Riany Martien
1211503111
UTS Filsafat Ilmu
Pandangan aksiologi dalam Novel
DUNIA SHOPIE Karya Jostein Gaarder
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sastra dan filsafat laksana dua sisi mata uang,
permukaan yang satu tidak dapat dipisahkan dari permukaan yang lainnya;
bersifat komplementer, saling melengkapi. Masalahnya, karya sastra membicarakan
dunia manusia. Demikian juga filsafat, betapapun penekanannya pada usaha unutuk
mempertanyakan hakikat dan keberadaaan manusia, sumbernya tetap bermuara pada
manusia sebagai objeknya. filsafat akan bermakna dalam sastra kalau sastra
diisi dengan nilai-nilai karena filsafat hasil perenungan manusia untuk menemukan
jatidirinya. Jadi disini sastra berfungsi mengkomunikasikan nilai-nilai
tersebut sedemikian rupa berdasarkan karaker sastra. Sastra mengandung unsur
hiburan sehingga nikmat dibaca. Keuntungan filsafat dengan sastra yaitu
pemikiran kefilsafatan jadi tidak terasa. Sastra tidak menggurui beda dengan
filsafat yang murni. Filsafat disebut sebagai pengetahuan lapis kedua bahkan
ketiga.
Secara asasi, baik karya sastra
maupun filsafat, sebenarnya merupakan refleksi pengarang atas keberadaan
manusia. Hanya, jika karya sastra merupakan refleksi evaluatif, maka filsafat
merupakan refleksi kritis. Apa yang diungkapkan filsafat adalah catatan kritis
yang awal dan akhirnya ditandai dengan pertanyaan radikal yang menyangkut
hakikat dan keberadaan manusia. Itulah, di antaranya, yang membedakan karya
sastra dan filsafat.
Jika sastra dan filsafat bekerja
sama maka keduanya akan mendapat keuntungan jadi sastra tidak kering dari
nilai-nilai kehidupan. Objek dari filsafat realitas kehidupan yang penuh makna
atau pemaknaan terhadap kehidupan itu sendiri. Sastra akan lebih berisi tidak
hanya hasil khayalan tanpa bobot tapi menjadi rekayasa bahasa sehingga
mengandung nilai edukatif yang mengandung nilai kehidupan. Sastra dan filsafat
bisa membawa kehidupan sosial lebih bermakna.
Kecenderungan sastrawan yang terbawa oleh hasrat besarnya untuk berfilsafat
dan mengabaikan nilai estetika kesastraan, akan tergelincir jatuh pada karya
yang lebih dekat ke karya filsafat daripada ke karya sastra. Akibatnya, karya
itu akan kehilangan daya tarik dan gregetnya sebagai Begitulah, betapapun karya
sastra berbeda dengan filsafat, dalam semua karya sastra yang bermutu akan
selalu terkandung nilai-nilai filsafat, entah menyangkut sikap dan pandangan
hidup tokoh yang digambarkannya atau tema karya sastra itu sendiri. Semakin
bermutu karya sastra itu, semakin mendalam pula kandungan filsafat-nya. Oleh
sebab itu, dalam karya sastra yang agung, nilai-nilai filsafat yang
dikandung-nya akan terasa lebih mendalam dan kaya. Sangat wajar jika kemudian
orang mencoba mencari nilai-nilai filsafat pada karya sastra yang agung, dan
bukan pada karya sastra picisan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarlan latar belakang di atas,
dapat di rumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana hubungan sastra dengan
filsafat?
2. Bagaimanakah hakikat filsafat
sastra?
3. Bagaimana pengaplikasian filsafat
dalam novel dunia sophi karya Jostein Gaarder?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak di capai dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1.
Mendeprisikan
hubungan filsafat dengan sastra
2.
Mendeskripsikan
hakikat sastra
3.
Mengaplikasikan
filsafat dalam novel dunia sophi karya Jostein Gaarder
BAB II
PEMBAHSAN
Pada bab ini dipaparkan teori-teori yang dikaji landasan
dalam penelitian ini. Teori tersebut meliputi 1) hakikat filsafat dengan sastra
2) hakikat filsafat sastra.
2.1 Hubungan Filsafat Dengan Sastra
Hubungan
filsafat dengan sastra adalah berkenaan dengan muatan karya, filsafat akan
bermakna dalam sastra kalau sastra diisi dengan nilai-nilai karena filsafat
hasil perenungan manusia untuk menemukan jatidirinya. Jadi disini sastra
berfungsi mengkomunikasikan nilai-nilai tersebut sedemikian rupa berdasarkan
karaker sastra. Sastra mengandung unsur hiburan sehingga nikmat dibaca.
Keuntungan filsafat dengan sastra yaitu pemikiran kefilsafatan jadi tidak terasa.
Sastra tidak menggurui beda dengan filsafat yang murni. Filsafat disebut
sebagai pengetahuan lapis kedua bahkan ketiga. (Suwardi. 2011). Mengutip pemikiran Javissyarqi (2006) dalam
kumpulan sajaknya yang berjudul Takdir Terlalu Dini, Javissyarqi menjelaskan
bahwa barat dan timur itu tak dapat dipisahkan karena hubungannya bersifat
komplementer. Sisi Barat (bagaimanapun bentuknya) tidak akan pernah ada tanpa
sisi Timur. Hal ini juga berlaku sebaliknya. Sisi Timur (bagaimanapun
bentuknya) tidak akan pernah ada tanpa sisi Barat. Demikian pula dengan
filsafat dengan sastra..
Masalah hubungan sastra dan
filsafat sesungguhnya
bukanlah masalah baru. Sejak manusia mengenal cerita-cerita mitologis, sejak iu
pula sesungguhnya hubungan sastra dengan filsafat dalam pengertian yang lebih
luas sulit dipisahkan.
Masalah
hubungan sastra dan filsafat sesungguhnya bukanlah masalah baru. Sejak manusia
mengenal cerita-cerita mitologis, sejak iu pula sesungguhnya hubungan sastra
dengan filsafat — dalam pengertian yang lebih luas — sulit dipisahkan.
Bagaimanapun
perbedaan yang terdapat dalam filsafat dan sastra, muara keduanya tetaplah
sama, yaitu manusia dan kehidupannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Mahayana
(2008) yang menjelaskan bahwa filsafat dan sastra merupakan refleksi atas
kehidupan manusia. Sutrisno (1995) menegaskan bahwa filsafat dan sastra
memiliki muara yang sama, yaitu kehidupan manusia.
Dalam
konteks sastra merupakan corong filsafat dalam menyentuh masyarakat, dapat
dipahami bahwa sastra merupakan penghubung filsafat dengan masyarakat. Filsafat
yang dikenal menggunakan ‘bahasa yang tinggi’ dan abstrak, menjadikannya sulit
dipahami. Dengan adanya sastra sebagai corong filsafat, maka dengan mudah
masyarakat memperoleh pencerahan kehidupan dari filsafat tersebut.
Selain
sebagai corong filsafat untuk menyentuh masyarakat, sastra juga dapat berfungsi
sebagai lahan filsafat untuk mengembangkan dahan-dahan falsafahnya. Sastra
sebagai cermin kehidupan yang menyajikan cerita-cerita kehidupan adalah wadah
filsuf dalam mengembangkan falsafah-falsafah baru bagi kehidupan manusia. Kehidupan
yang terus berkembang tersebut (yang terurai dalam karya sastra) pada akhirnya
terus diikuti oleh perkembangan filsafat yang berfungsi sebagai pemberi cahaya
dalam kehidupan manusia agar lebih memiliki makna.
Berdasarkan
uraian di atas, dapat dipahami hubungan filsafat dan sastra ibarat dua sisi
mata uang yang bersifat komplementer. Filsafat tanpa sastra akan kehilangan
salah satu corongnya dalam menyentuh kehidupan masyarakat. Apabila filsafat
sudah tidak lagi bisa menyentuh masyarakat, maka filsafat akan kehilangan
eksistensinya. Demikian pula dengan sastra. Sastra tanpa muatan falsafah
kehidupan akan kehilangan ‘kesakralannya’.
2.2 Hakikat Filsafat Sastra
Berikut
akan diuraikan hakikat filsafat sastra yang mengacu pada pendapat Djojosuroto
(2007). Filsafat sastra adalah filsafat yang menganalisis nilai-nilai kehidupan
manusia yang dijabarkan seorang sastrawan dalam karya sastranya; filsafat
sastra adalah filsafat yang menganalisis karya sastra dengan latar belakang
sastra merupakan bagian dari kehidupan manusia, sastra sebagai pranata sosial
yang menggambarkan keadaan masyarakat dan kehidupan budaya pada masa tertentu,
dan sastra sebagai refleksi kehidupan manusia dengan Tuhan; filsafat sastra
merupakan wadah falsafah kehidupan yang menempatkan nilai kemanusiaan dengan semestinya,
terutama di tengah-tengah kehidupan kemajuan sains dan teknologi.
Berdasarkan
uraian di atas, dapat dipahami bahwa filsafat sastra adalah filsafat yang
mengupas hakikat nilai-nilai kehidupan manusia yang terkandung dalam karya
sastra. Kehidupan manusia tersebut (beberapa di antaranya) meliputi hubungan
manusia dengan manusia (hubungan horizontal), manusia dengan alam (hubungan
horizontal), hingga manusia dengan Tuhan (hubungan vertikal).
2.3
Sinopsis novel
Novel
ini menceritakan tentang seorang gadis berusia 15 tahun benrnama Sophie
Amundsend tiba-tiba mendapatkan surat misterius dan membuat hidupnya berubah
seketika dan sebagai pembaca membuat hidupku juga tiba-tiba menjadi ikut rumit.
Novel ini sebagian besar terdiri dari dialog-dialog antara Sophie, seorang
gadis remaja, dan seorang pria misterius bernama Alberto Knox, yang saling
terkait dengan plot yang unik dan misterius, novel ini menjadi sebuah novel
sekaligus panduan dasar filsafat. Pada tahun 1999, novel ini diadaptasi kedalam
sebuah film di Norwegia.
Sophie
Amundsen (Sofie Amundsen dalam versi Norwegia) adalah seorang gadis remaja
berumur empat belas tahun yang tinggal di Norwegia pada tahun 1990. Dia tinggal
bersama ibunya dan hewan-hewan peliharaannya. Ayahnya adalah seorang kapten
kapal tanker minyak, yang menghabiskan sebagian besar waktunya berlayar.
Ayahnya tidak muncul dalam buku ini.
Sophie
menjalani kehidupan sebagai gadis biasa, yang secara mengejutkan terganggu pada
awal buku ini, saat dia menerima dua pesan misterius di kotak posnya (Siapakah
dirimu? Dari mana asalnya dunia?), bersama dengan sebuah kartu pos yang
dialamatkan kepada : 'Hilde Møller Knag, d/a Sophie Amundsen'. Tak lama
kemudian, dia juga menerima sebuah paket berisi pelajaran filsafat.
Dengan
komunikasi yang misterius ini, Sophie menjadi murid dari seorang filsuf berumur
limapuluh tahun, Alberto Knox. Dia mulai menghubungi Sophie tanpa menyebutkan
identitasnya, tetapi sepanjang cerita, perlahan-lahan memunculkan identitasnya
yang sebenarnya. Dari dialah semua surat-surat dan pelajaran filsafat yang
dikirimkan kepada Sophie, tetapi kartu-kartu post ternyata berasal dari orang
lain yang bernama Albert Knaq, yang bekerja di PBB
yang ditempatkan di Libanon.
Alberto
melanjutkan pelajaran filsafat kepada Sophie, mulai dari masa Yunani sebelum Socrates sampai ke Jean-Paul Sartre, dalam bahasa yang dapat
dimengerti oleh remaja. Pelajaran ini kemudian menjadi bagian dari plot itu sendiri,
saat Sophie dan Alberto mencoba mengibuli Albert Knag yang misterius, yang
ternyata memiliki kekuasaan seperti Tuhan yang ditolak secara getir oleh
Alberto.
Bagian
filsafatnya sendiri disajikan secara kreatif dan sederhana. Sophie mempelajari
filsafat abad pertengahan dengan Alberto yang menyamar sebagai biarawan, di
dalam sebuah gereja tua, dan dia juga mempelajari tentang Jean-Paul Sartre dan Simone de Beauvoir
di sebuah kafe bersuasana Perancis. Berbagai
pertanyaan dan metode filsafat diberikan kepada Sophie, sementara dia sendiri
bekerja mencari filsafatnya sendiri. Banyak pelajaran yang disampaikan Alberto
yang dimulai dengan pertanyaan singkat (seperti "Mengapa Lego merupakan
mainan yang paling kreatif di dunia?") dan dia diberikan waktu untuk
berpikir sebelum pelajaran berikutnya tiba. Setiap paket yang datang
menyampaikan satu topik, yang berhubungan dengan catatan kecil yang
mendahuluinya.
2.4
Analisis Novel
Pada tahun 1991, Jostein Gaarder melalui karyanya novel
Dunia Sophie (Sofies Verden) menjabarkan tentang ilmu-ilmu filsafat
dari masa awal sejarah hingga masa akhir abad ke 20-an. Ilmu ber-ribu-ribu
tahun tersebut dirangkum dalam kehidupan sehari-hari seorang anak gadis kecil
bernama Sophie. Anak tersebut mempelajari filsafat dari surat-surat misterius
seseorang yang mengaku sebagai ayah Hilde Moller Knag. Pelajaran filsafat itu
juga didapatkan dari pertemuan-pertemuannya dengan seorang biarawan tua bernama
Alberto.
Penjabaran
dibuat runut bab per bab sesuai dengan berjalannya kurun waktu dunia. Dimulai
dari mitologi Norwegia hingga perkembangan mutakhir ilmu komunikasi akhir abad
ke-20.Penjabaran tersebut bersifat monolog, dengan pembacaan surat-surat atau
ceramah dari biarawan kepada sosok Sophie.
Novel Dunia Sophie merupakan suatu
bentuk media komunikasi dimana penyampaian pesan-pesan filsafatnya dikemas
dengan bahasa yang ringan dan menarik sehingga membantu para pembaca yang ingin
mempelajari filsafat dengan bahasa yang ringan sehingga mempermudah penerimaan
pesan yang hendak disampaikan oleh novel Dunia Sophie kepada pembaca serta
dapat dipahami dengan baik.
Memahami filsafat tidak hanya cukup
dengan mengkonsumsi suatu teks yang dikemas dengan bahasa yang ringan dan sederhana
saja, mengingat filsafat merupakan suatu bahasan yang tidak ringan untuk dapat
diterima masyarakat pada umumnya. Dengan adanya novel Dunia Sophie akan
mengajak kita menelusuri filsafat dengan mengenal beberapa tokok filsafat
terkemuka didunia.
Novel Dunia Sophie untuk dapat
memahaminya tidak hanya diperlukan suatu pengertian dan pemahaman yang cukup
akan bahasa yang disediakan didalam teks, tetapi juga pembaca harus mampu
mencari makna dibalik teks tersebut sehingga memunculkan persepsi baik persepsi
yang sesuai dengan apa yang dikatakan para filosof melalui teks tersebut maupun
persepsi yang menolak pemikiran para filosof tersebut.
Novel Dunia Sophie menceritakan tentang
pemikiran beberapa filosof, salah satu tokoh filsafat yang diceritakan didalam
novel Dunia Sophie ialah “Bapak Filsafat Modern” yang dikenal dengan Rene
Descartes. Rene Descartes adalah seorang yang dianggap sebagai pendiri filsafat
modern, yang memiliki kapasitas filosofis yang tinggi dan sangat dipengaruhi
oleh fisika dan astronomi baru. Rene Descartes hadir untuk menanamkan dasar
filsafat yang baru yaitu akal budi (kesadaran). Titik tolak filsafatnya adalah
dengan menggunakan metodenya yang terkenal dengan keraguan (Cartesian Doubt).
Salah satu pemikiran dari Rene
Descartes yang terkenal dan juga terdapat didalam novel Dunia Sophie adalah
“cogito ergo sum”yang artinya “aku berpikir, karena itu aku ada”. Rene
Descartes beranggapan bahwa sesuatu yang ditangkap dengan akal manusia lebih nyata
daripada apa yang ditangkapdenga panca indera.Rene Descartes meragukan segala
hal yang ditangkap oleh panca inderanya karena tidak ada kebenaran yang pasti
yang dihasilkan oleh panca indera. Rene Descartes juga meragukan segala
pengetahuan yang ada sebelumya baik dari filosof sebelumnya maupun pengetahuan
yang sudah ada turun temurun dari abad ke abad.Rene Descartes kemudian menyusun
filsafatnya sendiri dengan mengelilingi kota Eropa.
Tahap –tahap pemikiran Rene
Descartes untuk mencari kebenaran sejati dimulai dengan langkah-langkah
metodis, yang berawal dengan menyangsikan sejumlah besar pendapat-pendapat yang
menurutnya keliru yang disebut dengan kebenaran lama yang telah disepakatioleh
masyarakat. Rene Descartes meragukan kebenaran-kebenaran lama yang seharusnya
masih membuka jalan lebar untuk dikoreksi, disanggah dan kemudian sampai pada
sebuah kebenaran baru.Mengenai landasan filosofisnya (kesadaran), ia menguji
pemikirannya lewat sebuah carayakni bagaimana seseorang mengetahui bahwa dia
tidak sedang tertidur dan bermimpi. Karena menurut Rene Descartes tidak ada
perbedaan yang tegas dan jelas antara keadaan sadar dengan mimpi. Pada
penelitian ini, peneliti akan memaparakan beberapa pemikiran Rene Descartes
didalam novel Dunia Sophie yang dianggap menarik oleh peneliti.Konsep berpikir
yang digunakan Rene Descartes adalah konsep berpikir yang memiliki pengertian
sangat luas.
Sesuatu yang berpikir, menurutnya
adalah sesuatu yang meragukan, memahami, mengerti, menegaskan, menolak,
berkehendak, membayangkan dan merasakan karena perasaan yang muncul dalam mimpi
merupakan sebuah bentuk berpikir. Karena berpikir adalah esensi dari pikiran,
pikiran pasti selalu berpikir bahkan ketika sedang tidur.Manusia tidak hanya
berusaha memasukkan apa yang ada diluar diri mereka kedalam pemikiran mereka,
tetapi juga manusia tahu dan mampu berpikir tentang diri mereka. Inilah proses
dimana membawa manusia sampai pada tahap kesadaran, sebab didalamkedua proses
tersebut manusia tahu bahwa mereka mengerti akan diri mereka, sehingga manusia
sadar akan dirinya ketika mereka berpikir.Menurut Rene Descartes hanya akal
yang dapat memberikan kepastian. Akal adalah sumber pengetahuan yang pasti dan
bukan pengetahuan yang didapat oleh indera-indera manusia.
Rene Descartes berusaha membuktikan
kebenaran-kebenaran filsafat dengan cara seperti menggunakan sebuah dalil
matematika dan dengan menggunakan instrumen-instrumen yang persis sama dengan
yang digunakan ketika bekerja dengan angka-angka yaitu menggunakan
akal.Keraguan Rene Descartes akan hal yang ditangkap oleh panca indera membuat
Rene Descartes menyusun metode “cogito ergo sum”yang sekaligus 5 menjadi
kritik Rene Descartes terhadap cara berpikir yang lama pada jamannya. Yakni
jika setiap manusia hendak menemukan kebenaran sejati,maka harus mampu
memperbaiki hidupnya dengan memperbaiki cara pandangnya, serta memperbaiki
metode pencarian pengetahuannya untuk mencapai sebuah kebenaran baru dan
sejati.Hasil dari pemikiran Rene Descartes mengenai “cogito ergo sum” yang
artinya “aku berpikir, karena itu aku ada” tidak mudah untuk memahami maksud
dari pemikiran tersebut yang hanya berupa teks semata.
Hasil pemikiran Rene Descartes
tersebut juga mempengaruhi beberapa tokoh filosof lainnya, seperti Baruch
Spinoza yang menganggap Rene Descartes memiliki pengaruh besar terhadapnya.
Spinoza ingin membuktikan bahwa kehidupan manusia tergantung kepada hukum alam
yang universal yang membebaskan diri dari perasaan dan nasfu
manusiawi.Pemikiran Rene Descartes didalam novel Dunia Sophie merupakan
penyampaian suatu ide, gagasan yang prosesnya sama dengan penyampaian suatu
pesan pada media-media tertentu untuk dapat memberikan suatu gambaran, konsep
serta pandangan hidup yang dibentuk dalam suatu konteks tertentu sehingga mampu
mempengaruhi cara berpikir dan bertindak tertentu.Sebuah pemikiran didalam
kehidupan nyata harus diinterpretasikan lebih dalam, begitu juga dengan pemikiran Rene
Descartes sepeti yang ada didalam novel Dunia Sophie.
Dengan menggunakan bahasa yang ringan dan
sederhana 6tidak menutup kemungkinan pembaca harus mengkaji ulang
secara mendalam pemikiran-pemikiran filosof khususnya pemikiran Rene Descartes.
Pemikiran Rene Descartes merupakan pemikiran yang disusun melalui pengetahuan
murni dengantidak meneruskan pengetahuan yangada dari pemikiran filosof
sebelumnya.Pengetahuan juga merupakan suatu ideologi tertentu yang dipercayai
oleh kalangan tertentu. Dengan adanya Rene Descartes bahwa pemikiran rasionalisme
yang ia tanamkan telah berhasil masuk
kedalam dunia filsafat modern dan lambat laun akan banyak memaknakannya sebagai
ideologi. Ideologi tidak hanya dikaitkan dengan permasalahan politik, tetapi
pengetahuan juga akan diiterpretasikan sebagai ideologi.
Proses memahami sebuah pemikiran
adalah suatu proses yang harus dilalui sehingga menghasilkan konsepsi baru.
Dengan menghasilkan makna baru dari apa yang dipahami dari pemikiran para
filosof mengenai dunia, manusia, kehidupan alam dan sebagainya sedikit banyak
sering terjadi benturan persepsi sehingga muncul pemaknaan baru diluar
pemikiran filosof yang dipahami. Dengan melalui tahap pemaknaan dan pemahaman
serta hasil persepsi peneliti, peneliti
akan membongkar tekspemikiran Rene Descartes yang ada didalam novel Dunia
Sophie.
Bagian
filsafatnya sendiri disajikan secara kreatif dan sederhana. Sophie mempelajari
filsafat abad pertengahan dengan Alberto yang menyamar sebagai biarawan, di
dalam sebuah gereja tua, dan dia juga mempelajari tentang Jean-Paul Sartre dan Simone de Beauvoir
di sebuah kafe bersuasana Perancis. Berbagai
pertanyaan dan metode filsafat diberikan kepada Sophie, sementara dia sendiri
bekerja mencari filsafatnya sendiri. Banyak pelajaran yang disampaikan Alberto
yang dimulai dengan pertanyaan singkat (seperti "Mengapa Lego merupakan
mainan yang paling kreatif di dunia?") dan dia diberikan waktu untuk
berpikir sebelum pelajaran berikutnya tiba. Setiap paket yang datang
menyampaikan satu topik, yang berhubungan dengan catatan kecil yang
mendahuluinya.
2.5 pengaplikasian Aksiologi dalan
novel Dunia Shopie
Jika ditinjau dengan aspek filsafat
Aksiologi yang berarti cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan
bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Menurut Suriasumantri aksiologi
adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang di
akses. Jika di aplikasikan dengan novel Dunia Shopie. Jostein Gaarder
menuangkan semua ilmu atau pengatahuannya tentang filsafat kedalam novel yang
dikemas dengan sedemiakian rupa agar menarik untuk di baca. Dengan mengguankan
karakter yang bernama sophie, Jostein Gaarder menuangkan pengetahuan
filsafatnya kedalam novel dari awal munculnya filsafat sampai abad ke-20.
Dengan
demikian orang yang segan untuk mempelajari filsafat kini bisa merasa enjoy
untuk mempelajarinya dengan membaca novel ini.
BAB II
PENUTUP
Dalam novel
Dunia Shoipe, Jostein Gaarder membungkus isi cerita dengan seorang
karakter bernama sophie yang sangat tertarik dengan dunia filsafat. Isi dari
novel ini hampir keseluruhan tentang fulsafat dari awal hingga abad ke-20. Jostein
Gaarder sengaja membuat karyanya dalam bentuk novel agar para peminat atau
pembaca tidak merasa berat atau jenuh ketika membacanya.
Dalam
konteks ini perlu diingatkan bahwa gagasan filsafat yang dibungkus ke dalam
kemasan sastra, tetaplah mesti ditempatkan sebagai karya sastra. Artinya, bahwa
karya itu tidak dapat begitu saja meninggalkan konvensi kesastraannya. Gagasan
filsafat yang terkandung dalam karya itu seyogianya menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari unsur-unsur kesastraan lainnya. Dengan demikian, gagasan
filsafat itu akan lebur menjadi salah satu unsur yang justru ikut membangun
nilai-nilai estetika karya bersangkutan.
Kecenderungan sastrawan yang terbawa oleh hasrat
besarnya untuk berfilsafat dan mengabaikan nilai estetika kesastraan, akan
tergelincir jatuh pada karya yang lebih dekat ke karya filsafat daripada ke
karya sastra.
Bagaimanapun
karya sastra berbeda dengan filsafat, dalam semua karya sastra yang bermutu akan selalu terkandung
nilai-nilai filsafat, entah menyangkut sikap dan pandangan hidup tokoh yang
digambarkannya atau tema karya sastra itu sendiri. Semakin bermutu karya sastra
itu, semakin mendalam pula kandungan filsafat-nya. Oleh sebab itu, dalam karya
sastra yang agung, nilai-nilai filsafat yang dikandung-nya akan terasa lebih
mendalam dan kaya. Sangat wajar jika kemudian orang mencoba mencari nilai-nilai
filsafat pada karya sastra yang agung, dan bukan pada karya sastra picisan.
REFERENCE
Djojosuroto, Kinayati.
2007. Filsafat Bahasa. Yogyakarta:
Pustaka Book Publisher.
Javissyarqi, Nurel.
2006a. Takdir Terlalu Dini. Lamongan:
Pustaka Pujangga.
Javissyarqi, Nurel.
2006b. Trilogi Kesadaran. Lamongan:
Pustaka Pujangga.
Jostein Gaarder1996, Dunia Sophie
. Bandung: PT Mizan.
Suriasumantri, Jujun S.
Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Myhijabdan sastra.com (22,oktober, 2011). Aplikasi Filsafat Dalam Ilmu Sastra,. Diakses (29 0ktober, 2014) di www.http//Aplikasi%20Filsafat%20Dalam%20Ilmu%20Sastra,%%20Seni%20_%20My%20Hijab%20dan%20Sastra%20Indonesia.htm.
Uniko.ac.id (23 januari2013). Filsafat dalam novel dunia shopi. Di akses (29 oktober 2014) di http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/579/jbptunikompp-gdl-isabellare-28908-8-unikom_i-i.pdf.
Kaskus.com. (20 januati 2013). dunia shopi sebuah novel filsafat. Di perolah (29 oktober 2014) di http://www.kaskus.co.id/show_post/50fbe15ae974b40b7800000a/180/src-2013-bulan-januari---dunia-sophie.
Sastra maestro.com (27, mei2010) filsafat dalam sastra. Di akses (29 oktober 2014) di http://www.kaskus.co.id/show_post/50fbe15ae974b40b7800000a/180/src-2013-bulan-januari---dunia-sophie.
Mahayana, Maman S.
2008. Hubungan Sastra dan Filsafat. Artikel.
http://mahayana-mahadewa.com/2008/11/27/hubungan-sastra-dan-filsafat/. Diakses
9 November 2012.
Sutrisno, Mudji. 1995.
Filsafat, Sastra, dan Budaya. Jakarta: Obor. dari: http://sastra-indonesia.com/2012/11/filsafat-sastra/.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar