ANALISIS SAJAK BULAN MEI 1998 KARYA WS RENDRA
MELALUI PERSPEKTIF ILMU DAN SASTRA
SEBAGAI DIMENSI ILMU
Nurmayasari
1211503092
Filsafat
Ilmu
BAB
I
Pendahuluan
1.
Latar belakang
Pengetahuan
merupakan salah satu yang diperoleh manusia dengan berbagai macam cara, dengan
demikian pengetahuan dapat dimiliki oleh setiap manusia, namun tak setiap
manusia memiliki pengetahuan yang sama, meskipun kadang pengetahuan yang mereka
dapatkan melalui cara yang sama, karena selalu
adanya sudut pandang yang berbeda bagi setiap orang.
Pengetahuan
selalu identik dengan ilmu namun pada kenyataannya tidak selamanya pengetahuan
adalah ilmu, namun pasti adanya ilmu didapat dan hadir melalui pengetahuan, dengan
adanya hubungan tersebut.
Dengan
adanya pengetahuan manusia dapat memiliki ilmu, dengan mendapatkan ilmu kita
dapat pengetahuan yang lebih luas, karena sesungguhnyapengetahuan merupakan
sumber ilmu, ilmu juga dapat berkembang menjadi ilmu-ilmu yang lain sehingga
dapat melahirkan ilmu-ilmu baru dan pengetahuan yang baru.
Dengan
ilmu-ilmu yang baru dan pengetahuan yang baru tentu melahirkan dimensi-dimensi
ilmu yang baru karena adanya sifat
perluasan (quality of extentsion), hal
pentingnya(importance), dan watak yang cocok (carakter proper) dalam suatu ilmu. Oleh sebab
adanya dimensi-dimensi tersebut ilmu menjadi berkembang serta suatu ilmu
ataupun karya dari ilmu itu sendiri dapat di pandang berbeda melalui ilmu yang
lain.
Seperti
layaknya sastra ataupun karya sastra yang dapat di pandang berbeda oleh
berbagai ilmu, karena sastra dan karya sastra dapat dipandang oleh berbagai
perspektif ilmu, oleh karena hal
tersebut maka penulis akan mencoba mengetahui dimensi sastra melalui karya
sastra sebagai dimensi-dimensi ilmu yang lain. Selain itu juga, penulis akan
mencoba menganalisis sebuah karya sastra yang berupa puisi melalui beberapa
persfektif, sehingga pembaca dapat mengerti mengenai dimensi sastra serta
penilaian terhadap karya sastra melalui beberapa karya sastra.
Untuk
menegaskan bahwa sastra merupakan salah satu dimensi ilmu, maka penulis akan
menganalisis salah satu puisi dari WS Rendra yang berjudul “Sajak Bulan Mei
1998”, persfektif yang ada dalam puisi ini akan dianalisi serta beberapa unsur
yang lain dalam puisi ini.
B.
Rumusan Masalah
1.
mengapa sastra menjadi salah satu dimensi ilmu?
2.
bagaimana analisis Puisi “Sajak bulan mei 1998” dipandang melalui berbagai persfektif ilmu?
C.
Tujuan
1.
untuk mengetahui mengapa sastra menjadi salah satu dimensi ilmu?
2.
Untuk mengetahui bagaimana analisis puisi “Sajak bulan mei 1998” dipandang
melalui berbagai persfektif ilmu?
Bab
II
Pembahasan
1.
Pengertian Sastra dan Sastra Sebagai Dimensi Ilmu
Menurut Ahmad Badrun (1983 : 16) Kesusastraan adalah kegiatan seni yang mempergunakan bahasa dan garis
simbol-simbol lain sebagai alat, dan bersifat imajinatif. Sedangkan menurut Eagleton (1988 : 4) Sastra adalah
karya tulisan yang halus (belle letters) adalah karya yang mencatatkan bentuk
bahasa. harian dalam berbagai cara dengan bahasa yang dipadatkan, didalamkan,
dibelitkan, dipanjangtipiskan dan diterbalikkan, dijadikan ganjil. Berbeda dari ahmad badrun dan eagleton, Plato mengungkapkan
bahwa sastra adalah hasil peniruan atau gambaran dari kenyataan
(mimesis). Sebuah karya sastra harus merupakan peneladanan alam semesta dan
sekaligus merupakan model kenyataan. Oleh karena itu, nilai sastra semakin
rendah dan jauh dari dunia ide. Sapardi
(1979: 1) Memaparkan bahwa sastra itu adalah lembaga sosial yang
menggunakan bahasa sebagai medium. Bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial.
Sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu
kenyataan social.
Dari definisi-definisi sastra diatas dapat disimpulkan bahwa sastra adalah
kegiatan seni yang disampaikan melalui tulisan dan lisan yang bersifat
imajinatif namun mimesis yang dapat menggambarkan sosial masyarakat.itu artinya
dari beberapa ahli yang mendefinisikan sendiri arti sastra tersebut.
Dari ungkapan Ahmad badrun yang mengungkapkan bahwa sastra adalah kegiatan
seni yang mempergunakan bahasa dan simbol-simbol sebagai alat dan bersifat
imajinatif, dari ungkapan di atas, pertama, secara tersirat ahmad badrun
mengungkapkan bahwa sastra merupakan dimensi dari ilmu seni, dimana sastra
sendiri mengandung seni yang dapat menjadi hiburan sebagaimana fungsi seni
sendiri, maka jelas adanya bahwa sastra merupakan dimensi dari ilmu seni.
Kedua, Sastra mempergunakan bahasa dan simbol-simbol sebagai alat dan bersifat
imajinatif, sebagaimana kita ketahui, bahasa merupakan salah satu alat
komunikasi dan memiliki suatu sistem dan struktur yang jelas, dengan sistem dan
struktur yang jelas maka hadirlah ilmu tentang bahasa y ang disebut dengan
linguistik. Selain dari bahasa simbol juga menjadi salah satu bagian dari
sastra, seperti yang kita ketahui bahwa simbol memiliki makna yang telah
disepakati sehingga hal tersebut memiliki aturan-aturan serta sebagai gambaran
yang jelas, dengan gambaran yang jelas serta dengan adanya kesepakatan maka
lahirlah ilmu tentang simbol-simbol atau yang dikenal dengan sign, ilmu itu
disebut dengan ilmu semiotik salah satu cabang dari ilmu linguistik yang
merupakan ilmu tentang bahasa.
Menurut sapardi sendir sastra merupakan lembaga sosial dan merupakan gambaran
kehidupan yang merupakan kenyataan sosial, dari ungkapan soepardi itu
menandakan bahwa adanya hubungan sastra dengan hubungan sosial, karena meskipun
sastra berupa imajinatif namun sastra merupakan mimesis dari kenyataan, dengan
mempertimbangkan berbagai macam nilai sosial di dalamnya yang menjadikan
panutan atau menjadi ibrah bagi pembacanya.
Tidak hanya seperti yang diungkapkan oleh para ahli, pada kenyataannya
sastra memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya, karena sastra
selalu mengandung nilai di dalamnya yang memiliki keterkaitan, baik itu dalam
hal sosial, budaya, sejarah, bahkan dengan ilmu psikologi. Semua unsur ilmu
tersebut dapat dijumpai dalam sastra, dapat dipaparkan dari mulai ilmu budaya,
unsur budaya dapat kita lihat dari isi karya sastra yang dapat menjadikan ciri
atau simbol adanya kebudayaan, seperti novel tenggelamnya kapal van der wijck,
yang menjadi ciri kebudayaannya yaitu bagaimana orang yang berasal dari suku makassar tak dapat menikah dengan sembarang orang.
Tidak jauh berbeda dengan novel Siti nurbaya karya dari mara rusli, simbol
dari kebudayaan minangkabau adalah adanya perjodohan antara datuk maringgi
dengan siti nurbaya, dimana memang pada masa pujangga baru dipenuhi oleh karya
sastra dari minangkabau yang sangat kental menceritakan suku-suku minangkabau.
Tidak
hanya unsur budaya, unsur sosial pun
dapat berada pada karya sastra contohnya seperti puisi karya WS Rendra yang
slalu syarat akan pesan-pesan sosial masyarakat yang selalu disampaikannya
melalui puisi, salah satu nya puisi yang berjjudul orang-orang miskin, dalam
puisi ini selain kehidupan sosial dan ekonomi di bahas pula tentang para
penguasa yang rakus akan kekuasaannya, hal tersebut diperuhi oleh adanya zaman,
karena ketika WS Rendra menulis karya tersebut ketika masa orde baru yang
seperti kita ketahui bagaimana kesadaan sosial, ekonomi, dan politik di Indonesia
ini, yang memang sangatlah kacau balau, dari segi Sejarah, Sastra memiliki
Biografi sebagai tanda bahwa sastra juga memiliki kaitannya sebagai dimensi
ilmu sejarah, bagaimana tidak, dalam biografi tentu menceritakan tentang
sejarah sudah jelas yang merupakan perjalanan salah seorang tokoh segi sastra
yang dimiliki biografi adalah tulisan, dimana penulis menceritakan kembali
sejarah melalui tulisan yang dimodifikasi sehingga bukan hanya sebuah cerita
biasa, tetapi tulisan yang sangat menarik yang membuat pembaca suka terhadap
biografi tersebut.
Ilmu psikologi juga dapat dilihat dalam sastra namun psikologi dapat
dilihat dari segi pengarangnya ataupun dari segi karya yang melahirkan satu
cerita yang syarat akan unsur psikologinya contohnya menentukan psikologis dari
salah satu tokoh novelnya. Dapat di contohkan
seperti tulisan RA kartini yang berjudul Habis gelap terbitlah terang,
tulisan tersebut dibuat beliau bukanlah tanpa alasan, tetapi beliau menulis
Karya tersebut karena psikologi beliau yang begitu tertekan sebagai perempuan,
ia ingin menjadi seorang perempuan yang memiliki hak sama seperti laki-laki
dalam hal pendidikan,tentu hal ini juga melahirkan golongan feminism yang
menginginkan kebebasan terhadap hak-hak perempuan yang diperlakukan oleh
laki-laki, dari segi karya juga dapat dilihat pada seorang tokoh yang bernama
tini yang berada dalam novel yang berjudul
Belenggu karya Armijn Pane yang menginginkan hak seorang wanita yang tak
hanya tau urusan rumah tangga saja namun ia juga dapat berperan penting di luar,
sehingga psikologis tini berbeda dengan tokoh wanita yang lainnya, ketika
wanita lain hanya menerima takdir sebagai perempuan yang hanya memiliki hak-hak
dalam rumah sebagai ibu rumah tangga yang mengurus keluarga lain halnya dengan tini
yang aktif diluar sebagai seorang yang aktif di bidang sosial.
Dari pemaparan tentang sastra sebagai salah satu dimensi ilmu, maka dapat
terlihat jelas, karena sastra memiliki unsur dari ilmu-ilmu yang lain, meskipun
imajinatif, sastra tak dapat dibuat seenaknya, tentu pengarang harus memiliki
bekal pengetahuan yang cukup ketika
karya sastranya ingin berkualitas dan bernilai dimata penikmat sastra, dengan
begitu jarang pula orang yang dapat menghasilkan karya sastra yang dapat
diterima secacara terbuka oleh masyarakat karena kurangnya pengetahuan serta
dimensi ilmu yang diterapkan.
2. Analisi Sajak bulan Mei 1998.
Puisi merupakan salah satu karya sastra yang cukup populer di kalangan
masyarakat, karena karya sastra ini selain memiliki bahasa yang ini namun
syarat akan berbagai nilai di dalamnya, puisi lebih simple dari bentuknya yang
hanya beberapa baris dan bait namun memiliki makna yang dalam sehingga penikmat
sastra kadang sulit untuk memahami puisi tersebut oleh sebab itu puisi kadang
di artikan sebagai rangkaian kata yang unik yang syarak akan simbol juga di
dalamnya, sehingga ketika kita ingin menganalisis puisi, kita harus mengerti
dahulu maksud dari pengarang menulis puisi tersebut.
Sajak Bulan Mei 1998 Di Indonesia
Pengarang: W.S Rendra
Aku tulis sajak ini di bulan gelap
raja-raja.
Bangkai-bangkai tergeletak lengket di aspal jalan.
Amarah merajalela tanpa alamat.
Ketakutan muncul dari sampah kehidupan.
Pikiran kusut membentuk simpul-simpul sejarah.
O, jaman edan !
O, malam kelam pikiran insan !
Koyak-moyak sudah keteduhan tenda kepercayaan.
Kitab undang-undang tergeletak di selokan
Kepastian hidup terhuyung-huyung dalam comberan.
O, tatawarna fatamorgana kekuasaan !
O, sihir berkilauan dari mahkota raja-raja !
Dari sejak jaman Ibrahim dan Musa
Allah selalu mengingatkan
bahwa hukum harus lebih tinggi
dari keinginan para politisi, raja-raja, dan tentara.
O, kebingungan yang muncul dari kabut ketakutan !
O, rasa putus asa yang terbentur sangkur !
Berhentilah mencari ratu adil !
Ratu adil itu tidak ada. Ratu adil itu tipu daya !
Apa yang harus kita tegakkan bersama
adalah Hukum Adil.
Hukum Adil adalah bintang pedoman di dalam prahara.
Bau anyir darah yag kini memenuhi udara
menjadi saksi yang akan berkata :
Apabila pemerintah sudah menjarah Daulat Rakyat,
apabila cukong-cukong sudah menjarah ekonomi bangsa,
apabila aparat keamanan sudah menjarah keamanan,
maka rakyat yang tertekan akan mencontoh penguasa,
lalu menjadi penjarah di pasar dan jalan raya.
Wahai, penguasa dunia yang fana !
Wahai, jiwa yang tertenung sihir tahta !
Apakah masih buta dan tuli di dalam hati ?
Apakah masih akan menipu diri sendiri ?
Apabila saran akal sehat kamu remehkan
berarti pintu untuk pikiran-pikiran gelap
yang akan muncul dari sudut-sudut gelap
telah kamu bukakan !
Cadar kabut duka cita menutup wajah Ibu Pertiwi
Airmata mengalir dari sajakku ini.
Bangkai-bangkai tergeletak lengket di aspal jalan.
Amarah merajalela tanpa alamat.
Ketakutan muncul dari sampah kehidupan.
Pikiran kusut membentuk simpul-simpul sejarah.
O, jaman edan !
O, malam kelam pikiran insan !
Koyak-moyak sudah keteduhan tenda kepercayaan.
Kitab undang-undang tergeletak di selokan
Kepastian hidup terhuyung-huyung dalam comberan.
O, tatawarna fatamorgana kekuasaan !
O, sihir berkilauan dari mahkota raja-raja !
Dari sejak jaman Ibrahim dan Musa
Allah selalu mengingatkan
bahwa hukum harus lebih tinggi
dari keinginan para politisi, raja-raja, dan tentara.
O, kebingungan yang muncul dari kabut ketakutan !
O, rasa putus asa yang terbentur sangkur !
Berhentilah mencari ratu adil !
Ratu adil itu tidak ada. Ratu adil itu tipu daya !
Apa yang harus kita tegakkan bersama
adalah Hukum Adil.
Hukum Adil adalah bintang pedoman di dalam prahara.
Bau anyir darah yag kini memenuhi udara
menjadi saksi yang akan berkata :
Apabila pemerintah sudah menjarah Daulat Rakyat,
apabila cukong-cukong sudah menjarah ekonomi bangsa,
apabila aparat keamanan sudah menjarah keamanan,
maka rakyat yang tertekan akan mencontoh penguasa,
lalu menjadi penjarah di pasar dan jalan raya.
Wahai, penguasa dunia yang fana !
Wahai, jiwa yang tertenung sihir tahta !
Apakah masih buta dan tuli di dalam hati ?
Apakah masih akan menipu diri sendiri ?
Apabila saran akal sehat kamu remehkan
berarti pintu untuk pikiran-pikiran gelap
yang akan muncul dari sudut-sudut gelap
telah kamu bukakan !
Cadar kabut duka cita menutup wajah Ibu Pertiwi
Airmata mengalir dari sajakku ini.
Dari puisi diatas dapat dianalisis bahwa puisi diatas mengandung persfektif
sejarah karena sebagai mana kita ketahui sendiri sejarah Indonesia pada tahun
1998 atau pada masa orde baru yang di
penuhi oleh tumpah darah dan teriakan-teriakan mahasiswa yang tak setuju dengan
adanya rezim soeharto dan menginginkan soeharto sebagai presiden mengundurkan
diri dari jabatannya yang telah berjalan selama 32 tahun, puisi ini juga di
tulis oleh Rendra tepatnya pada tanggal 17 Mei 1998 dan dibacakan olehnya di depan
gedung MPR pada tanggal 18 Mei 1998, ketika ia ikut berdemo menurunkan
soeharto. Karena adanya rezim tersebut masyarakat Indonesia saaling bertumpahan
darah dan membakar bangunan-bangun yang ada disekitarnya.
Masa kejatuhan seorang penguasa dan kekuasaannya dikiaskan dengan“bulan
gelap raja-raja” Pada bulan gelap raja-raja inilah terjadi pergolakan
dimasayarakat, dimana korban-korban berjatuhan dan rasa amarah telah mendominasi
hati dan pikiran manusia.
Dengan demikian, inilah sisi buram kehidupan sebuah ketragisan hidup dan nasib manusia
Dalam sajak di atas ada hubungan atau pertautan yang erat antara
unsur-unsurnya, satuan-satuan kebermaknaannya. Ada kesatuan imaji. Imaji
suram,suasana kelam: bulan gelap, bangkai-bangkai, sampah kehidupan, malam
kelam,kebingungan, kabut ketakutan, putus asa, bau anyir darah, dan sudut-sudut
gelap.Sesuai dengan itu latarnya: aspal jalan, selokan, dan comberan. Tiap bait
pun denganbaik menggambarkan suasana duka, murung, suram, dan sedih,
maknanya diperkuatoleh bunyi vokal
A dan u yang dominan (sesuai untuk mengungkapkan
kesedihan),lebih-lebih dalam kata-kata: bulan gelap, bangkai-bangkai, malam
kelam,kebingungan, kabut ketakutan, terbentur sangkur, tipu daya, prahara, bau
anyir darah,fana, pikiran-pikiran kalap, dan sudut-sudut gelap. Jadi, antara
bunyi, pemilihan kata,kalimat ada persamaan, semuanya memperbesar jaringan efek
puisinya
Kegelisahan akan ketidakadilan hukum,
serta ketamakan para penguasa,semua ini dipaparkan dalam bait kedua, ketiga,
dan keempat. Penggambaran tersebut diperkuat
dengan bunyi O pada
dua baris pertama dari bait-bait tersebut. Dengan demikian, kegelisahan
Rendra kian tergambarkan yang mengklimaks pada bait kelima yang merupakan
sebuah kontemplasi. Begitu juga, hubungan antara bait yang satu dengan yang
lainnya sangat kompak menjalin struktur
yang bermakna. Bait pertama memberi gambaran bahwa disaat kejatuhan sang
penguasa, dalam hal ini Presiden Soeharto, terjadi pergolakandi jalan-jalan di
Indonesia, yang akhirnya menelan korban jiwa, dikiaskan dengan “bangkai-bangkai
tergeletak lengket di aspal jalan”. Bait kedua menggambarkan suatu
keadaan dimana hukum tidak lagi berarti, sehingga kepercayaan antara rakyat dan penguasa tak lagi ada: “koyak moyak suda
keteduhan tenda kepercayaan”, “kitab undang-undang tergeletak di
selokan”
Pada
bait ketiga, dikemukakan, bahwa untuk mengembalikan kepercayaan yang telah
hilang, maka hukum haruslah tidak berpihak:
“bahwa hukum harus lebih tinggi dari ketinggian para politisi,
raja-raja,dan tentara”. Kata mahkota
sendiri menjadi simbol kekuasaan dan kata raja sebagai orang yang memegang
kekuasaan. Ini diperkuat lagi dengan bait keempat yang menggambarkan bahwa
untuk menegakkan keadilan, keadilan Tuhanlah yang pentas ditegakkan, keadilan
yang tak pernah berpihak pada manusia manapun.
Tuhan yang Maha Adil, kata
Ratu Adil pada bait ini merupakan sebuah
simbol keadilan yang
juga tidak memihak. Dalam berbagai kebudayaan, Ratu Adil sering digambarkan sebagai seorang perempuan yang tangan kanannya memegang
sebuah timbangan dan tangan kirinya memegang sebilah pedang, serta
matanya tertutup oleh kain. Bait kelima merupakan klimaks dari sajak di atas yang menggambarkan bahwa kondisi buram masyarakat suatu Negara diakibatkan
oleh penguasa yang semena-mena. Bait keenam adalah
teguran Rendra untuk para penguasa yang tak lagi memimpin dengan
hati dan kebijaksanaan, mereka telah larut terbuai dalam kekuasaan dan kedudukan. Sedangkan pada bait terakhir, kembali Rendra menegaskan keprihatinannya atas petaka yang menimpa negeri ini.
Elemen semiotik/simbolik yang juga terdapat dari
sajak di atas:
Ø “pikiran kusut membentur Simpul-simpul
Sejarah”makna dariungkapan ini adalah rentetan
kejadian dalam suatu bangsa yangdiwarnai dengan pertumpahan darah, yang lahir
dari akumulasi pikiran-pikiran yang terkekang oleh kekuasaan otoriter sang penguasa.
Ø “zaman Edan” gambaran mengenai betapa
buruknya keadaanbangsa kita ketika itu. Dimana hati tak lagi didengarkan.
Ø “tatawarna fatamorgana kekuasaan”, seperti candu, kekuasaan telah banyak menjerumuskan orang demi
mendapatkannya, terlena oleh nikmatnya yang sementara.
Ø “rasa putus asa yang terbentur sangkur” adalah ungkapan yang mengggambarkan kondisi putus asa masyarakat dalam memperjuangkan
keadilan yang merata. Dalam perjuangannya,masyarakat mendapatkan tindak
kekerasan dari perilaku represif aparatur negara, yang seharusnya menjadi
pelindung rakyat sebagai elemen penting berdirinya suatu negara.
Dari
analisis karya diatas, jelas adanya peran ilmu sejarah dan semiotik dalam
sastra, dengan begitu sastra merupakan salah satu dimensi ilmu, yang dapat
menerapkan berbagai ilmu di dalamnya, sehingga
meskipun sastra bersifat imajinatif tetapi pada kenyataannya sastra
merupakan salah satu cabang ilmu seperti layaknya ilmu-ilmu yang lain, namun
bukan sisi keimajinatifannya yang menjadi ilmunya tapi dari sisi teori serta
struktur dan peranan sastra di masyarakat.
BAB
III
Kesimpulan
Sastra
merupakan salah satu dimensi ilmu yang dapat menerapkan berbagai ilmu di
dalamnya, sastra juga merupakan ruang gerak bagi ilmu-ilmu yang lain karena
keterkaitannya dengan sastra, beberapa ahli mengemukakan pengertian sastra juga
berdasarkan apa yang mereka jumpai dalam sastra dan hal tersebut juga dapat
dibuktikan dengan beberapa contoh dari suatu hal yang ada dalam karya sastra.
Meskipun
karya sastra merupakan hal yang imajinatif tetapi karya sastra merupakan
mimesis dari kehidupan nyata, meskipun tak terbatas, namun sastra juga meiliki
teori teori tertentu yang dapat dikategorikan sebagai ilmu karena syarat-syarat
ilmunya sendiri telah terpenuhi.
Dari
hasil analisis puisi karya WS Rendra, ditemukan bahwa adanya persfektif sejarah
di dalamnya, dimana seperti yang kita ketahui merupakan salah satu ilmu, WS
Rendra menulis puisi tersebut dipengaruhi oleh keadaan melihat kenyataan yang
sedang terjadi sehingga ia menulis puisi tersebut benar-benar real dengan apa
yang ia dapatkan melalui indra nya.
Selain
dari persfektif sejarah, WS Rendra menulis puisi tersebut menggunakan figuratif
language yang bagus dan memasukan ilmu semiotik yang berupa simbol-simbol yang
ada dalam puisi tersebut.
Daftar
Pustaka
Badrun, Ahmad.
1983. Pengantar ilmu sastra : (Teori sastra) untuk Sekolah Menengah
Tingkat Atas. Usaha Nasional : Surabaya
Damono, Sapardi Djoko.
1979. Novel Sastra Indonesia Sebelum Perang. Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa :Jakarta
Eagleton, Terry dan
Muhammad HJ. Salleh. 1988. Teori Kesusastraan : Satu Pengenalan. Dewan
Bahasa dan Pustaka : Kuala Lumpur
Al-Ghazali,Bayu, A. M..2007.
ANALISIS SIMBOLIK SAJAK BULAN MEI 1998. id.scribd.com/doc/14122162/Analisis-Simbolik-Sajak-Bulan-Mei-1998-Di-Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar