Rabu, 29 Oktober 2014

 ANALISIS SAJAK BULAN MEI 1998 KARYA WS RENDRA MELALUI PERSPEKTIF ILMU  DAN SASTRA SEBAGAI   DIMENSI ILMU
Nurmayasari
1211503092
Filsafat Ilmu
BAB I
Pendahuluan
1. Latar belakang
Pengetahuan merupakan salah satu yang diperoleh manusia dengan berbagai macam cara, dengan demikian pengetahuan dapat dimiliki oleh setiap manusia, namun tak setiap manusia memiliki pengetahuan yang sama, meskipun kadang pengetahuan yang mereka dapatkan melalui cara yang sama, karena selalu  adanya sudut pandang yang berbeda bagi setiap orang.
Pengetahuan selalu identik dengan ilmu namun pada kenyataannya tidak selamanya pengetahuan adalah ilmu, namun pasti adanya ilmu didapat dan hadir melalui pengetahuan, dengan adanya hubungan tersebut.
Dengan adanya pengetahuan manusia dapat memiliki ilmu, dengan mendapatkan ilmu kita dapat pengetahuan yang lebih luas, karena sesungguhnyapengetahuan merupakan sumber ilmu, ilmu juga dapat berkembang menjadi ilmu-ilmu yang lain sehingga dapat melahirkan ilmu-ilmu baru dan pengetahuan yang baru.
Dengan ilmu-ilmu yang baru dan pengetahuan yang baru tentu melahirkan dimensi-dimensi ilmu yang baru karena adanya sifat perluasan (quality of extentsion), hal pentingnya(importance), dan watak yang cocok (carakter proper) dalam suatu ilmu. Oleh sebab adanya dimensi-dimensi tersebut ilmu menjadi berkembang serta suatu ilmu ataupun karya dari ilmu itu sendiri dapat di pandang berbeda melalui ilmu yang lain.
Seperti layaknya sastra ataupun karya sastra yang dapat di pandang berbeda oleh berbagai ilmu, karena sastra dan karya sastra dapat dipandang oleh berbagai perspektif  ilmu, oleh karena hal tersebut maka penulis akan mencoba mengetahui dimensi sastra melalui karya sastra sebagai dimensi-dimensi ilmu yang lain. Selain itu juga, penulis akan mencoba menganalisis sebuah karya sastra yang berupa puisi melalui beberapa persfektif, sehingga pembaca dapat mengerti mengenai dimensi sastra serta penilaian terhadap karya sastra melalui beberapa karya sastra.
Untuk menegaskan bahwa sastra merupakan salah satu dimensi ilmu, maka penulis akan menganalisis salah satu puisi dari WS Rendra yang berjudul “Sajak Bulan Mei 1998”, persfektif yang ada dalam puisi ini akan dianalisi serta beberapa unsur yang lain dalam puisi ini.
B. Rumusan Masalah
1. mengapa sastra menjadi salah satu dimensi ilmu?
2. bagaimana analisis Puisi “Sajak bulan mei 1998”  dipandang melalui berbagai persfektif ilmu?
C. Tujuan
1. untuk mengetahui mengapa sastra menjadi salah satu dimensi ilmu?
2. Untuk mengetahui bagaimana analisis puisi “Sajak bulan mei 1998” dipandang melalui berbagai persfektif ilmu?
Bab II
Pembahasan
1. Pengertian Sastra dan Sastra Sebagai Dimensi Ilmu
Menurut Ahmad Badrun (1983 : 16) Kesusastraan adalah kegiatan seni yang mempergunakan bahasa dan garis simbol-simbol lain sebagai alat, dan bersifat imajinatif. Sedangkan menurut Eagleton (1988 : 4) Sastra adalah karya tulisan yang halus (belle letters) adalah karya yang mencatatkan bentuk bahasa. harian dalam berbagai cara dengan bahasa yang dipadatkan, didalamkan, dibelitkan, dipanjangtipiskan dan diterbalikkan, dijadikan ganjil. Berbeda dari ahmad badrun dan eagleton, Plato mengungkapkan bahwa sastra adalah hasil peniruan atau gambaran dari kenyataan (mimesis). Sebuah karya sastra harus merupakan peneladanan alam semesta dan sekaligus merupakan model kenyataan. Oleh karena itu, nilai sastra semakin rendah dan jauh dari dunia ide. Sapardi (1979: 1) Memaparkan bahwa sastra itu adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium. Bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan social.
Dari definisi-definisi sastra diatas dapat disimpulkan bahwa sastra adalah kegiatan seni yang disampaikan melalui tulisan dan lisan yang bersifat imajinatif namun mimesis yang dapat menggambarkan sosial masyarakat.itu artinya dari beberapa ahli yang mendefinisikan sendiri arti sastra tersebut.
Dari ungkapan Ahmad badrun yang mengungkapkan bahwa sastra adalah kegiatan seni yang mempergunakan bahasa dan simbol-simbol sebagai alat dan bersifat imajinatif, dari ungkapan di atas, pertama, secara tersirat ahmad badrun mengungkapkan bahwa sastra merupakan dimensi dari ilmu seni, dimana sastra sendiri mengandung seni yang dapat menjadi hiburan sebagaimana fungsi seni sendiri, maka jelas adanya bahwa sastra merupakan dimensi dari ilmu seni. Kedua, Sastra mempergunakan bahasa dan simbol-simbol sebagai alat dan bersifat imajinatif, sebagaimana kita ketahui, bahasa merupakan salah satu alat komunikasi dan memiliki suatu sistem dan struktur yang jelas, dengan sistem dan struktur yang jelas maka hadirlah ilmu tentang bahasa y ang disebut dengan linguistik. Selain dari bahasa simbol juga menjadi salah satu bagian dari sastra, seperti yang kita ketahui bahwa simbol memiliki makna yang telah disepakati sehingga hal tersebut memiliki aturan-aturan serta sebagai gambaran yang jelas, dengan gambaran yang jelas serta dengan adanya kesepakatan maka lahirlah ilmu tentang simbol-simbol atau yang dikenal dengan sign, ilmu itu disebut dengan ilmu semiotik salah satu cabang dari ilmu linguistik yang merupakan ilmu tentang bahasa.
Menurut sapardi sendir sastra merupakan lembaga sosial dan merupakan gambaran kehidupan yang merupakan kenyataan sosial, dari ungkapan soepardi itu menandakan bahwa adanya hubungan sastra dengan hubungan sosial, karena meskipun sastra berupa imajinatif namun sastra merupakan mimesis dari kenyataan, dengan mempertimbangkan berbagai macam nilai sosial di dalamnya yang menjadikan panutan atau menjadi ibrah bagi pembacanya.
Tidak hanya seperti yang diungkapkan oleh para ahli, pada kenyataannya sastra memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya, karena sastra selalu mengandung nilai di dalamnya yang memiliki keterkaitan, baik itu dalam hal sosial, budaya, sejarah, bahkan dengan ilmu psikologi. Semua unsur ilmu tersebut dapat dijumpai dalam sastra, dapat dipaparkan dari mulai ilmu budaya, unsur budaya dapat kita lihat dari isi karya sastra yang dapat menjadikan ciri atau simbol adanya kebudayaan, seperti novel tenggelamnya kapal van der wijck, yang menjadi ciri kebudayaannya yaitu bagaimana orang yang berasal dari  suku makassar tak dapat  menikah dengan sembarang orang.
 Tidak jauh berbeda dengan novel  Siti nurbaya karya dari mara rusli, simbol dari kebudayaan minangkabau adalah adanya perjodohan antara datuk maringgi dengan siti nurbaya, dimana memang pada masa pujangga baru dipenuhi oleh karya sastra dari minangkabau yang sangat kental menceritakan suku-suku minangkabau.
            Tidak hanya  unsur budaya, unsur sosial pun dapat berada pada karya sastra contohnya seperti puisi karya WS Rendra yang slalu syarat akan pesan-pesan sosial masyarakat yang selalu disampaikannya melalui puisi, salah satu nya puisi yang berjjudul orang-orang miskin, dalam puisi ini selain kehidupan sosial dan ekonomi di bahas pula tentang para penguasa yang rakus akan kekuasaannya, hal tersebut diperuhi oleh adanya zaman, karena ketika WS Rendra menulis karya tersebut ketika masa orde baru yang seperti kita ketahui bagaimana kesadaan sosial, ekonomi, dan politik di Indonesia ini, yang memang sangatlah kacau balau, dari segi Sejarah, Sastra memiliki Biografi sebagai tanda bahwa sastra juga memiliki kaitannya sebagai dimensi ilmu sejarah, bagaimana tidak, dalam biografi tentu menceritakan tentang sejarah sudah jelas yang merupakan perjalanan salah seorang tokoh segi sastra yang dimiliki biografi adalah tulisan, dimana penulis menceritakan kembali sejarah melalui tulisan yang dimodifikasi sehingga bukan hanya sebuah cerita biasa, tetapi tulisan yang sangat menarik yang membuat pembaca suka terhadap biografi tersebut.
Ilmu psikologi juga dapat dilihat dalam sastra namun psikologi dapat dilihat dari segi pengarangnya ataupun dari segi karya yang melahirkan satu cerita yang syarat akan unsur psikologinya contohnya menentukan psikologis dari salah satu tokoh novelnya. Dapat di contohkan  seperti tulisan RA kartini yang berjudul Habis gelap terbitlah terang, tulisan tersebut dibuat beliau bukanlah tanpa alasan, tetapi beliau menulis Karya tersebut karena psikologi beliau yang begitu tertekan sebagai perempuan, ia ingin menjadi seorang perempuan yang memiliki hak sama seperti laki-laki dalam hal pendidikan,tentu hal ini juga melahirkan golongan feminism yang menginginkan kebebasan terhadap hak-hak perempuan yang diperlakukan oleh laki-laki, dari segi karya juga dapat dilihat pada seorang tokoh yang bernama tini yang berada dalam novel yang berjudul  Belenggu karya Armijn Pane yang menginginkan hak seorang wanita yang tak hanya tau urusan rumah tangga saja namun ia juga dapat berperan penting di luar, sehingga psikologis tini berbeda dengan tokoh wanita yang lainnya, ketika wanita lain hanya menerima takdir sebagai perempuan yang hanya memiliki hak-hak dalam rumah sebagai ibu rumah tangga yang mengurus keluarga lain halnya dengan tini yang aktif diluar sebagai seorang yang aktif di bidang sosial.
Dari pemaparan tentang sastra sebagai salah satu dimensi ilmu, maka dapat terlihat jelas, karena sastra memiliki unsur dari ilmu-ilmu yang lain, meskipun imajinatif, sastra tak dapat dibuat seenaknya, tentu pengarang harus memiliki bekal  pengetahuan yang cukup ketika karya sastranya ingin berkualitas dan bernilai dimata penikmat sastra, dengan begitu jarang pula orang yang dapat menghasilkan karya sastra yang dapat diterima secacara terbuka oleh masyarakat karena kurangnya pengetahuan serta dimensi ilmu yang diterapkan.
2. Analisi Sajak bulan Mei 1998.
Puisi merupakan salah satu karya sastra yang cukup populer di kalangan masyarakat, karena karya sastra ini selain memiliki bahasa yang ini namun syarat akan berbagai nilai di dalamnya, puisi lebih simple dari bentuknya yang hanya beberapa baris dan bait namun memiliki makna yang dalam sehingga penikmat sastra kadang sulit untuk memahami puisi tersebut oleh sebab itu puisi kadang di artikan sebagai rangkaian kata yang unik yang syarak akan simbol juga di dalamnya, sehingga ketika kita ingin menganalisis puisi, kita harus mengerti dahulu maksud dari pengarang menulis puisi tersebut.
Sajak Bulan Mei 1998 Di Indonesia
Pengarang: W.S Rendra
Aku tulis sajak ini di bulan gelap raja-raja.
Bangkai-bangkai tergeletak lengket di aspal jalan.
Amarah merajalela tanpa alamat.
Ketakutan muncul dari sampah kehidupan.
Pikiran kusut membentuk simpul-simpul sejarah.
O, jaman edan !
O, malam kelam pikiran insan !
Koyak-moyak sudah keteduhan tenda kepercayaan.
Kitab undang-undang tergeletak di selokan
Kepastian hidup terhuyung-huyung dalam comberan.
O, tatawarna fatamorgana kekuasaan !
O, sihir berkilauan dari mahkota raja-raja !
Dari sejak jaman Ibrahim dan Musa
Allah selalu mengingatkan
bahwa hukum harus lebih tinggi
dari keinginan para politisi, raja-raja, dan tentara.
O, kebingungan yang muncul dari kabut ketakutan !
O, rasa putus asa yang terbentur sangkur !
Berhentilah mencari ratu adil !
Ratu adil itu tidak ada. Ratu adil itu tipu daya !
Apa yang harus kita tegakkan bersama
adalah Hukum Adil.
Hukum Adil adalah bintang pedoman di dalam prahara.
Bau anyir darah yag kini memenuhi udara
menjadi saksi yang akan berkata :
Apabila pemerintah sudah menjarah Daulat Rakyat,
apabila cukong-cukong sudah menjarah ekonomi bangsa,
apabila aparat keamanan sudah menjarah keamanan,
maka rakyat yang tertekan akan mencontoh penguasa,
lalu menjadi penjarah di pasar dan jalan raya.
Wahai, penguasa dunia yang fana !
Wahai, jiwa yang tertenung sihir tahta !
Apakah masih buta dan tuli di dalam hati ?
Apakah masih akan menipu diri sendiri ?
Apabila saran akal sehat kamu remehkan
berarti pintu untuk pikiran-pikiran gelap
yang akan muncul dari sudut-sudut gelap
telah kamu bukakan !
Cadar kabut duka cita menutup wajah Ibu Pertiwi
Airmata mengalir dari sajakku ini.
Dari puisi diatas dapat dianalisis bahwa puisi diatas mengandung persfektif sejarah karena sebagai mana kita ketahui sendiri sejarah Indonesia pada tahun 1998 atau pada masa orde baru  yang di penuhi oleh tumpah darah dan teriakan-teriakan mahasiswa yang tak setuju dengan adanya rezim soeharto dan menginginkan soeharto sebagai presiden mengundurkan diri dari jabatannya yang telah berjalan selama 32 tahun, puisi ini juga di tulis oleh Rendra tepatnya pada tanggal 17 Mei 1998 dan dibacakan olehnya di depan gedung MPR pada tanggal 18 Mei 1998, ketika ia ikut berdemo menurunkan soeharto. Karena adanya rezim tersebut masyarakat Indonesia saaling bertumpahan darah dan membakar bangunan-bangun yang ada disekitarnya.
Masa kejatuhan seorang penguasa dan kekuasaannya dikiaskan dengan“bulan gelap raja-raja” Pada bulan gelap raja-raja inilah terjadi pergolakan dimasayarakat, dimana korban-korban berjatuhan dan rasa amarah telah mendominasi hati dan pikiran manusia. Dengan demikian, inilah sisi buram kehidupan sebuah ketragisan hidup dan nasib manusia
Dalam sajak di atas ada hubungan atau pertautan yang erat antara unsur-unsurnya, satuan-satuan kebermaknaannya. Ada kesatuan imaji. Imaji suram,suasana kelam: bulan gelap, bangkai-bangkai, sampah kehidupan, malam kelam,kebingungan, kabut ketakutan, putus asa, bau anyir darah, dan sudut-sudut gelap.Sesuai dengan itu latarnya: aspal jalan, selokan, dan comberan. Tiap bait pun denganbaik menggambarkan suasana duka, murung, suram, dan sedih, maknanya diperkuatoleh bunyi vokal A dan u yang dominan (sesuai untuk mengungkapkan kesedihan),lebih-lebih dalam kata-kata: bulan gelap, bangkai-bangkai, malam kelam,kebingungan, kabut ketakutan, terbentur sangkur, tipu daya, prahara, bau anyir darah,fana, pikiran-pikiran kalap, dan sudut-sudut gelap. Jadi, antara bunyi, pemilihan kata,kalimat ada persamaan, semuanya memperbesar jaringan efek puisinya
Kegelisahan akan ketidakadilan hukum, serta ketamakan para penguasa,semua ini dipaparkan dalam bait kedua, ketiga, dan keempat. Penggambaran tersebut diperkuat dengan bunyi O pada dua baris pertama dari bait-bait tersebut. Dengan demikian, kegelisahan Rendra kian tergambarkan yang mengklimaks pada bait kelima yang merupakan sebuah kontemplasi. Begitu juga, hubungan antara bait yang satu dengan yang lainnya sangat kompak menjalin struktur yang bermakna. Bait pertama memberi gambaran bahwa disaat kejatuhan sang penguasa, dalam hal ini Presiden Soeharto, terjadi pergolakandi jalan-jalan di Indonesia, yang akhirnya menelan korban jiwa, dikiaskan dengan “bangkai-bangkai tergeletak lengket di aspal jalan”. Bait kedua menggambarkan suatu keadaan dimana hukum tidak lagi berarti, sehingga kepercayaan antara rakyat dan penguasa tak lagi ada: “koyak moyak suda keteduhan tenda kepercayaan”, “kitab undang-undang tergeletak di selokan”
            Pada bait ketiga, dikemukakan, bahwa untuk mengembalikan kepercayaan yang telah hilang, maka hukum haruslah tidak berpihak: “bahwa hukum harus lebih tinggi dari ketinggian para politisi, raja-raja,dan tentara”. Kata mahkota sendiri menjadi simbol kekuasaan dan kata raja sebagai orang yang memegang kekuasaan. Ini diperkuat lagi dengan bait keempat yang menggambarkan bahwa untuk menegakkan keadilan, keadilan Tuhanlah yang pentas ditegakkan, keadilan yang tak pernah berpihak pada manusia manapun.
Tuhan yang Maha Adil, kata Ratu Adil  pada bait ini merupakan sebuah simbol keadilan yang juga tidak memihak. Dalam berbagai kebudayaan, Ratu Adil sering digambarkan sebagai seorang perempuan yang tangan kanannya memegang sebuah timbangan dan tangan kirinya memegang sebilah pedang, serta matanya tertutup oleh kain. Bait kelima merupakan klimaks dari sajak di atas yang menggambarkan bahwa kondisi buram masyarakat suatu Negara diakibatkan oleh penguasa yang semena-mena. Bait keenam adalah teguran Rendra untuk para penguasa yang tak lagi memimpin dengan hati dan kebijaksanaan, mereka telah larut terbuai dalam kekuasaan dan kedudukan. Sedangkan pada bait terakhir, kembali Rendra menegaskan keprihatinannya atas petaka yang menimpa negeri ini. 
Elemen semiotik/simbolik yang juga terdapat dari sajak di atas:
Ø  “pikiran kusut membentur Simpul-simpul Sejarah”makna dariungkapan ini adalah rentetan kejadian dalam suatu bangsa yangdiwarnai dengan pertumpahan darah, yang lahir dari akumulasi pikiran-pikiran yang terkekang oleh kekuasaan otoriter sang penguasa.
Ø  “zaman Edan” gambaran mengenai betapa buruknya keadaanbangsa kita ketika itu. Dimana hati tak lagi didengarkan.
Ø  “tatawarna fatamorgana kekuasaan”, seperti candu, kekuasaan telah banyak menjerumuskan orang demi mendapatkannya, terlena oleh nikmatnya yang sementara.
Ø  “rasa putus asa yang terbentur sangkur” adalah ungkapan yang mengggambarkan kondisi putus asa masyarakat dalam memperjuangkan keadilan yang merata. Dalam perjuangannya,masyarakat mendapatkan tindak kekerasan dari perilaku represif aparatur negara, yang seharusnya menjadi pelindung rakyat sebagai elemen penting berdirinya suatu negara.
Dari analisis karya diatas, jelas adanya peran ilmu sejarah dan semiotik dalam sastra, dengan begitu sastra merupakan salah satu dimensi ilmu, yang dapat menerapkan berbagai ilmu di dalamnya, sehingga  meskipun sastra bersifat imajinatif tetapi pada kenyataannya sastra merupakan salah satu cabang ilmu seperti layaknya ilmu-ilmu yang lain, namun bukan sisi keimajinatifannya yang menjadi ilmunya tapi dari sisi teori serta struktur dan peranan sastra di masyarakat.
BAB III
Kesimpulan
Sastra merupakan salah satu dimensi ilmu yang dapat menerapkan berbagai ilmu di dalamnya, sastra juga merupakan ruang gerak bagi ilmu-ilmu yang lain karena keterkaitannya dengan sastra, beberapa ahli mengemukakan pengertian sastra juga berdasarkan apa yang mereka jumpai dalam sastra dan hal tersebut juga dapat dibuktikan dengan beberapa contoh dari suatu hal yang ada dalam karya sastra.
Meskipun karya sastra merupakan hal yang imajinatif tetapi karya sastra merupakan mimesis dari kehidupan nyata, meskipun tak terbatas, namun sastra juga meiliki teori teori tertentu yang dapat dikategorikan sebagai ilmu karena syarat-syarat ilmunya sendiri telah terpenuhi.
Dari hasil analisis puisi karya WS Rendra, ditemukan bahwa adanya persfektif sejarah di dalamnya, dimana seperti yang kita ketahui merupakan salah satu ilmu, WS Rendra menulis puisi tersebut dipengaruhi oleh keadaan melihat kenyataan yang sedang terjadi sehingga ia menulis puisi tersebut benar-benar real dengan apa yang ia dapatkan melalui indra nya.
Selain dari persfektif sejarah, WS Rendra menulis puisi tersebut menggunakan figuratif language yang bagus dan memasukan ilmu semiotik yang berupa simbol-simbol yang ada dalam puisi tersebut.


Daftar Pustaka
Badrun, Ahmad. 1983. Pengantar ilmu sastra : (Teori sastra) untuk Sekolah Menengah Tingkat Atas.  Usaha Nasional  : Surabaya
Damono, Sapardi Djoko. 1979. Novel Sastra Indonesia Sebelum Perang. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa :Jakarta
Eagleton, Terry dan Muhammad HJ. Salleh. 1988. Teori Kesusastraan : Satu Pengenalan. Dewan Bahasa dan Pustaka :  Kuala Lumpur
Al-Ghazali,Bayu, A. M..2007. ANALISIS SIMBOLIK SAJAK BULAN MEI 1998. id.scribd.com/doc/14122162/Analisis-Simbolik-Sajak-Bulan-Mei-1998-Di-Indonesia








Tidak ada komentar:

Posting Komentar