Vini Fitriyani
1211503145
Uts Filsafat Ilmu
Kajian
Ontologi dalam Karya Sastra Chairil Anwar
BAB
I
Pendahuluan
A.
Latar
Belakang Masalah
Manusia
pada dasarnya adalah makhluk pencari kebenaran. Manusia tidak pernah puas
dengan apa yang sudah ada, tetapi selalu mencari dan mencari kebenaran
sesungguhnya dengan bertanya-tanya untuk mendapatkan jawaban. Namun setiap
jawaban-jawaban tersebut juga selalu memuaskan manusia. Ia harus mengujinya
dengan metode tertentu untuk mengukur apakah yang dimaksud disini bukanlah
kebenaran yang bersifat semu, tetapi kebenaran yang bersifat ilmiah yaitu
kebenaran yang bisa diukur dengan cara-cara ilmiah.
Diera
modernisasi ditandai dengan perkembangan ilmu yang sedemikian cepat. Awalnya
perkembangan ilmu secara garisbesar terdapat dua bidang pembagian ilmu
pengetahuan, yakni ilmu alam dan ilmu social. Dinamika perkembangan masyarakat
telah memunculkan bidang ilmu yang lain, seperti ilmu humaniora. Perkembangan
ilmu alam, ilmu social, dan ilmu humaniora juga mengalami percepatan dan
kemajuan. Hal ini tidak lepas dari perdebatan antara para ilmuan mengenai
bidang ilmu mana yang lebih cepat mengalami kemajuan.
Terlepas
dari perdebatan menganai bidang ilmu mana yang lebih ceat berkembang dan lebih
maju, baik ilmu-ilmu alam dan ilu-ilmu social tetap dibutuhkan manusia dalam
kehidupan ini. Dilihat dari landasan berfikir, objek material, kajian, dan
fungsinya yang berbeda, seharusnya baik ilmu alam maupun social mampu saling
mendukug. Penjelasan mengenai perbedaan
keduanya dan menunjukkan adanya hubungan yang saling mempengaruhi dalam suatu hubungan
timbale balik yang sepadan.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1. Apa
yang dimaksud dengan ilmu alam dan ilmu social ?
2. Bagaimana
perbedaan ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu social dilihat dasar ontology ?
3. Bagaimana
sebuah karya sastra puisi karya Khairil Anwar dalam kajian ontology ?
C.
Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penulis makalah ini adalah untuk :
1. Mengetahui
pengertian tentang ilmu alam dan ilmu social.
2. Mengetahui
perbedaan ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu social dilihat dari dasar ontology.
3. Mengetahui
sebuah karya sastra puisi karya Khairil Anwar dalam kajian ontology.
BAB
II
Kajian
Teori
A.
Pengertian
Ilmu Alam dan Ilmu Sosial
Ilmu
Alam, yang dalam bahasa inggrisnya disebut dengan istilah nature science, atau
ilmu pengetahuan alam adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada rumpun
ilmu dimana obyeknya adalah benda-benda alam dengan hukum-hukum yang pasti dan
umum, berlaku kapanpun dan dimanapun. Ilmu alam mempelajari aspek-aspek fidik
dan nonmanusia tentang bumi dan alam sekitarnya. Ilmu-ilmu alam membentuk
landasan bagi ilmu terapan, yang keduanya dibedakan dari ilmu social,
humaniora, teologi, dan seni.
Tingkat
kepastian ilmu alam relatf tinggi mengingat obyeknya yang kongkrit, karena hal
ini ilmu alam lazim juga disebut ilmu pasti. Disamping penggunaan secara
tradisional di atas, saat ini istilah “ilmu alam” kadang digunakan mendekati
arti yang lebih cocok dalam pengertian sehari-hari. Dari sudut ini istilah ilmu
alam dapat menjadi alternative bagi biologi, terlibat dalam proses-proses
biologis dan di bedakan dari ilmu fisik.
Ilmu
social atau ilmu pengetahuan social adalah sekelompok disiplin akademis yang
mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan
sosialnya. Ilmu ini berbeda dengan seni dan humaniora kerena menekankan
penggunaan metode ilmiah delam pempelajari manusia, termasuk metode kuantitatif
dan kualitatif.
Ilmu
social, dalam mempelajari aspek-aspek masyarakat secara subyektif, inter-subyektif
dan obyektif atau structural, sebelumnya dianggap kurang ilmiah bila
dibandingkan dengan ilmu alam. Namun sekarang beberapa bagian dari ilmu social
telah banyak menggunakan metode kuantitatif. Demikian pula, pendekatan
interdisiplin dan lintas-disiplin dalam penelitian social terhadap prilaku
manusia serta factor social dan lingkungan yang mempengaruinya telah membuat
benyak peneliti ilmu alam tertarik pada beberapa aspek dalam metodologi ilmu
social.
B.
Perbedaan
Ilmu Alam dan Ilmu Sosial dilihat dari Dasar Ontologi
Cabang
utama metafisika adalah Ontologi. Ontology merupakan studi mengenai ktegorisasi
benda-benda dialam dan hubungan antara satu dan lainnya. Istilah “ontology”
berasal dari kata Yunani ‘onta’ berarti “ yang ada secara nyata”, atau “kenyataan
yang sesungguhnya”. Sedangkan istilah “logi” berasal dari kata Yunani ‘logos’
yang berarti “studi tentang” atau “uraian tentang”.
Ontology
merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari
Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang konkret. Tokoh Yunani
yang memiliki pandangan yang bersifat ontologism dikenal seperti Thales, Plato,
dan Aristoteles. Pada masanya, kebanyakan orang belum membedakan antara
penampakan dengan kenyataan.
Ontology
adalah cabang filsafat ilmu yang membicarakan tentang yang ada. Dalam kaitan
dengan ilmu, landasan ontology mempertanyakan tentang objek yang ditelaah oleh
ilmu, bagaimana wujud hakikatnya, serta bagaimana hubungannya dengan daya
tangkap manusia yang berupa pikir, merasa, dan meng-indera yang membuahkan
obyek pengetahuan. Objek telaah ontology tersebut adalah yang tidak terlihat
pada satu perwujudan tertentu, yang membahas tentang ada secara universal,
yaitu berusaha mencari inti yang dimuat setiap kenyataan yang meiputi segala reealitas
dalam semua bentuknya.
Adanya
segala sesuatu merupakan suatu segi dari kenyataan yang mengatasi semua
perbedaan antara benda-benda dan makhluk hidup, antara jenis-jenis dan
individu-individu. Dari pembahasan nya muncul dalam beberapa aliran berfikir,
yaitu :
1. Matelialisme
Aliran yang mengatakan bahwa
hakikat dari segala sesuatu yang ada itu adalah materi. Sesuatu yang ada (yaitu
materi) hanya mungkin lahir dari yang ada.
2. Idealisme
(spiritualisme)
Aliran ini menjawab kelemahan dari
materialism, yang mengatakan bahwa hakikat dari materialism, yang mengatakan
bahwa hakikat pengada itu justru rohani (spiritual). Rohani adalah dunia ide
yang lebih hakiki dibandingkan materi.
3. Dualisme
Aliran ini ingin mempersatukan
materi dan ide, yang berpendapat bahwa hakikat pengada (kenyataan) dalam alam
semesta ini terdiri dari dua sumber tersebut, yaitu materi dan rohani.
4. Agnotisme
Aliran ini merupakan pendapat para
filsuf yang mengambil sikap skeptic, yaitu ragu atas setiap jawaban yang
mungkin pula benar dan mungkin pula tidak.
Secara
sederhana ontology dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau
kenyataan konkret secara kritis. Dalam mengkaji ilmu dapat berpangkal dari
beberapa aliran dalam bidang ontology, yakni realism, naturalism, empirisme.
Ilmu merupakan pengetahuan yang menafsirkan ala mini sebagaimana adanya.
BAB
III
Pembahasan
A.
Pembahasan
melaluli karya sastra
Persoalan-persoalan
metafisis dibedakan menjadi 3 persoalan, yaitu : ontology, persoalan kosmologi,
dan persoalan antropologi. Ahli metafisika berupaya memperjelas
pemikiran-pemikiran manusia mengenai duni, termasuk keberadaan sifat, ruang,
waktu, hubungan sebab-akibat, dan kemungkinan. Namun dilapangan , penggunaan
istilah “metafisika” telah berkembang
untuk merujuk pada hal-hal yang diluar dunia fisika. “took buku metafisika” ,
sebabagai contoh, bukan lagi menjual buku mengenai ontology, melainkan lebih
kepada buku-buku mengenal ilmu gaib, pengobatan alternative dan hal-hal
sejenisnya. Seperti jugadi dunia seni dan puisi yang sekarang banyak
puisi-puisi atau karya sastra lainnya yang lebih menonjolkan diri ke sesuatu
yang bersifat religi. Seperti sebuah karya sastra berupa puisi yang dikarang
oleh Chairul Anwar dibawah ini,
SORGA
Seperti
ibu + nenek ku juga
Tambah
tujuh keturunan yang lalu
Aku
minta pula supaya sampai di sorga
Yang
kata Masyumi + Muhammadiyah bersungai
susu
Dan bertabur bidadari beribu
Tapi
ada suara menimbang dalam diriku
Nekat
mencemooh : Bisakah kiranya
Berkering
dari kuyup laut biru
Gamitan
dari tiap pelabuhan gimana ?
Lagi
siapa bisa mengatakan pasti
Disitu
memang memang ada bidari
Suaranya
berat menelan seperti Nina, punya
Kerlingnya
Jati ?
Malang, 25 Februari1947
Kata yang di bold itu menandakan
bahwa metafisika yang selalu di kaitkan dengan keadaan yang tidak reall atau
tidak dengan kenyataan yang sesungguh nya ada di dunia ini, dan tidak terlihat
oleh panca indera. Dengan demikian maka metafisika keilmuan yang berdasarkan
kenyataan yang sebagaimana adanya (das sein) menyebabkan ilmu menolak premis
moral yang bersifat seharusnya (das sollen).
Ilmu justru merupakan pengetahuan
yang biasa dijadikan alat untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang mencerminkan das
sollen dengan jalan mempelajari das sein agar dapat menjelaskan, meramalkan,
serta mengontrol gejala alam.
Kecenderungan untuk memaksakan,
meramalkan nilai moral secara dogmatic kedalam argumentasi ilmiah akan
mendorong kedalam argumentasi ilmiah akan mendorong ilmu surut ke belakang ke
jaman Copernicus dan mengundang kemungkinan berlangsung nya inquisisi ala
Galileo pada jaman modern.
Di samping itu juga, metafisika
merupakan suatu kajian tentang hakikat keberadaan zat, hakikat zat dengan
pikiran. Objek metafisika menurut Aristoteles, ada dua :
1. Ada
sebagai yang ada pengetahuan yang mengkaji yang ada itu dalam bentuk
semurni-murninya, bahwa suatu benda itu sungguh-sungguh ada dalam arti kata
tidak terkena perubahan, yang bisa dutangkap panca indera.
2. Ada
sebagai Illahi, keberadaan yang mutlak, bergantung pada yang lain, yakniTuhan (
Illahi berarti tidak di tangkap oleh panca indera).
BAB IV
Penutup
Kesimpulan
Ditnjau
dari perspektif ontology, perbedaan ilmu-ilmu alam dan social yakni ilmu-ilmu
alam merupakan cabang dari filsafat alam, sedangkan ilmu-ilmu social merupakan
cabang dari filsafat moral. Ilmu-ilmu alam kemudian terbagi menjadi ilmu alam
dan ilmu hayat. Ilmu alam terbagi lagi menjadi fisika, kimia, astronomi, dan
ilmu bumi. Ilmu-ilmu social terbagi menjadi antropologi, psikilogi, ekonomi,
sosiologi, dan ilmu politik.
Pemahaman
secara ontology antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu social penting dilakukan
oleh berbagai pihak, karena dengan kajian tersebut dapat member penjelasan
batasan-batasan antara keduanya. Dilain sisi, pengetahuan tentang btasan
epistemology juga perlu dipahami, oleh berbagai pihak agar tidak salah dalam
menganalisis ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu social dengan metode pengguanaan
metode yang tidak tepat.
Daftar
Pustaka
www.belongtosarah.blogspot.in/2013/04/makalah-filsafat-ilmu-epistemologi.html?m=1
https://anggun0nggi.wordpress.com/2013/02/23/makalah-filsafat-ilmu-sumber-sumber-epistemologi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar