Rabu, 29 Oktober 2014

riany martien



Riany Martien
1211503111
UTS Filsafat Ilmu


Pandangan aksiologi dalam Novel DUNIA SHOPIE Karya Jostein Gaarder


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sastra dan filsafat laksana dua sisi mata uang, permukaan yang satu tidak dapat dipisahkan dari permukaan yang lainnya; bersifat komplementer, saling melengkapi. Masalahnya, karya sastra membicarakan dunia manusia. Demikian juga filsafat, betapapun penekanannya pada usaha unutuk mempertanyakan hakikat dan keberadaaan manusia, sumbernya tetap bermuara pada manusia sebagai objeknya. filsafat akan bermakna dalam sastra kalau sastra diisi dengan nilai-nilai karena filsafat hasil perenungan manusia untuk menemukan jatidirinya. Jadi disini sastra berfungsi mengkomunikasikan nilai-nilai tersebut sedemikian rupa berdasarkan karaker sastra. Sastra mengandung unsur hiburan sehingga nikmat dibaca. Keuntungan filsafat dengan sastra yaitu pemikiran kefilsafatan jadi tidak terasa. Sastra tidak menggurui beda dengan filsafat yang murni. Filsafat disebut sebagai pengetahuan lapis kedua bahkan ketiga.
Secara asasi, baik karya sastra maupun filsafat, sebenarnya merupakan refleksi pengarang atas keberadaan manusia. Hanya, jika karya sastra merupakan refleksi evaluatif, maka filsafat merupakan refleksi kritis. Apa yang diungkapkan filsafat adalah catatan kritis yang awal dan akhirnya ditandai dengan pertanyaan radikal yang menyangkut hakikat dan keberadaan manusia. Itulah, di antaranya, yang membedakan karya sastra dan filsafat.
Jika sastra dan filsafat bekerja sama maka keduanya akan mendapat keuntungan jadi sastra tidak kering dari nilai-nilai kehidupan. Objek dari filsafat realitas kehidupan yang penuh makna atau pemaknaan terhadap kehidupan itu sendiri. Sastra akan lebih berisi tidak hanya hasil khayalan tanpa bobot tapi menjadi rekayasa bahasa sehingga mengandung nilai edukatif yang mengandung nilai kehidupan. Sastra dan filsafat bisa membawa kehidupan sosial lebih bermakna.
Kecenderungan sastrawan yang terbawa oleh hasrat besarnya untuk berfilsafat dan mengabaikan nilai estetika kesastraan, akan tergelincir jatuh pada karya yang lebih dekat ke karya filsafat daripada ke karya sastra. Akibatnya, karya itu akan kehilangan daya tarik dan gregetnya sebagai Begitulah, betapapun karya sastra berbeda dengan filsafat, dalam semua karya sastra yang bermutu akan selalu terkandung nilai-nilai filsafat, entah menyangkut sikap dan pandangan hidup tokoh yang digambarkannya atau tema karya sastra itu sendiri. Semakin bermutu karya sastra itu, semakin mendalam pula kandungan filsafat-nya. Oleh sebab itu, dalam karya sastra yang agung, nilai-nilai filsafat yang dikandung-nya akan terasa lebih mendalam dan kaya. Sangat wajar jika kemudian orang mencoba mencari nilai-nilai filsafat pada karya sastra yang agung, dan bukan pada karya sastra picisan.

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarlan latar belakang di atas, dapat di rumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1.      Bagaimana hubungan sastra dengan filsafat?
2.      Bagaimanakah hakikat filsafat sastra?
3.      Bagaimana pengaplikasian filsafat dalam novel dunia sophi karya Jostein Gaarder?

1.3 Tujuan Penelitian
            Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak di capai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Mendeprisikan hubungan filsafat dengan sastra
2.      Mendeskripsikan hakikat sastra
3.      Mengaplikasikan filsafat dalam novel dunia sophi karya Jostein Gaarder

BAB II
PEMBAHSAN
Pada bab ini dipaparkan teori-teori yang dikaji landasan dalam penelitian ini. Teori tersebut meliputi 1) hakikat filsafat dengan sastra 2) hakikat filsafat sastra.

2.1 Hubungan Filsafat Dengan Sastra
Hubungan filsafat dengan sastra adalah berkenaan dengan muatan karya, filsafat akan bermakna dalam sastra kalau sastra diisi dengan nilai-nilai karena filsafat hasil perenungan manusia untuk menemukan jatidirinya. Jadi disini sastra berfungsi mengkomunikasikan nilai-nilai tersebut sedemikian rupa berdasarkan karaker sastra. Sastra mengandung unsur hiburan sehingga nikmat dibaca. Keuntungan filsafat dengan sastra yaitu pemikiran kefilsafatan jadi tidak terasa. Sastra tidak menggurui beda dengan filsafat yang murni. Filsafat disebut sebagai pengetahuan lapis kedua bahkan ketiga. (Suwardi. 2011).  Mengutip pemikiran Javissyarqi (2006) dalam kumpulan sajaknya yang berjudul Takdir Terlalu Dini, Javissyarqi menjelaskan bahwa barat dan timur itu tak dapat dipisahkan karena hubungannya bersifat komplementer. Sisi Barat (bagaimanapun bentuknya) tidak akan pernah ada tanpa sisi Timur. Hal ini juga berlaku sebaliknya. Sisi Timur (bagaimanapun bentuknya) tidak akan pernah ada tanpa sisi Barat. Demikian pula dengan filsafat dengan sastra..
Masalah hubungan sastra dan filsafat sesungguhnya bukanlah masalah baru. Sejak manusia mengenal cerita-cerita mitologis, sejak iu pula sesungguhnya hubungan sastra dengan filsafat dalam pengertian yang lebih luas sulit dipisahkan.
Masalah hubungan sastra dan filsafat sesungguhnya bukanlah masalah baru. Sejak manusia mengenal cerita-cerita mitologis, sejak iu pula sesungguhnya hubungan sastra dengan filsafat — dalam pengertian yang lebih luas — sulit dipisahkan.
Bagaimanapun perbedaan yang terdapat dalam filsafat dan sastra, muara keduanya tetaplah sama, yaitu manusia dan kehidupannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Mahayana (2008) yang menjelaskan bahwa filsafat dan sastra merupakan refleksi atas kehidupan manusia. Sutrisno (1995) menegaskan bahwa filsafat dan sastra memiliki muara yang sama, yaitu kehidupan manusia.
Dalam konteks sastra merupakan corong filsafat dalam menyentuh masyarakat, dapat dipahami bahwa sastra merupakan penghubung filsafat dengan masyarakat. Filsafat yang dikenal menggunakan ‘bahasa yang tinggi’ dan abstrak, menjadikannya sulit dipahami. Dengan adanya sastra sebagai corong filsafat, maka dengan mudah masyarakat memperoleh pencerahan kehidupan dari filsafat tersebut.
Selain sebagai corong filsafat untuk menyentuh masyarakat, sastra juga dapat berfungsi sebagai lahan filsafat untuk mengembangkan dahan-dahan falsafahnya. Sastra sebagai cermin kehidupan yang menyajikan cerita-cerita kehidupan adalah wadah filsuf dalam mengembangkan falsafah-falsafah baru bagi kehidupan manusia. Kehidupan yang terus berkembang tersebut (yang terurai dalam karya sastra) pada akhirnya terus diikuti oleh perkembangan filsafat yang berfungsi sebagai pemberi cahaya dalam kehidupan manusia agar lebih memiliki makna.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami hubungan filsafat dan sastra ibarat dua sisi mata uang yang bersifat komplementer. Filsafat tanpa sastra akan kehilangan salah satu corongnya dalam menyentuh kehidupan masyarakat. Apabila filsafat sudah tidak lagi bisa menyentuh masyarakat, maka filsafat akan kehilangan eksistensinya. Demikian pula dengan sastra. Sastra tanpa muatan falsafah kehidupan akan kehilangan ‘kesakralannya’.
2.2 Hakikat Filsafat Sastra
Berikut akan diuraikan hakikat filsafat sastra yang mengacu pada pendapat Djojosuroto (2007). Filsafat sastra adalah filsafat yang menganalisis nilai-nilai kehidupan manusia yang dijabarkan seorang sastrawan dalam karya sastranya; filsafat sastra adalah filsafat yang menganalisis karya sastra dengan latar belakang sastra merupakan bagian dari kehidupan manusia, sastra sebagai pranata sosial yang menggambarkan keadaan masyarakat dan kehidupan budaya pada masa tertentu, dan sastra sebagai refleksi kehidupan manusia dengan Tuhan; filsafat sastra merupakan wadah falsafah kehidupan yang menempatkan nilai kemanusiaan dengan semestinya, terutama di tengah-tengah kehidupan kemajuan sains dan teknologi.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa filsafat sastra adalah filsafat yang mengupas hakikat nilai-nilai kehidupan manusia yang terkandung dalam karya sastra. Kehidupan manusia tersebut (beberapa di antaranya) meliputi hubungan manusia dengan manusia (hubungan horizontal), manusia dengan alam (hubungan horizontal), hingga manusia dengan Tuhan (hubungan vertikal).


2.3 Sinopsis novel
            Novel ini menceritakan tentang seorang gadis berusia 15 tahun benrnama Sophie Amundsend tiba-tiba mendapatkan surat misterius dan membuat hidupnya berubah seketika dan sebagai pembaca membuat hidupku juga tiba-tiba menjadi ikut rumit. Novel ini sebagian besar terdiri dari dialog-dialog antara Sophie, seorang gadis remaja, dan seorang pria misterius bernama Alberto Knox, yang saling terkait dengan plot yang unik dan misterius, novel ini menjadi sebuah novel sekaligus panduan dasar filsafat. Pada tahun 1999, novel ini diadaptasi kedalam sebuah film di Norwegia.
Sophie Amundsen (Sofie Amundsen dalam versi Norwegia) adalah seorang gadis remaja berumur empat belas tahun yang tinggal di Norwegia pada tahun 1990. Dia tinggal bersama ibunya dan hewan-hewan peliharaannya. Ayahnya adalah seorang kapten kapal tanker minyak, yang menghabiskan sebagian besar waktunya berlayar. Ayahnya tidak muncul dalam buku ini.
Sophie menjalani kehidupan sebagai gadis biasa, yang secara mengejutkan terganggu pada awal buku ini, saat dia menerima dua pesan misterius di kotak posnya (Siapakah dirimu? Dari mana asalnya dunia?), bersama dengan sebuah kartu pos yang dialamatkan kepada : 'Hilde Møller Knag, d/a Sophie Amundsen'. Tak lama kemudian, dia juga menerima sebuah paket berisi pelajaran filsafat.
Dengan komunikasi yang misterius ini, Sophie menjadi murid dari seorang filsuf berumur limapuluh tahun, Alberto Knox. Dia mulai menghubungi Sophie tanpa menyebutkan identitasnya, tetapi sepanjang cerita, perlahan-lahan memunculkan identitasnya yang sebenarnya. Dari dialah semua surat-surat dan pelajaran filsafat yang dikirimkan kepada Sophie, tetapi kartu-kartu post ternyata berasal dari orang lain yang bernama Albert Knaq, yang bekerja di PBB yang ditempatkan di Libanon.
Alberto melanjutkan pelajaran filsafat kepada Sophie, mulai dari masa Yunani sebelum Socrates sampai ke Jean-Paul Sartre, dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh remaja. Pelajaran ini kemudian menjadi bagian dari plot itu sendiri, saat Sophie dan Alberto mencoba mengibuli Albert Knag yang misterius, yang ternyata memiliki kekuasaan seperti Tuhan yang ditolak secara getir oleh Alberto.
Bagian filsafatnya sendiri disajikan secara kreatif dan sederhana. Sophie mempelajari filsafat abad pertengahan dengan Alberto yang menyamar sebagai biarawan, di dalam sebuah gereja tua, dan dia juga mempelajari tentang Jean-Paul Sartre dan Simone de Beauvoir di sebuah kafe bersuasana Perancis. Berbagai pertanyaan dan metode filsafat diberikan kepada Sophie, sementara dia sendiri bekerja mencari filsafatnya sendiri. Banyak pelajaran yang disampaikan Alberto yang dimulai dengan pertanyaan singkat (seperti "Mengapa Lego merupakan mainan yang paling kreatif di dunia?") dan dia diberikan waktu untuk berpikir sebelum pelajaran berikutnya tiba. Setiap paket yang datang menyampaikan satu topik, yang berhubungan dengan catatan kecil yang mendahuluinya.

2.4 Analisis Novel

            Pada tahun 1991, Jostein Gaarder melalui karyanya novel Dunia Sophie (Sofies Verden) menjabarkan tentang ilmu-ilmu filsafat dari masa awal sejarah hingga masa akhir abad ke 20-an. Ilmu ber-ribu-ribu tahun tersebut dirangkum dalam kehidupan sehari-hari seorang anak gadis kecil bernama Sophie. Anak tersebut mempelajari filsafat dari surat-surat misterius seseorang yang mengaku sebagai ayah Hilde Moller Knag. Pelajaran filsafat itu juga didapatkan dari pertemuan-pertemuannya dengan seorang biarawan tua bernama Alberto.
Penjabaran dibuat runut bab per bab sesuai dengan berjalannya kurun waktu dunia. Dimulai dari mitologi Norwegia hingga perkembangan mutakhir ilmu komunikasi akhir abad ke-20.Penjabaran tersebut bersifat monolog, dengan pembacaan surat-surat atau ceramah dari biarawan kepada sosok Sophie.
Novel Dunia Sophie merupakan suatu bentuk media komunikasi dimana penyampaian pesan-pesan filsafatnya dikemas dengan bahasa yang ringan dan menarik sehingga membantu para pembaca yang ingin mempelajari filsafat dengan bahasa yang ringan sehingga mempermudah penerimaan pesan yang hendak disampaikan oleh novel Dunia Sophie kepada pembaca serta dapat dipahami dengan baik.
Memahami filsafat tidak hanya cukup dengan mengkonsumsi suatu teks yang dikemas dengan bahasa yang ringan dan sederhana saja, mengingat filsafat merupakan suatu bahasan yang tidak ringan untuk dapat diterima masyarakat pada umumnya. Dengan adanya novel Dunia Sophie akan mengajak kita menelusuri filsafat dengan mengenal beberapa tokok filsafat terkemuka didunia.
Novel Dunia Sophie untuk dapat memahaminya tidak hanya diperlukan suatu pengertian dan pemahaman yang cukup akan bahasa yang disediakan didalam teks, tetapi juga pembaca harus mampu mencari makna dibalik teks tersebut sehingga memunculkan persepsi baik persepsi yang sesuai dengan apa yang dikatakan para filosof melalui teks tersebut maupun persepsi yang menolak pemikiran para filosof tersebut.
 Novel Dunia Sophie menceritakan tentang pemikiran beberapa filosof, salah satu tokoh filsafat yang diceritakan didalam novel Dunia Sophie ialah “Bapak Filsafat Modern” yang dikenal dengan Rene Descartes. Rene Descartes adalah seorang yang dianggap sebagai pendiri filsafat modern, yang memiliki kapasitas filosofis yang tinggi dan sangat dipengaruhi oleh fisika dan astronomi baru. Rene Descartes hadir untuk menanamkan dasar filsafat yang baru yaitu akal budi (kesadaran). Titik tolak filsafatnya adalah dengan menggunakan metodenya yang terkenal dengan keraguan (Cartesian Doubt).
Salah satu pemikiran dari Rene Descartes yang terkenal dan juga terdapat didalam novel Dunia Sophie adalah “cogito ergo sum”yang artinya “aku berpikir, karena itu aku ada”. Rene Descartes beranggapan bahwa sesuatu yang ditangkap dengan akal manusia lebih nyata daripada apa yang ditangkapdenga panca indera.Rene Descartes meragukan segala hal yang ditangkap oleh panca inderanya karena tidak ada kebenaran yang pasti yang dihasilkan oleh panca indera. Rene Descartes juga meragukan segala pengetahuan yang ada sebelumya baik dari filosof sebelumnya maupun pengetahuan yang sudah ada turun temurun dari abad ke abad.Rene Descartes kemudian menyusun filsafatnya sendiri dengan mengelilingi kota Eropa.
Tahap –tahap pemikiran Rene Descartes untuk mencari kebenaran sejati dimulai dengan langkah-langkah metodis, yang berawal dengan menyangsikan sejumlah besar pendapat-pendapat yang menurutnya keliru yang disebut dengan kebenaran lama yang telah disepakatioleh masyarakat. Rene Descartes meragukan kebenaran-kebenaran lama yang seharusnya masih membuka jalan lebar untuk dikoreksi, disanggah dan kemudian sampai pada sebuah kebenaran baru.Mengenai landasan filosofisnya (kesadaran), ia menguji pemikirannya lewat sebuah carayakni bagaimana seseorang mengetahui bahwa dia tidak sedang tertidur dan bermimpi. Karena menurut Rene Descartes tidak ada perbedaan yang tegas dan jelas antara keadaan sadar dengan mimpi. Pada penelitian ini, peneliti akan memaparakan beberapa pemikiran Rene Descartes didalam novel Dunia Sophie yang dianggap menarik oleh peneliti.Konsep berpikir yang digunakan Rene Descartes adalah konsep berpikir yang memiliki pengertian sangat luas.
Sesuatu yang berpikir, menurutnya adalah sesuatu yang meragukan, memahami, mengerti, menegaskan, menolak, berkehendak, membayangkan dan merasakan karena perasaan yang muncul dalam mimpi merupakan sebuah bentuk berpikir. Karena berpikir adalah esensi dari pikiran, pikiran pasti selalu berpikir bahkan ketika sedang tidur.Manusia tidak hanya berusaha memasukkan apa yang ada diluar diri mereka kedalam pemikiran mereka, tetapi juga manusia tahu dan mampu berpikir tentang diri mereka. Inilah proses dimana membawa manusia sampai pada tahap kesadaran, sebab didalamkedua proses tersebut manusia tahu bahwa mereka mengerti akan diri mereka, sehingga manusia sadar akan dirinya ketika mereka berpikir.Menurut Rene Descartes hanya akal yang dapat memberikan kepastian. Akal adalah sumber pengetahuan yang pasti dan bukan pengetahuan yang didapat oleh indera-indera manusia.
Rene Descartes berusaha membuktikan kebenaran-kebenaran filsafat dengan cara seperti menggunakan sebuah dalil matematika dan dengan menggunakan instrumen-instrumen yang persis sama dengan yang digunakan ketika bekerja dengan angka-angka yaitu menggunakan akal.Keraguan Rene Descartes akan hal yang ditangkap oleh panca indera membuat Rene Descartes menyusun metode “cogito ergo sum”yang sekaligus 5 menjadi kritik Rene Descartes terhadap cara berpikir yang lama pada jamannya. Yakni jika setiap manusia hendak menemukan kebenaran sejati,maka harus mampu memperbaiki hidupnya dengan memperbaiki cara pandangnya, serta memperbaiki metode pencarian pengetahuannya untuk mencapai sebuah kebenaran baru dan sejati.Hasil dari pemikiran Rene Descartes mengenai “cogito ergo sum” yang artinya “aku berpikir, karena itu aku ada” tidak mudah untuk memahami maksud dari pemikiran tersebut yang hanya berupa teks semata.
Hasil pemikiran Rene Descartes tersebut juga mempengaruhi beberapa tokoh filosof lainnya, seperti Baruch Spinoza yang menganggap Rene Descartes memiliki pengaruh besar terhadapnya. Spinoza ingin membuktikan bahwa kehidupan manusia tergantung kepada hukum alam yang universal yang membebaskan diri dari perasaan dan nasfu manusiawi.Pemikiran Rene Descartes didalam novel Dunia Sophie merupakan penyampaian suatu ide, gagasan yang prosesnya sama dengan penyampaian suatu pesan pada media-media tertentu untuk dapat memberikan suatu gambaran, konsep serta pandangan hidup yang dibentuk dalam suatu konteks tertentu sehingga mampu mempengaruhi cara berpikir dan bertindak tertentu.Sebuah pemikiran didalam kehidupan nyata harus diinterpretasikan lebih  dalam, begitu juga dengan pemikiran Rene Descartes sepeti yang ada didalam novel Dunia Sophie.
 Dengan menggunakan bahasa yang ringan dan sederhana 6tidak menutup kemungkinan pembaca harus mengkaji ulang secara mendalam pemikiran-pemikiran filosof khususnya pemikiran Rene Descartes. Pemikiran Rene Descartes merupakan pemikiran yang disusun melalui pengetahuan murni dengantidak meneruskan pengetahuan yangada dari pemikiran filosof sebelumnya.Pengetahuan juga merupakan suatu ideologi tertentu yang dipercayai oleh kalangan tertentu. Dengan adanya Rene Descartes bahwa pemikiran rasionalisme yang ia  tanamkan telah berhasil masuk kedalam dunia filsafat modern dan lambat  laun akan banyak memaknakannya sebagai ideologi. Ideologi tidak hanya dikaitkan dengan permasalahan politik, tetapi pengetahuan juga akan diiterpretasikan sebagai ideologi.
Proses memahami sebuah pemikiran adalah suatu proses yang harus dilalui sehingga menghasilkan konsepsi baru. Dengan menghasilkan makna baru dari apa yang dipahami dari pemikiran para filosof mengenai dunia, manusia, kehidupan alam dan sebagainya sedikit banyak sering terjadi benturan persepsi sehingga muncul pemaknaan baru diluar pemikiran filosof yang dipahami. Dengan melalui tahap pemaknaan dan pemahaman serta hasil persepsi peneliti,  peneliti akan membongkar tekspemikiran Rene Descartes yang ada didalam novel Dunia Sophie.
Bagian filsafatnya sendiri disajikan secara kreatif dan sederhana. Sophie mempelajari filsafat abad pertengahan dengan Alberto yang menyamar sebagai biarawan, di dalam sebuah gereja tua, dan dia juga mempelajari tentang Jean-Paul Sartre dan Simone de Beauvoir di sebuah kafe bersuasana Perancis. Berbagai pertanyaan dan metode filsafat diberikan kepada Sophie, sementara dia sendiri bekerja mencari filsafatnya sendiri. Banyak pelajaran yang disampaikan Alberto yang dimulai dengan pertanyaan singkat (seperti "Mengapa Lego merupakan mainan yang paling kreatif di dunia?") dan dia diberikan waktu untuk berpikir sebelum pelajaran berikutnya tiba. Setiap paket yang datang menyampaikan satu topik, yang berhubungan dengan catatan kecil yang mendahuluinya.

2.5 pengaplikasian Aksiologi dalan novel Dunia Shopie
Jika ditinjau dengan aspek filsafat Aksiologi yang berarti cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Menurut Suriasumantri aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang di akses. Jika di aplikasikan dengan novel Dunia Shopie. Jostein Gaarder menuangkan semua ilmu atau pengatahuannya tentang filsafat kedalam novel yang dikemas dengan sedemiakian rupa agar menarik untuk di baca. Dengan mengguankan karakter yang bernama sophie, Jostein Gaarder menuangkan pengetahuan filsafatnya kedalam novel dari awal munculnya filsafat sampai abad ke-20.
Dengan demikian orang yang segan untuk mempelajari filsafat kini bisa merasa enjoy untuk mempelajarinya dengan membaca novel ini.

BAB II
PENUTUP

            Dalam novel Dunia Shoipe, Jostein Gaarder membungkus isi cerita dengan seorang karakter bernama sophie yang sangat tertarik dengan dunia filsafat. Isi dari novel ini hampir keseluruhan tentang fulsafat dari awal hingga abad ke-20. Jostein Gaarder sengaja membuat karyanya dalam bentuk novel agar para peminat atau pembaca tidak merasa berat atau jenuh ketika membacanya.
Dalam konteks ini perlu diingatkan bahwa gagasan filsafat yang dibungkus ke dalam kemasan sastra, tetaplah mesti ditempatkan sebagai karya sastra. Artinya, bahwa karya itu tidak dapat begitu saja meninggalkan konvensi kesastraannya. Gagasan filsafat yang terkandung dalam karya itu seyogianya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari unsur-unsur kesastraan lainnya. Dengan demikian, gagasan filsafat itu akan lebur menjadi salah satu unsur yang justru ikut membangun nilai-nilai estetika karya bersangkutan.
Kecenderungan sastrawan yang terbawa oleh hasrat besarnya untuk berfilsafat dan mengabaikan nilai estetika kesastraan, akan tergelincir jatuh pada karya yang lebih dekat ke karya filsafat daripada ke karya sastra.
Bagaimanapun karya sastra berbeda dengan filsafat, dalam semua karya sastra  yang bermutu akan selalu terkandung nilai-nilai filsafat, entah menyangkut sikap dan pandangan hidup tokoh yang digambarkannya atau tema karya sastra itu sendiri. Semakin bermutu karya sastra itu, semakin mendalam pula kandungan filsafat-nya. Oleh sebab itu, dalam karya sastra yang agung, nilai-nilai filsafat yang dikandung-nya akan terasa lebih mendalam dan kaya. Sangat wajar jika kemudian orang mencoba mencari nilai-nilai filsafat pada karya sastra yang agung, dan bukan pada karya sastra picisan.

REFERENCE
Djojosuroto, Kinayati. 2007. Filsafat Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.
Javissyarqi, Nurel. 2006a. Takdir Terlalu Dini. Lamongan: Pustaka Pujangga.
Javissyarqi, Nurel. 2006b. Trilogi Kesadaran. Lamongan: Pustaka Pujangga.
Jostein Gaarder1996, Dunia Sophie . Bandung:  PT Mizan.
Suriasumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Uniko.ac.id (23 januari2013). Filsafat dalam novel dunia shopi. Di akses (29 oktober 2014) di http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/579/jbptunikompp-gdl-isabellare-28908-8-unikom_i-i.pdf.

Kaskus.com. (20 januati 2013). dunia shopi sebuah novel filsafat. Di perolah (29 oktober 2014) di http://www.kaskus.co.id/show_post/50fbe15ae974b40b7800000a/180/src-2013-bulan-januari---dunia-sophie.

Sastra maestro.com (27, mei2010) filsafat dalam sastra.  Di akses (29 oktober 2014) di http://www.kaskus.co.id/show_post/50fbe15ae974b40b7800000a/180/src-2013-bulan-januari---dunia-sophie.

Mahayana, Maman S. 2008. Hubungan Sastra dan Filsafat. Artikel. http://mahayana-mahadewa.com/2008/11/27/hubungan-sastra-dan-filsafat/. Diakses 9 November 2012.
Sutrisno, Mudji. 1995. Filsafat, Sastra, dan Budaya. Jakarta: Obor. dari: http://sastra-indonesia.com/2012/11/filsafat-sastra/.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar