artinya memiliki
kebebasan dalam menentukan hidup sesuai dengan yang ia inginkan tanpa terlalu
memikirkan mana yang benar dan tidak benar. Sebenarnya bukan tidak terlalu
memikirkan benar atau tidak, hanya saja adakalanya kebenaran itu bersifat relatif.
Sehingga manusia hanya memilih yang menurut dia benar bagi dirinya. Selain itu manusia juga harus
bertanggungjawab atas pilihan yang telah diambil. Berani memutuskan berarti
berani menanggung keputusan yang terlah dibuat. Maka, segala keputusan yang
akan diambil harus dipikirkan secara matang terlebih dahulu agar tidak menyesal
di kemudian hari.
Simpulan
Penyangkalan terhadap kemampuan
manusia untuk mengetahui hakikat benda-benda lain yang disebut dengan
agnostisisme dan juga penilaian bahwa keberadaan manusia berbeda dengan benda
lain telah melahirkan suatu pemahaman yang disebut eksistensialisme. Menurut
paham ini, keberadaan atau eksistensi manusia adalah yang terpenting. Walaupun
di dunia ini terdapat keberadaan benda-benda lain, tetapi dengan paham
agnostisisme seolah-olah manusia “mengabaikan” atau tidak berusaha untuk
mengetahui hakikat benda-benda tersebut dan lebih memfokuskan pada
eksistensinya sendiri. Hal itu dikarenakan penilaian bahwa derajat manusia
lebih tinggi dibandingkan dengan benda lainnya.
Istilah “eksistensi mendahului
esensi” pun muncul, yang berarti bahwa segala tindakan dan aktivitas manusia
yang membentuk hakikat manusia itu sendiri. Sehingga dalam bereksistensi maka
manusia harus berani mengambil keputusan. Ia sendiri yang menentukan
kehidupannya dan bukan orang lain. Dengan berani mengambil keputusan maka
manusia telah bereksistensi dalam arti yang sebenarnya. Hal tersebut karena eksistensi
manusia bukanlah sesuatu “ada” yang statis melainkan harus menjadi sesuatu yang
dinamis yang mengalami perubahan dan perkembangan. Adapun dalam membuat
keputusan terkadang manusia tidak terlalu memikirkan mana yang benar dan tidak
karena kebenaran bersifat relatif. Benar atau tidak tergantung bagaimana
manusia itu menjalani dan menyikapinya. Sehingga manusia hanya perlu memilih
mana yang menurutnya benar.
Daftar Pustaka
• Reaske, R. Christopher.
How to Analyze Poetry. New York:
Monarch Press. 1996. Print.
• Adisusilo, Sutarjo. Problematika Perkembangan Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Kanisius. 1983.
Print.
• Bakhtiar A. Filsafat
Ilmu. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada. 2007. Print.
• Wikipedia. Eksistensialisme.
16 Oktober 2014. Web. 29 Oktober 2014.
• Kade, Anita. Filsuf Barat Soren AAbye Kierkegaard (1813-1855). 11 Mei 2012. Web. 29 Oktober 2014.
• Rokhmansyah, Alfian. Pendekatan
Struktural dalam Penelitian Sastra.
1 Oktober 2011. Web. 29 Oktober 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar